Shadow (1)

4.5K 304 41
                                        

KISHA POV

Tiba-tiba saja Kak Daniel mengamuk. 

Cowok itu menarik kasar kerah baju kak Reo yang masih terlihat tenang saja, bahkan hanya diam menantang seakan menikmati kemenangannya membuat Kak Daniel mengamuk karena sudah kalah dari pertaruhan.

Aku melihat sekeliling kantin dan menyadari suasana tegang yang lagi-lagi kurasakan. Semua mata lagi-lagi menatap ke arah kami dengan arah penasaran seakan apa yang sedang terjadi lebih menarik daripada mengisi perut mereka.

Tapi yang membuatku merasa semakin tidak enak adalah tatapan dari para penjual makanan di kantin. Mereka menatapku seakan-akan aku adalah sumber masalah. Bagaimana tidak?

Tadi di istirahat pertama aku terlibat kekacauan yang dibuat oleh Tasya. Sekarang oleh dua cowok ini.

Andai saja mereka tahu jika aku ingin sekali hidup normal.

"Lo maksa dia," kata Kak Daniel penuh penekanan

"Kenapa ngga lo tanya aja dia?" sahut Kak Reo menunjukku dengan dagunya

Dan kini perhatian Kak Daniel berpindah padaku. Kedua matanya yang menyala dengan kemarahan, rasa penasaran dan penuh tuntutan itu membuatku gelisah. Kedua tanganku langsung kusembunyikan dibawah meja untuk menyembunyikannya.

"Itu bohong, kan?."

Aku menelan ludah dan mengalihkan pandanganku darinya ke Kak Reo. Aku tidak sanggup untuk menjawabnya. Tapi tatapan Kak Reo seakan menuntutku untuk mengatakan apa yang sudah kami janjikan.

Dan cowok itu benar. 

Aku sudah menyanggupinya, aku sudah berjanji dan aku aku harus melakukannya.

"Sialan! Jawab gue!" raung Kak Daniel

Aku kembali mengalihkan pandangan dengan penuh ketakutan ke arahnya. Beruntung kedua tanganku berada di bawah meja karena saat ini, entah kenapa keduanya bergetar. Seakan aku sedang berada di sebuah pengadilan yang akan menentukan nasibku satu jam ke depan.

"Kenapa diam, Sha?" tiba-tiba Kak Reo bersuara. "Bilang aja ke dia."

Aku tidak butuh dorongan seperti itu!

Tapi dia benar. Aku harus melakukannya...

 Perlahan, aku mengangguk. Tidak berani menatapnya dan hanya menatap piring soto yang kumakan tadi. "A-aku memilih Kak Reo... menjadi kekasihku."

Akhirnya.

Suasana menjadi hening. Aku bisa mendengar suara bisikan-bisikan di sekitarku tapi tetap saja hal itu membuatku tidak ingin mengangkat kepala dan melihat apa yang mereka bicarakan saat ini. Mungkin saja mereka merencanakan jika setelah ini, akan sebuah gosip besar yang menggemparkan.

Ugh, semua pemikiran bodohku itu membuatku semakin tertekan.

"Maksud lo," kata Kak Daniel dengan nada rendah. "Gue udah kalah?"

Apa aku harus menjawabnya?

Tidak bisakah Kak Reo membantuku menjawab?

BUAG!

Aku mendengar suara keras yang membuatku langsung mengangkat kepala otomatis dan melihat Kak Daniel yang meninju Kak Reo hingga terjatuh dari kursinya. Yang mengejutkan, cowok itu terlihat tidak kesakitan, bahkan setelah apa yang dilakukan oleh Kak Daniel. Cowok itu masih terlihat... menikmatinya.

"Alasannya apa?"

Aku menatap Kak Daniel dengan bingung. Alasan apa?

"Kenapa lo lebih milih dia."

It's a game, baby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang