"Pagi, tante."
Jam enam tepat, sesuai janji secara sepihak Reo menjemput Kisha dan secara kebetulan mamanya lah yang membuka pintu. Untungnya, cowok yang biasa berpenampilan untuk membuat para guru marah itu sudah memperhitungkannya dan merombak dirinya habis-habisan seperti sebelumnya.
Tidak ada lagi rambut acak-acakan, seragam sekolah yang terlihat tidak rapi dan tidak dikancing ataupun sepatu yang diinjak. Mama Kisha yang melihat penampilan senior putrinya langsung merasa jika cowok di depannya itu memang benar-benar 'baik'.
"Oh, Nak Reo! Mau menjemput Kisha ya?" tanya mama Kisha ramah
"Iya, sudah janji kemarin. Kisha sudah siap tante?"
Mama Kisha menghela nafas,"Maaf ya. Semalam punggung Kisha membiru dan pagi ini pegal-pegal jadi agak ngaret tadi bangunnya. Katanya dia jatuh dari tangga sekolah ya kemarin?"
Alis Reo bertaut, ia tidak menyangka kalau Kisha akan berbohong pada mamanya tentang apa yang dilakukan Daniel padanya. Bukankah cewek normal selalu mengatakan apa yang terjadi padanya jika ada di sekolah terjadi sesuatu padanya? Apalagi menyangkut tubuhnya sendiri.
Tapi jika Kisha sendiri yang mengatakannya, Reo hanya bisa meneruskan kebohongan cewek itu. Mungkin nanti ia bisa bertanya sendiri pada Kisha.
"Kepeleset tante, biasa kan mungkin Kisha belum terbiasa ama sekolah baru jadi gatau kalau lantainya agak licin."
"Dan kamu yang nganterin Kisha pulang?"
Reo mengangguk, pura-pura terlihat malu.
"Kamu memang anak baik! Makasih ya, perhatian banget ama anak tante yang satu itu."
"Sama-sama tante. Lagian Kisha kan junior saya," ujarnya tersenyum simpul, namun di kepalanya tiba-tiba saja ia mendapatkan ide. "Meskipun saya berharap lebih dari itu... "
Mama Kisha yang mendengarnya langsung membulatkan mata,"Apa?"
"Saya-"
"Kak Reo?!" potong Kisha tiba-tiba muncul dari belakang mamanya. "B-beneran mau jemput ya?"
Reo melirik Kisha yang masih belum memakai sepatu dan bahkan masih mengigit roti panggangnya. Bukan hanya itu, rambut panjang cewek itu juga masih belum tersisir dengan rapi seperti biasanya. Jelas sekali cewek di depannya itu sama sekali belum siap untuk berangkat sekarang.
"Kamu kok belum siap-siap? Ga liat kalo senior kamu udah jemput?!" omel sang mama
"Gapapa kok tante, saya masih bisa menunggu-"
"Bentar ya kak! lima menit lagi siap kok!" potong Kisha masuk ke dalam rumah
Melihat sang putri pergi begitu saja membuat mamanya langsung menoleh pada Reo dengan tatapan tidak enak. "Maaf ya, padahal kamu sudah bela-belain datang pagi."
"Demi Kisha, gapapa kok tan. Lagian dia masih sakit kan punggungnya?"
Mama Kisha tersenyum, namun memperhatikan kedua mata cokelat Reo dalam-dalam seolah mencari sesuatu disana. Entah itu bukti akan perkataan Reo atau yang lain.
"Nak Reo, Kisha itu orangnya sedikit tertutup walaupun ngga terlihat seperti itu tapi kalau ada sesuatu pasti ditutupin. Jadi, kalau ada apa-apa tante percayakan Kisha sama kamu ya? Kamu pasti bisa menjaga putri tante itu dengan baik."
Mungkin mudah bagi siapapun untuk menyanggupi apa yang diminta oleh mama Kisha saat ini, namun tidak untuk Reo. Entah kenapa, meskipun otaknya berteriak untuk mengatakan 'Pasti akan saya jaga', namun mulutnya tidak mengatakan apapun.
Seolah suatu kepercayaan yang diberikan oleh mama Kisha sungguh besar untuknya. Seolah itu adalah beban untuknya. Reo merutuki dirinya sendiri, mengingat ini adalah akibat dari perkataannya barusan yang mengatakan ingin mempunyai hubungan lebih dengan Kisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's a game, baby!
RomanceBagaimana jika kebebasanmu direngut hanya karena sebuah permainan yang menjadi tradisi di sekolah barumu?