Kabar apa yang terjadi pada Kisha meyebar dengan cepat. Tentu saja yang menyebarkan berita itu sendiri bukan para murid kelas sepuluh yang menjadi saksi di kantin tersebut tapi para senior kelas sebelas dan dua belas.
Terlebih, keadaan semakin memanas saat semua orang tahu jika Reo dan Daniel mencari sang pelaku sekaligus korban dalam kabar tersebut.
Masalahnya, tidak ada yang tahu kemana Tasya membawa Kisha.
Bahkan Reo yang dibantu oleh Radith dan Edo sudah bertanya pada satpam maupun petugas kebersihan sekolah, namun tidak ada yang melihat keduanya. Tentu saja, hal itu membuat Reo frustasi hingga membuatnya marah pada siapa pun yang bertemu dengannya.
"Yo! Woi, Yo!"
"APA LO?" seru Reo berbalik
Berbeda dengan murid lain yang langsung bergetar saat mendengar Reo murka, Radith dan Edo langsung menghampiri cowok itu tanpa memperdulikan situasi.
"Lo tenang dulu. Percuma aja lo nyari kayak orang gila gini," ujar Radith menepuk bahu sahabatnya itu
Dengan kasar Reo menepis tangan Radith, "Lo pikir gue bisa tenang? Gue bakalan cabik-cabik itu betina kalau ketemu! Camkan itu!"
"Yo, suara lo kecilin. Anak-anak denger," sahut Edo
"Peduli setan! Kalo mereka mau denger, yaudah biarin!"
Untuk menenangkan Reo memang tidak dibutuhkan kata-kata manis yang membujuk. Tidak seperti orang lain yang akan mereda kemarahannya, Reo akan semakin memanas bagaikan menyiram minyak ke kobaran api.
"Gue udah nyuruh anak cewek ngecek toilet-toilet, tapi nihil. Gue kira Tasya bakalan nyeret cewek ke toilet kayak sebelumnya lagi," kata Radith melaporkan
"Jelas gak mungkin tuh betina pake cara yang sama, bego!" seru Reo menggeram. "Dia pasti bawa Kisha ke tempat yang bakalan susah buat gue cari!"
"Lo udah cari dimana aja, Yo?" tanya Edo berusaha mengalihkan kemarahan sahabatnya
"Semua gedung tingkat dan kantin," jawab Reo mengusap keringatnya yang menetes di pelipis lalu tiba-tiba berdecak. "Ck, mau apa lagi si brengsek itu."
Radith dan Edo langsung mengikuti arah pandang Reo dimana Daniel sedang berjalan ke arah mereka. Cowok itu memiliki penampilan yang sama dengan keadaan Reo saat ini, berkeringat dan terlihat murka.
Siapapun yang melihatnya pasti bisa menebak jika Daniel juga mencari keberadaan Kisha atau Tasya. Lalu apa mau Daniel mendatangi mereka?
"Eit, mau ngapain lo?" tanya Edo
"Minggir, gue ngga punya urusan sama lo."
Edo tidak menyingkir, begitu pula dengan Radith. Keduanya tahu jika dua cowok yang tidak pernah akur itu sedang berada dalam temperamen yang bisa dibilang hampir seperti gunung merapi hampir meletus.
Apalagi jika keduanya bertemu, bisa-bisa akan menjadi sebuah perang berdarah di sekolah. Demi menghindari hal itu, Edo maupun Radith rela untuk memasang badan.
"Lo punya urusan sama Reo?" tanya Radith mengangkat alisnya. "Kalo gitu lo mending kasih tau gue dulu."
Daniel menatap cowok jangkung itu dengan tajam, menuding dadanya dengan jari telunjuk. "Gue tegasin sekali lagi. Gue. Gak. Punya. Urusan. Sama. Elo."
Sebelum Radith maupun Edo menjawab, Daniel menyeruak celah diantara keduanya dengan paksa dan berhasil masuk untuk mengejar Reo yang berjalan menjauhinya. Sepertinya cowok itu sama sekali tidak tertarik untuk berbicara atau mendengarkan apa pun darinya, tapi Daniel tidak semudah itu untuk berhenti.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's a game, baby!
RomansaBagaimana jika kebebasanmu direngut hanya karena sebuah permainan yang menjadi tradisi di sekolah barumu?