Double Date?

4K 270 33
                                        

KISHA POV

Lagi-lagi taman.

Aku mengira jika cowok itu akan membawaku berkencan di tempat yang sesuai untuk remaja seperti kami ini. Seperti mall, bioskop atau kafe untuk nongkrong. Tapi ternyata dugaanku salah karena cowok itu membawa kami ke sebuah taman yang cukup besar dengan cukup banyak orang berjualan di sepanjang jalannya.

Taman ini juga tidak sepi karena banyak orang berolahraga atau sekedar berjalan-jalan melihat-lihat bunga serta danau buatan di bagian tengah taman. Aku cukup terkesan karena dia tidak membawaku ke tempat membosankan seperti yang para pasangan lainnya lakukan.

Tapi telingaku mendengar perdebatan kecil yang merusak suasana.

"Gue kira mau kemana, rupanya taman doang. Ckck, ga nyangka gue cupu amat selera lo."

"Bacot lo yang ga pernah jalan ama cewe."

"Mata lo bermasalah? Sebelah gue ini cewe."

"Violet bukan cewek."

"Jadi menurut lo gue itu bukan cewek?"

Aku berputar ke arah ketiganya dengan kesal, "Kalian itu berantem dimana aja, ya?"

Sejujurnya, aku sudah menduganya. Tidak perlu dipertanyakan lagi, ini memang benar-benar sebuah kombinasi yang aneh untuk pergi bersama-sama. Mereka bertiga tidak pernah bisa diam dan selalu berdebat setiap ada kesempatan.

Meski Kak Violet tidak sesering dua cowok itu, tetap saja jika dipancing pasti akan langsung memperpanjang perdebatan tidak berguna mereka.

Bahkan saat kami berada di luar sekolah, mereka masih saja berdebat seperti anak SD. Apa mereka tidak malu sama sekali? Lihat saja pandangan orang-orang yang melewati kami, penuh dengan pertanyaan.

Aku melirik Kak Violet yang kemudian dengan cuek bermain dengan ponselnya, mengikuti kami seakan pasrah. Aku tidak pernah menyangka jika Kak Daniel akan membawanya alih-alih mengancam salah satu murid untuk pergi bersama kami.

Melihat hubungan Kak Daniel dan Kak Violet membuatku sedikit bingung apakah mereka bermusuhan atau hanya sekedar perbedaan kubu?

"Hey."

Aku menoleh saat merasakan sebuah tangan berada di bahuku. Kak Reo berjalan di sebelahku sambil memamerkan senyumnya yang memikat.

"Mau foto?"

Aku mengeryit, "Gue kira lo bukan tipe yang suka foto-foto."

Kak Reo tertawa, "Kita ngga punya foto, kan? Nanti anak kita nanya foto pacaran kita gimana?"

Kutepis tangannya dari bahuku sambil mendengus, "Anak kita? Yakin amat gue bakalan jadi istri lo."

"Yakin, dong. Gue kan peramal."

"Peramal dari hongkong?" sahut Kak Daniel dari belakang. "Mau muntah gue dengernya."

Kak Reo menoleh untuk membalas, "Memangnya siapa yang nyuruh lo denger?"

Sengaja mengabaikan, Kak Daniel berpindah ke sebelahku dengan satu langkah lebar. "Pinjem hape lo."

Aku sejenak ragu, "Untuk apa?"

"Jangan kasih, Sha. Nanti dirusakin, tangan dia kan boros. Suka merusak apa aja yang dipegang."

"Bacot lo," Kak Daniel mengulurkan tangannya sebagai isyarat untuk meminta. "Cepetan."

Merasa penasaran, Aku menyerahkan benda itu dengan setengah tidak rela. Semoga saja apa yang dikatakan oleh Kak Reo tidak benar. Itu ponsel yang baru saja kubeli tahun lalu dengan uang tabungan selama beberapa bulan karena tidak dibelikan oleh mama.

It's a game, baby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang