Kisha tidak bisa tidur.
Ia terus mengubah posisi tidurnya dan bahkan melakukan hal yang paling konyol sekalipun, menghitung domba, seperti yang orang-orang sarankan agar bisa tidur. Namun tetap saja tidak berhasil.
Di kepalanya, ia masih tidak percaya jika Mamanya menjadi bagian dari PANITIA yang ia benci dan Dio yang bersemangat untuk ikut dalam permainan THE END. Apalagi ia ditawari dan diberi waktu sampai besok untuk memberi jawaban.
Ingin sekali Kisha berharap jika semua ini mimpi buruk dan ia akan terbangun setelahnya. Tapi tidak, bukti ia sama sekali tidak bisa tidur, bahkan saat ia menyadari waktu sudah menunjukkan lewat dari jam satu pagi adalah bukti kuat jika ini semua nyata.
Airmata mulai mengaburkan pandangannya.
Ia tidak ingin memilih. Ia tidak ingin menerima semua ini. Hatinya memberontak tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Jika Kisha kabur, bagaimana dengan Mama dan adiknya? Kemana ia akan kabur? Apa yang bisa ia lakukan di luar sana sebagai remaja?
Tiba-tiba saja ia mendengar sebuah ketukan dari jendela yang berada di sebelahnya dan Kisha langsung terlonjak kaget. Siapa yang mengetuk di tengah malam seperti ini?
Kisha tidak berani untuk membuka kain yang menutup jendela dan hanya bisa diam saat ketukan itu berhenti. Ia juga mendengar samar-samar seseorang berbisik dengan keras, bahkan bisikan itu terdengar seperti sebuah perdebatan.
Merasa penasaran, Kisha mengintip sedikit dari sudut jendela dengan menarik kain yang menutupinya. Matanya membulat kaget saat melihat dua sosok yang ia kenal sedang berdebat, bahkan keduanya bersiap untuk meninggalkan tempat ini dengan melompati sebuah pagar dari bagian dalam taman.
ITU REO DAN DANIEL!
Bagaimana mereka bisa ada di sini?
Hanya itu pertanyaan yang ada di kepala Kisha saat ini, tapi ia bisa bertanya itu pada mereka nanti. Yang jelas, ia harus memanggil keduanya kembali sebelum benar-benar melompati pagar.
Dengan cekatan, Kisha membuka jendela dan memanggil keduanya dengan suitan yang cukup keras hingga membuat keduanya langsung menoleh. Sama seperti Kisha, keduanya terlihat terkejut menemukan dirinya. Reo dan Daniel langsung menghampiri Kisha dengan cepat, apalagi keduanya menyadari jika kedua mata Kisha basah dan sembab karena menangis.
"Bagaimana kalian bisa ada di sini?" bisik Kisha saat keduanya berada di depannya
"Ceritanya panjang. Kita harus kabur dari sini!" ujar Daniel mengulurkan tangannya. "Ayo!"
Kisha menatap tangan itu dalam diam sebelum mengangkat kepalanya untuk melihat keduanya bergantian, namun menyadari jika ada sesuatu yang aneh pada Reo. "Kenapa lo... pucat?"
Reo menggelengkan kepalanya, namun Kisha bisa melihat jika cowok itu sedang menahan sakit. Entah cowok itu sadar atau tidak, salah satu tangannya menahan bagian perut yang kemungkinan besar, di sanalah sumbernya.
"Sha, ikut Daniel. Lo harus pergi dari sini."
Kisha menatap Reo dengan nanar sebelum menunduk, "Gue ngga bisa pergi."
"Kenapa?" desis Daniel dan suaranya sudah mulai meninggi tanpa ia sadar. "Jangan bilang lo udah mutusin buat gabung jadi PANITIA?"
Mata Kisha membulat, "Kok lo tau yang mereka tawarin ke gue?"
Reo menepuk bahu Kisha dengan lembut, "Sha... lo belum jawab apa-apa ke mereka, kan?"
"Belum... "
"Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini!"
Kisha tak bergeming di tempatnya, "Gue ngga bisa. Mama dan Dio... mereka di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's a game, baby!
Roman d'amourBagaimana jika kebebasanmu direngut hanya karena sebuah permainan yang menjadi tradisi di sekolah barumu?