Daniel benar-benar melakukan apa yang ia katakan pada Reo untuk bergerak sendiri.
"Yo! Daniel ngamuk!"
Laporan itu ia dengar saat ia masih berada di alam mimpi dan terbangun saat merasakan rasa sakit menusuk pada luka jahitannya. Reo mengedipkan matanya beberapa kali sebelum kesadarannya benar-benar kembali dan melihat Radith berada di sebelahnya.
Wajah cowok itu berbanding terbalik dengan nadanya yang terlihat panik, tapi Reo tahu betapa serius apa maksud laporan darinya.
"Ngamuk?" tanyanya
"Lo ngomong apa sama dia?"
Reo berusaha bangun dari posisinya sambil mengusap mata, "Masalah lama."
Radith berdecak, jelas sekali cowok itu sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia katakan tapi tidak berkomentar lebih jauh. Dengan perlahan, Radith membantunya untuk berdiri dan berjalan keluar dari UKS.
"Dimana dia sekarang?"
"Ruang BK, langsung digiring ke sana sama Chandra."
"Chandra?" Reo memaki pelan. "Sialan, si brengsek itu bener-bener niat."
Meski samar, Radith mendengar dengan jelas apa yang sobatnya itu katakan. "Niat apa?"
Alih-alih menjawab, Reo malah terus berjalan ke arah ruang BK yang berada di gedung utama. Tempat itu dikelilingi oleh para murid kelas dua belas yang entah kenapa tidak berada di kelas untuk belajar. Bahkan ada beberapa yang sedang berusaha untuk menguping dengan menempelkan telinga mereka di pintu ruang BK.
Kedatangan Reo dengan cepat disadari oleh mereka yang langsung membuat jalan untuknya ke arah ruang BK. Radith melihat hal itu sedikit menahan tawa di belakang Reo, berpikir andai mereka tahu Reo sedang berada di titik terlemahnya, cowok itu tidak akan bisa melawan jika diserang sekalipun.
Tapi, siapa yang berani melakukannya?
Tidak ada artinya selamat sekarang namun menyesal di kemudian hari, bukan?
"Gimana?" tanya Reo pada cowok yang masih sibuk menguping
Cowok itu langsung menegakkan tubuhnya dengan sigap, seakan ia ketahuan melakukan sesuatu yang fatal. "Gue ngga denger apa-apa."
"Ck," Reo menyingkirkan cowok itu dan menguping pada pintu
Benar kata cowok tadi, ia sama sekali tidak mendengar apa pun yang sedang terjadi di dalam. Sambil menahan rasa sakit yang masih ia rasakan, Reo menoleh pada kerumunan yang sama sekali tidak berkurang di belakangnya.
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?"
Tidak ada yang berani menjawab. Tentu saja, apa yang bisa ia harapkan?
Reo menoleh pada murid cewek yang berada di barisan depan. Ia mengenali cewek itu sebagai salah satu teman sekelas Daniel dan Chandra.
"Lo bisa jelasin?" tanyanya tanpa basa basi
Cewek itu terkejut, namun tetap menjawab pertanyaan sang KING. "Gue ngga tau awalnya, tapi pas Daniel balik dari luar kelas tadi dia ngamuk ke Chandra. Yah, meneriakkan sesuatu kayak... " mata cewek itu melirik kanan kiri dengan waspada dan tiba-tiba suaranya mengecil. "Kalau Chandra itu PANITIA... "
Reo menarik nafas dalam-dalam, seolah ia berusaha untuk menahan dirinya agar bisa menerima informasi itu dengan kesabaran yang menyiksa. Ia tahu kalau Daniel itu orang yang suka seenaknya dan selalu bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
Tapi ia tidak pernah menyangka jika cowok itu akan melakukan hal seperti ini secara terang-terangan. Orang bodoh mana yang tidak tahu kalau menuduh seseorang sebagai PANITIA itu bukan sebuah topik terlarang?

KAMU SEDANG MEMBACA
It's a game, baby!
RomanceBagaimana jika kebebasanmu direngut hanya karena sebuah permainan yang menjadi tradisi di sekolah barumu?