Reo mengernyit saat melihat dua orang yang dikirimnya tadi pulang tanpa membawa apa yang ia inginkan. Bahkan, keduanya terlihat pasrah sekaligus menahan kekesalan yang jelas-jelas terlihat di wajah mereka.
"Sori, bos."
"Kalo lo mau ngamuk, kita ngga akan menghalangi lo kali ini kok."
Dalam sekejap beberapa teman sekelas mereka yang mendengarnya langsung bereaksi, menoleh ke arah mereka dengan satu pikiran yang sama. Jika Reo mengamuk, bukan tidak mungkin kelas akan terkena dampak dari amukannya.
Radith dan Edo menyadari keadaan tegang di kelasnya, tapi tidak peduli. Mereka dihina di depan banyak murid oleh JOKER yang seharusnya mematuhi perintah.
"Dia ngga mau ikut atau terpaksa ngga mau ikut?" tanya Reo
"Ngga mau ikut. Dia sendiri yang bilang," sahut Edo cepat
Reo mengangguk mengerti,"Oke."
Radith mengangkat alis, tidak mengerti dengan sikap tenang Reo yang tidak biasanya. Memang hari ini cowok itu sedikit aneh, mungkin karena itu jawaban pasrah dikeluarkan. Biasanya ia akan membiarkan Reo dengan keputusannya, tapi kali ini tidak.
"Gitu doang? Lo bener-bener ngebiarin JOKER ngebantah perintah KING gara-gara satu cowok yang bukan pemegang kartu?" Radith berkata dengan emosi
"Dan jawaban lo pasrah banget, bos. Lama-lama mereka makin ngelunjak kalo gini terus," sahut Edo
"Siapa bilang gue bakalan ngebiarin mereka?"
Jawaban Reo membuat keduanya merasa sedikit lega, tapi tetap saja tidak mengerti dengan sikap tenang yang cowok itu. Apa yang direncanakannya?
"Yo, lo... apa yang lo pikirin?" tanya Radith curiga
Reo menatap dengan tampang tidak mengerti,"Maksud lo?"
Edo berdecak,"Lo pasti ngerencanain sesuatu kan? Gue yakin. Ngga mungkin lo ngebiarin tuh dua orang nolak lo gini."
"Jangan lo kira kita ngga tau lo, yo. Otak lo ngga didesain dengan pikiran sebaik itu," sahut Radith
Reo tertawa, menepuk punggung sahabatnya membuat keduanya meringis menahan sakit. Memang tepukannya tidak terlalu keras, tapi tetap saja cowok itu tidak bisa menahan level menepuk tubuh orang.
"Lo pada tau gue banget ya? Makin cinta gue ama lo bedua," ucapnya dengan mengerling
Radith dan Edo meringis jijik,"Najis lo."
"Tapi lo bedua bener, gue punya rencana. Dan kali ini, gue ngga akan ragu-ragu untuk melakukannya."
Reo tiba-tiba berdiri dan keluar dari kelas tanpa memberitahu Radith dan Edo membuat keduanya penasaran dan memutuskan untuk mengikutinya. Di luar kelas, keduanya melihat Reo yang menghentikan seorang cowok yang sepertinya junior mereka. Antara kelas sepuluh atau sebelas.
"Jadi gitu. Awas kalo lo salah menyampaikan," ucap Reo menepuk bahu si junior
Junior tersebut langsung mengangguk,"Baik kak."
"Oke, jalan sana!"
Dan junior itu pergi menuruni tangga, meninggalkan Reo yang menoleh ke arah keduanya dengan senyuman misterius. Seolah setelah ini semuanya akan berjalan dengan rencananya yang entah sejak kapan diatur.
.
"Lo ingin tahu soal gue dan Reo?"
Kisha mengangguk dengan wajah serius. Ia sadar, Daniel bertanya padanya dengan tidak percaya dan waspada.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's a game, baby!
RomanceBagaimana jika kebebasanmu direngut hanya karena sebuah permainan yang menjadi tradisi di sekolah barumu?