Jawaban dari Reo sama sekali tidak bisa ia duga. Namun Kisha sama sekali tidak berpikir untuk menyerah, ia harus tahu.
"Menghilang? Kabur dari rumah gitu?" tanya Kisha mengeryit
Reo mengangkat bahu, kedua mata cokelatnya menatap lurus seakan menerawang ke dalam keramaian. "Ya mana gue tau. Dia tinggal ama Daniel selama ini."
"Lapor polisi aja. Suruh cari orang ilang."
"Lo sadar ngga sih, Sha? Ini lebih dari mencari orang ilang dengan bantuan polisi. Kalau melapor, Daniel juga kena. Kan dia juga ikutan permainan ini."
Tahu apa alasan yang sebenarnya Reo maupun Daniel tidak melaporkan polisi karena memikirkan diri sendiri membuat Kisha langsung merasa kecewa dan membuang muka. Ekspresinya terlihat kesal saat memikirkan betapa egoisnya dua cowok yang selalu membuatnya pusing itu.
"Gue ngga habis pikir. Disaat seperti ini, ada orang hilang, bahkan sepupunya sendiri... bisa ya lo berdua mikirin diri sendiri?" ujarnya sinis. "Lo berdua benar-benar egois. Ngga punya hati. Brengsek."
Reo tersenyum,"Lihat? Lo setuju kalo gue ama Daniel sama brengseknya. "
Kisha meringis,"Lo berdua pernah ngga periksa ke psikiater? Mungkin ada gangguan di kejiwaan kalian dan perlu penanganan khusus-"
"Pokoknya," Reo memotong. "Sekarang lo tau kalo gue ama Daniel punya masalah yang ngga bakalan bisa diselesain. Dan lo, terima aja nasib buruk lo sebagai JOKER."
Kisha menoleh, menganga tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Apa? Terima nasib buruk gue sebagai JOKER? Apa perlu gue ingetin siapa yang pertama kali menyeret gue ke permainan konyol ini?!"
Reo terkekeh geli,"Iya gue inget. Lo apes banget waktu tuh ketangkep gue."
"Bagus. Jadi lo tau kan kenapa gue benci banget ama lo?" tegas Kisha langsung
"Iya iya. Lo benci gue, lo benci Daniel. Jadi apapun hasilnya, lo benci kita berdua dan ngga ada yang menang. Oke, gue bisa terima. Itu lebih baik," kata Reo mangut-mangut
Kisha mendengus. Ini mulai terasa aneh karena Reo dengan mudahnya mengikuti apa yang ia katakan. Biasanya kan cowok itu akan menggodanya atau membantahnya dengan cepat.
"Tapi," sambung Reo membuat Kisha menatapnya. "Itu kalo gue ngga usaha apapun. Sayangnya, gue tipe cowok yang bakalan ngejar apa yang gue inginkan sampe dapet. Termasuk cewek."
Kisha memutar mata,"Lo bener-bener tebal muka, ya?"
Reo mengangkat bahu tidak peduli dan berdiri tiba-tiba. "Jadi, lo udah dapet jawaban lo. Sekarang, gimana kalo kita pulang aja? Daniel udah pulang-"
"AH IYA!" Kisha teringat hal penting. "Kenapa kak Daniel pulang duluan? Pasti gara-gara lo kan!" tudingnya
"Toh dia mau nurut. Nyerahin lo ama gue lagi," jawab Reo santai
Kisha menyipitkan matanya,"Lo bener-bener ngga mau kalah ya jadi cowok? Nilai minus buat lo!"
"Ngga apa. Tuh nilai minus bakalan berubah bentar lagi jadi plus plus," sahut Reo tersenyum mengejek
"Plus plus, plus plus! Emangnya apaan plus plus, lo kira salon plus plus apa?!"
Reo tidak menjawab lagi dan memilih untuk menyeret Kisha pulang dengan menarik tangannya melewati kerumunan. Kalau ia terus menanggapi ucapan cewek juniornya itu, bisa-bisa mereka bakalan sampai malam di tempat itu.
Mengingat ia diberi tanggung jawab oleh mamanya Kisha yang memintanya untuk menjaga putrinya dan mengantarkan pulang ke rumahnya dengan selamat. Meskipun sempat dibuat menangis dan dibius segala, yang penting putrinya dipulangkan dengan utuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's a game, baby!
RomansaBagaimana jika kebebasanmu direngut hanya karena sebuah permainan yang menjadi tradisi di sekolah barumu?