The Truth (3)

2.2K 183 19
                                        




KISHA POV

Apa kata mama?

Aku pasti salah dengar. Mana mungkin mama tahu soal PANITIA dan apa yang mereka tawarkan padaku. Tapi setelah kupikirkan lebih jauh lagi, bagaimana mama dan Dio bisa di sini? Apalagi setelah aku menghilang tanpa mengabari. Bukannya normalnya keluarga pasti akan merasa panik?

Tapi Mama dan Dio... mereka terlihat tenang.

"Sha?"

Kini aku menatap mama dengan curiga, kedua tanganku yang tadinya memeluk mama berubah menjadi kaku. "Ya?"

"Kamu shock, ya?"

"Banget," jawabku jujur. "Mama dan Dio... gimana bisa ada disini?"

Alih-alih menjawab, mama malah menuntunku untuk duduk di sofa bersama dengan Dio. Sepertinya ceritanya akan panjang kalau mama tidak mau menjawabku dengan posisi berdiri seperti tadi. Melihat sikap mama yang terkesan lembut membuatku sedikit merasa sungkan untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Kuusap airmataku dan berusaha untuk berpikir jernih agar dapat mendengarkan dengan baik apa yang akan mama ceritakan. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa hubungannya mama dengan semua ini.

Mama menatapku dengan mata teduhnya, seakan memberiku waktu untuk menenangkan diri sebelum memulai bercerita.

"Jadi?" tanyaku akhirnya dan sial, suaraku parau

"Kamu tahu ngga alasan kita pindah ke kota ini?"

Aku mengeryitkan alis, "Bukannya karena mama dipindahkan?"

"Sebenarnya, mama yang minta dipindahkan awal tahun ini. Tapi, mereka tidak bisa melakukannya secepat itu dan akhirnya kamu harus terlambat masuk ke dalam sekolah itu."

"Maksud mama?" aku tidak mengerti, apa mama tahu tahu soal sekolahku dari awal?

"Gini, mama ini juga almni dari SMA Tunas Jaya. Dan mama tahu permainan THE END yang berlangsung masih ada sampai sekarang karena mama juga salah satu PANITIA permainan itu. Dan sebagai PANITIA, kami harus menyekolahkan anak kami di tempat itu agar kerahasiaan permainan terjaga."

Aku terdiam.

Dan percaya atau tidak, tubuhku langsung berkeringat dingin.

Bagaimana mungkin mama setega itu? Tidak, bukan itu pertanyaannya sekarang. Bukankah itu artinya, MAMA TAHU SEMUA PENDERITAANKU?!

"Lalu bagaimana dengan Dio?" tanyaku menoleh pada adikku yang sama sekali tidak terlihat bingung dengan situasi ini. "Apa mama cerita sama dia? Kenapa mama juga tidak cerita sama Kisha juga?!"

"Gua baru tau pas lo ngilang malah," sahut Dio

Mataku menyipit skeptis, "Terus lo napa keliatannya santai amat?"

Kedua bahu Dio naik, "Gue bisa apa kalau emang udah kayak gitu sistemnya? Lagian, kalau dipikir malah seru ada permainan kayak gitu di sekolah."

"Lo sama ya sakitnya sama semua orang," balasku sarkastis

Aku tidak percaya apa yang kudengar. Bagaimana mungkin Dio bisa berpikir sesimpel itu? Apa dia tidak berpikir bagaimana dampaknya? Apa dia tidak tahu bagaimana menderitanya aku agar bisa keluar dari permainan bodoh itu?!

"Sha," panggil mama yang membuatku langsung menoleh. "Kamu dibawa kesini pastinya karena kamu sudah ditanya oleh para PANITIA, bukan?"

"Tanya?" sahutku linglung, bagaimana mungkin aku bisa berpikir saat sedang shock dengan semua informasi ini?

It's a game, baby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang