Episode 2 : Evan Black

1.8K 54 0
                                    

Warning! This episode have a sexual abuse content!



"Lilly"

"Ya, Miss?"

"Kamu sudah membuat surat kuasa yang saya minta?"

"Sudah, Miss" Lilly mengambil sebuah map hijau dari kubikelnya yang tidak jauh dari kubikelku.

"Ini, silahkan di periksa"

"Baiklah, aku akan membacanya. Kembali ke tempatmu, jika ada masalah aku akan memanggilmu"

Lilly menundukkan kepalanya sekilas meminta permisi dariku, kemudian melangkah ke kubikelnya.

Aku meneliti surat kuasa yang diberikan Lilly, mencari kesalahan pengetikan atau pengisian datanya. Ketika tidak kutemukan kesalahan, aku menanda tangani berkas - berkas yang dibutuhkan.

Setelah ini, aku tidak perlu bolak balik Seattle - California untuk pengurusan data kepemerintahan lagi.

Aku bangkit dari duduk mendekati jendela yang berada di belakangku, menatap keluar melihat sibuknya Seattle siang ini. California, Queen berhasil membujukku untuk melebarkan usaha kecilku di sana. Memang aku hanya seorang Arsitek yang tidak terlalu terkenal, tetapi setiap orang yang menggunakan jasaku pasti akan mendapatkan gambar yang sesuai keinginan mereka, tentunya dengan tambahan ideku yang membuatnya lebih baik.

Kenapa aku memilih profesi Arsitek setelah 'pekerjaan' sebelumnya? Karena sejak kecil aku sangat suka menggambar, tidak sampai melukis. Karena pegangan kuas dan pensil sangat berbeda. Bukan berarti aku tidak bisa, hanya saja aku lebih menyukai pensil yang tumpul dibandingkan kuas yang lembut.

Dan dengan kombinasi kutukan dalam diriku, aku menciptakan desain yang sangat menyerupai permintaan pelanggan. Kenapa aku selalu menyebutnya kutukan? Karena aku tersiksa dengannya, aku menjadi benci dengan orang - orang.

Aku sudah bisa mengontrol suara dikepalaku, bukan berarti aku bisa dengan mudahnya menghidupkan atau mematikan kemampuanku, tidak. Tapi dengan mengabaikan suara yang terdengar, maka suara itupun akan hilang seperti hembusan angin. Terasa namun tidak menyakitkan.

Walaupun terkadang masih beberapa kali aku merasa sakit kepala yang hebat, akibat mendengar kebanyakan suara di dalam kepalaku. Di saat seperti itulah aku harus mengkonsumsi obat tidur. Sebuah kutukan bukan?

Profesi ini sudah kujalani selama hampir dua tahun, pertama kalinya aku mendesain di Italy, desain pertamaku, bukan rumah melainkan sebuah penjara untuk penderita kejiwaan. Aku kembali menertawakan diri sendiri, miris.

"Miss King?"

Aku tersadar dari lamunan, segera berbalik melihat Lilly yang menghadapku.

"Ya. Ada apa?"

Lilly mengulurkan sebuah kertas biru yang digulung. "Desain ini sudah disetujui oleh Mr Poe, dan ini adalah salinannya. Apakah Miss ingin memeriksa dahulu sebelum saya arsipkan?"

Aku mendorong gulungan kertas itu ke arahnya pelan, "Lilly, tidak lama lagi kantor kecil ini akan berada di bawah pengurusan kamu. Jika kamu sudah yakin dengan desain, maka segera di arsipkan saja tidak perlu persetujuanku lagi"
Aku mengambil map yang baru ku tanda tangani dan kuserahkan padanya.
"Aku sudah menanda tangani berkas yang diperlukan. Pelaporannya kamu yang urus. Selamat atas jabatan barumu" Aku mengulurkan tanganku,

"Terima kasih, Miss. Aku tidak akan mengecewakanmu" Lilly meraih tanganku menyalaminya.

"Aku percaya padamu. Good luck"

Read Your Mind (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang