Episode 7 : Headache

899 34 2
                                    


Aku duduk di sisi ranjang sambil mengetuk kepalaku dengan buku jari aku baru selesai membersihkan diri dan mengeringkan rambutku, dengan harapan sakit di kepala akan berkurang. Aku tidak tahu ini logika dari mana, hanya feeling yang tidak jelas.

Ingatkan aku untuk membuat daftar alasan yang akan kugunakan jika ada menu seafood lain kali. Dimana aku menyimpan botol Aspirin? Aku membuka laci nakas, tidak ada. Bahkan pil tidur yang biasa di sana sudah menghilang, ck Evan tidak mengembalikannya padaku. Aku membuka laci nakas sisinya, laci atas tidak ada, laci kedua ada. Tunggu, ini apa?

Oh, shit. Aku segera meletakkannya kembali anggap saja tidak lihat kotak itu. Okay, back to the Aspirin, aku mencoba mengingat kapan terakhir aku meminumnya. Tanganku masih kugunakan untuk mengetuk dan memijit bagian kepala yang sakit dan berdenyut, damn.

Aku membuka laci meja rias, there you are. Aku meraih botol itu dan mengeluarkan dua butir dan meletakkannya kembali.

"Apa yang kamu ambil, Angel?"

Gerakan terhenti sejenak, hanya beberapa detik kemudian aku kembali menutup laci. Kenapa Evan selalu datang di saat yang sangat tepat seperti ini. Well, saat ini lebih baik daripada saat aku mengambil sekotak sesuatu dari lacinya.

"Eerr..."

Evan melangkah mendekatiku, alis kanannya di naikkan memandangiku dengan tatapan bertanya. Aku menelan ludah kasar, obat yang di tanganku terjatuh ke lantai. Double shit, aku menggerakkan kepala kuat dan aku segera menyesalinya, gerakan mendadak ini membuat kepala ku semakin kuat berdenyut. Aku memejamkan mata sambil menekan kepalaku yang berdenyut.

Aku meninggalkan Evan yang menunduk mengambil obat yang jatuh, aku memilih tiduran di ranjang semoga setelah tidur kepalaku akan baik - baik saja.

"Angel, obat apa ini?"

"Aspirin" Aku merebahkan diri pelan, ingin mengambil obat baru tapi aku takut Evan kembali mengambil obat itu dariku.

"Kepala kamu sakit?"

"Menurutmu?" kesal juga, memangnya aspirin untuk apa kalau bukan untuk sakit kepala.

Evan memandang obat yang berada di tangannya, kemudian beralih padaku. Dia membuang obat itu ke tong sampah kemudian mendekatiku.

"Tunggu sebentar aku akan ambilkan obat baru untukmu" Evan mengecup dahiku dan keluar meninggalkan kamar.

Aku mengernyitkan dahi memandang punggungnya yang menjauh. Dia tidak meminta botol obatku? Oh tentu saja, itukan untuk menyembuhkan, tapi bukankah pil tidur juga menyembuhkan? Ah, kenapa aku menjadi melantur begini. Berhenti memikirkan yang tidak - tidak, aku memutuskan memejamkan kedua mataku.

Aku sudah hampir tertidur, sebelum tiba - tiba ada seseorang mengelus pipiku. Aku membuka mataku, Evan?

"Minum ini dulu, Angel. Baru kamu sambung tidur lagi" Evan menyodorkan dua butir obat yang sama persis seperti punyaku ke mulutku, aku membuka mulut menerima obat itu kemudian Evan menopang punggungku dan mendekatkan gelas berisi air ke mulutku. Aku menghabiskan air itu, rasanya haus sekali. Setelah itu, perlahan Evan merebahkan tubuhku kembali.

"Terima kasih" suaraku terdengar lirih.

"Istirahatlah" Evan mengecup dahiku.

Tidak lama, aku merasakan sisi ranjang sebelahku melesak. Kemudian sebuah tangan melingkari perutku, aku membiarkannya. Jika aku bergerak maka kepala aku akan berdenyut lagi dan rasanya seperti ingin menghantukkan kepalaku dengan keras ke dinding.

Read Your Mind (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang