"Angel, sudah satu bulan umur pernikahanmu dengan Evan berjalan, tapi Mom belum mendengar kabar kehamilan darimu, kalian berdua tidak bermaksud menunda kehamilankan?"
Aku menelan ludahku susah payah, kami berdua belum memberitahu Bree tentang masalah pada kandunganku. Evan meraih tanganku yang berada di atas pangkuanku dan menggenggamnya.
"Tidak Mom, kami baru menikah satu bulan. Terlalu cepat untuk membahas tentang anak. Kami masih menikmati waktu berdua kami"
Aku tersenyum kecut dan membatin 'anak yang tidak akan pernah ada'. Sampai kapan aku harus menyembunyikannya dari Bree. Evan juga berbohong pada ibunya tentang pertemuan pertama kami. Pernikahanku di awali dengan kebohongan, aku takut memikirkan yang akan terjadi jika suatu saat terbongkar.
"Jangan suka menunda Van, lihat Gabby, dua bulan lagi dia akan melahirkan"
Kevin, kakak Evan menikah sekitar delapan bulan lalu, Gabby mengetahui dirinya hamil tiga minggu setelah pernikahan. Bree berharap aku mengikuti jejak mereka, tapi bagaimana cara aku mendapatkan anak jika aku bermasalah.
"Maaf, Bree. Aku akan berusaha..."
Kedua mataku terbuka lebar, aku merasakan air mata mengalir di pipiku. Aku segera mengusapnya serta menghembuskan napas perlahan, aku melihat jam weker di dekatku, baru jam satu pagi tapi mataku tidak bisa diajak istirahat lagi. Aku bermaksud bangun mengambil pil tidur yang ku simpan di laci nakas. Terasa beban di sekitar perutku, aku menunduk mendapati sebuah tangan disana.
Sudah beberapa hari kami tidur satu ranjang. Evan bersikeras memintaku untuk seranjang dengannya yang awalnya aku tolak. Tapi Evan mengancam akan membatalkan proyekku dengan Mr Brower.
Dasar ancaman anak kecil, aku malas berdebat panjang dengannya. Akhirnya aku menuruti keinginan Evan, tapi aku membuat batas diantara kami berdua dengan guling. Hari - hari sebelumnya aku tidak tahu karena belum pernah terbangun di tengah malam. Sekarang aku tahu, sia - sia membuat batasan, jika dia sudah membuang guling itu dari hari pertama. Mungkin.
Perlahan aku memindahkan tangan itu, kemudian menjulurkan tanganku mengambil pil tidur tanpa suara agar Evan tidak terbangun.
"Kamu mau mengambil apa, Angel?"
Gerakanku terhenti, membuat tanganku seperti melayang di udara. Shit.
"Pil tidur" cepat - cepat aku membuka laci nakas dan meraih botol tanpa label di sana. Evan bangun dan merebut botol itu dari tanganku.
"Hei" Aku ikut bangun mencoba menggapai botol obat dari tangannya.
"Berhenti meminum obat seperti ini, Angel" Evan semakin menjauhkan botol itu.
Aku menghempaskan tanganku ke sisi tubuh "Aku membutuhkannya"
"Kamu tidak bisa terus mengandalkan obat ini, Angel"
Aku kesal, siapa juga yang mau hidup mengandalkan obat - obatan. "Simpan saja, besok aku minta yang baru pada Queen" Aku mengambil selimut kututupi sampai leherku dan membelakanginya, berusaha memejamkan mata untuk tidur.
Perlahan aku merasakan gerakan dari sisi ranjang Evan, dia ikut berbaring dan memelukku dari belakang. Tangannya kembali melingkari perutku, kali ini aku menyingkirkan tangannya dengan kasar.
"Tidak bisakah aku memeluk istriku?"
"Soon to be Ex"
"Aku tidak akan menceraikanmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Read Your Mind (End)
RomanceSpin-off dari Dengarkan Suaraku versi Indonesia Listen To My Voice versi English Baca dulu cerita Dengarkan Suaraku. Tokoh utama saling berkaitan. Setelah hampir empat tahun Angel King bersembunyi dari suaminya sendiri, Evan Black. Takdir mempertemu...