Episode 8 : Hurt

929 39 0
                                    

Aku duduk di taman sambil melamun, energi ku terkuras habis karena menuruni tangga dari tingkat 33 sampai dengan dasar untuk mengurangi kekesalan serta berharap bisa menambah massa otot. Istilah kecilnya sambil menyelam minum air, tapi akibat dari harapan itu malah membuat kedua kaki lemas tidak sanggup berjalan.

Saat keluar dari pintu tadi aku jatuh berlutut, beruntung satpam yang berada di sana berbaik hati membantuku berdiri dan membawaku ke kursi yang berada tidak jauh dari depan gedung, aku yang meminta satpam itu mengantar sampai kursi ini.

Setelah kejadian tadi aku malah duduk di sini seakan berharap di kasihani, aku menertawakan diri sendiri bodoh sekali. Lututku masih bergetar karena aku memaksakan diri turun menggunakan tangga tadi, aku menghembus napas panjang. Siapa yang bisa aku minta bantu. Aku mengambil ponsel dari saku kemudian menggeser layar mencari nama yang mungkin bersedia membantuku.

"Ange"

Aku menyadari ada yang memanggil dan suara itu... Aku mengangkat wajah melihat asal suara, kakak Queen, Anthony sedang menepikan mobilnya.

"Thony" aku melambai padanya.

Anthony turun dari mobil mendekatiku, dia memandang gedung di belakangku sebentar "Ange kenapa kamu duduk di sini sendirian?"

Aku menepuk tempat kosong di sampingku memintanya duduk, Anthony menurut kemudian memandangku meminta jawaban atas pertanyaannya. Aku sedikit ragu mengatakan alasan aku duduk sendiri, sepertinya dia akan menertawakanku.

"Aku tidak bisa pergi dari sini"

Anthony mengernyitkan dahinya, bingung dengan jawabanku.

"Kaki aku lemas karena tadi aku menuruni tangga dari lantai 33 sampai bawah" aku mengecilkan suara tapi masih bisa di dengar oleh Anthony.

Anthony melebarkan kedua matanya sambil menganga, aku terkekeh melihat ekspresinya.

"Literally from 33th floor"

"Yes" aku mengangguk kuat, sedikit merasa bangga.

Anthony bertepuk tangan sambil menggeleng kepalanya "Wow"

"It's nothing" aku mengibas tanganku di depannya.

"Jadi sekarang kaki kamu lemas dan..." Anthony menyentuh lututku "bergetar. Hahaha"

Aku memukul pundaknya keras, betulkan pasti di tertawakan.

"Kenapa kamu menuruni tangga sebanyak itu. Lift gedung itu sedang rusak?" Anthony menunjuk gedung itu dengan mulutnya.

"Liftnya terlalu padat aku tidak suka berada di tempat sempit, panas dan gerah"

Anthony tidak percaya mendengar alasanku. Terserah, yang jelas aku tidak akan mengatakan kejadian sebenarnya.

"Jadi kamu berencana duduk sampai jam berapa?"

"Secepatnya aku ingin pergi dari sini, niatnya aku ingin minta di jemput sebelum kamu datang. Aku sedang mencari nomor kontak kamu, tapi ternyata kamu muncul bagaikan Superman" aku terkekeh.

Anthony berdecak  "Ya sudah ayo"
Anthony menarik lenganku tapi aku diam di bangku.

"Kenapa?"

"Kaki aku masih lemah"

"Ck, menyusahkan saja" Anthony kembali berdecak, kemudian dia meletakkan tangannya di belakang lutut dan punggungku dan mengangkat aku dengan mudahnya.

Aku sedikit terkejut, tapi aku segera melingkarkan tangan ke sekitar lehernya "Kamu memang yang paling baik" aku terkekeh pelan.

"Semua bantuan butuh imbalan Ange"

Read Your Mind (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang