20 : Necklet

2.4K 250 3
                                    

Sesuai dengan yang sudah di rencanakan. Hari ini Jennie menemai Sehun untuk hadir di acara penghormatan terakhir bagi para korban kecelakaan maskapai. Jennie berdiri dengan tegar di samping Sehun.

Jennie tau kalau saat ini Sehun menahan diri untuk menangis. Alhasil Jennie mengeratkan genggamannya, mencoba memberikan kekuatan untuk Sehun.

Angin di tepi pantai berhembus, menerpa wajah Jennie yang juga menahan tangis. Jennie kenal dekat dengan kedua orang tua Sehun, rasanya masih seperti mimpi bagi Jennie saat mengetahui nyawa kedua orang tua Sehun harus berakhir dengan tragis.

Semua keluarga para korban sudah berkumpul di tepi pantai. Acara renungan di mulai. Di menit-menit awal Jennie masih bisa menahan tangisnya. Namun lama kelamaan pertahanannya runtuh saat mengingat hal hal manis yang dilakukan orang tua Sehun kepadanya.

Sehun sendiri sudah menangis sejadi-jadinya. Setelah 15 menit, sesi renungan kemudian usai. Dan kini keluarga para korban menaburkan bunga ke lautan.

"Eomma.. Appa... Kalian yang bahagia di sana, tunggu aku..." gumam Sehun yang mengiris hati Jennie. Jennie tau seberapa hancurnya perasaan Sehun kali ini.

"Sehun-ah,"

Sehun dan Jennie menoleh ke belakang. Rupanya Paman dan Bibi dari Sehun yang tinggal di Belanda datang pada hari ini.

"Kau yang tabah ya," ucap Bibi Sehun sambil mengusap pelan punggung Sehun.

Sementara Paman Sehun kini sudah menyadari kehadiran Jennie.

"Kau... Kekasihnya Sehun itu kan? Tolong temani dia ya..." kata Paman Sehun yang berusaha di sanggah oleh Jennie.

"Dia bukan lagi kekasih ku lagi paman," bantah Sehun saat melihat Jennie yang sedikit gelagapan.

Jennie kemudian tersenyum dengan lebar, berusaha mengurangi kecanggungan yang ada.

"Bukannya dia yang waktu itu hadir di acara pernikahan ku?" ucap Paman Sehun yang masih ingat dengan wajah Jennie.

Dulu waktu Pamannya menikah, Sehun mengajak Jennie hadir dalam acara pernikahan tersebut. Bahkan anggota keluarga Sehun terkagum-kagum dengan paras Jennie yang cantik.

Jennie lalu mengangguk kecil dan tersenyum. "Benar paman, aku waktu itu datang ke hari pernikahan kalian," ucap Jennie dengan sopan.

"Ah, sayang sekali ya... Ku kira kalian nantinya akan menyusul kami," kata Pamam Sehun dengan santai. Sang istrinya kemudian menyikut lengan sang suami, memberi kode agar lelaki itu mengubah topik pembicaraan.

Namun kemudian Sehun yang justru mengalihkan topik. Sehun tau kalau Jennie merasa terganggu dengan topik pembicaraan yang tadi di bawakan oleh Pamannya.

"Paman, Bibi. Aku ke belakang dulu ya, mau mencari minum," pamit Sehun yang kemudian turut membawa Jennie pergi bersamanya.

Saat jarak mereka dengan keluarga Sehun sudah menjauh, Sehun membuka pembicaraan.

"Maaf ya, kalau tadi itu membuat mu merasa tidak nyaman. Aku belum memberitahu keluarga ku soal hubungan kita yang sudah berakhir," tutur Sehun. Jennie lalu menoleh kearah Sehun sembari tersenyum tipis.

"Tak apa. Aku sendiri juga belum memberitahu ke keluarga ku kalau hubungan kita kandas di tengah jalan, " kata Jennie yang dibalas senyuman dan anggukan singkat oleh Sehun.

Saat mereka berdua sampai di kedai menjual minuman pun, Sehun langsung mengantri sementara Jennie menunggu di belakang.

Saat Jennie tengah menunggu, tiba-tiba ada tangan yang menentuh bahunya. Refleks Jennie menoleh kebelakang.

TIME [JENNIE KIM]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang