Sesuai dengan apa yang sudah di rencanakan, malam ini Jisoo dan Jennie mampir ke kedai soju untuk minum bersama. Berhubung besok merupakan tanggal merah maka kesempatan kali ini tidak akan di lewatkan oleh Jisoo dan Jennie untuk menumpahkan segala kegundahan yang ada di hati mereka.
Nanun Jennie masih mengontrol minumnya karena dia masih harus menyetir, sementara Jisoo sudah lupa diri dan telah menghabiskan beberapa botol sujo dengan ganas.
"Kau tau, hik, setiap aku bertemu Bobby, hik, sudah tidak ada getaran lagi..." ucap Jisoo yang terselak dengan cegukannya. Jennie tersenyum nakal, nampaknya Jennie sudah terpengaruh minuman.
Jennie lalu mendekatkan wajahnya ke hadapan Jisoo. "Jadi kalau suka itu ada getaran di hati ya?" tanya Jennie dengan mata sayu. Meski sudah mengontrol minumnya Jennie tetap saja mabuk, dia bukan tipe orang yang kuat minum.
Jisoo lalu menoyor dahi Jennie hingga Jennie kembali terduduk di kursinya. "PABO! Kau kan yang lebih berpengalaman soal cinta, mengapa, hik, bertanya kepada ku, hik. Dasar BODOH!" seru Jisoo sambil menunjuk-nunjuk kearah Jennie.
Jennie terkekeh kecil. Kedua wanita itu sudah berada dibawah pengaruh minuman. "Lantas bagaimana Bobby setelah kau putuskan? Apa dia menjadi seperti ku? Yang terus bertanya-tanya mengapa aku di putuskan?" Ucap Jennie sambil meminum kembali soju yang ada di dekatnya.
Jisoo nampak memasang wajah berfikirnya. "Hem... Dia bahkan waktu aku putuskan tidak, hik, memberikan reaksi apapun..." balas Jisoo, Jennie mengangguk kecil.
"Lagi pula hubungan kami masih sependek pohon tauge... Dan, hik, dia juga mungkin tidak memperdulikan hubungan kami, hik, dia sibuk saja bermain game nya itu..." sambung Jisoo yang membuat Jennie menatapnya dengan tatapan iba.
"Hua! Jadi kau memutuskannya karena kau merasa di abaikan?" seru Jennie. Jisoo tersenyum kecut, "Ya, hik, itu salah satu faktor pendukungnya!"
"Sepertinya kau lebih baik tidak usah berhubungan dengan orang yang suka bermain game! Nanti kau di abaikan.. Seperti aku," ucap Jisoo sambil memeluk dirinya sendiri. Jennie tertegun. Dia mengingat kalau Jongin juga merupakan seorang gamer.
"Jadi aku harus menjauhi Jongin? Karena dia gamer? Dan karna nanti aku akan di abaikan, jadi aku harus menjauhinya?" tanya Jennie dengan wajah polos.
Jisoo lalu mencubit pipi Jennie dan tersenyum tipis. "Kau ini, jangan seperti itu juga, hik, lihat saja dulu bagaimana tingkahnya terhadap dirimu, hik. Kalau di abaikan, langsung saja buang dia jauh-jauh dari hidup mu, lelaki di bumi ini masih banyak!" tutur Jisoo.
"Tapi... Memangnya kau suka dengan lelaki itu hem? Kau sudah move on? Cepat sekali..." sambung Jisoo sambil bertepuk tangan seperti anak kecil.
Jennie menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jennie merasakan kalau wajahnya kini memerah seperti kepiting rebus. "Ah... Tidak, aku masih bimbang." Ucap Jennie dengan malu-malu.
"Kalau Sehun mengajak mu untuk kembali berkencan, apa kau mau?" tanya Jisoo. Jennie terdiam sejenak.
"Entahlah. Kau iya...."
Jisoo menunggu kalimat yang akan di ucapkan Jennie dengan tatapan sayu.
"Akan aku tolak! Dan aku bilang, AKU RAGU PADA MU!"
Tawa Jisoo kemudian meledak saat mendengar jawaban dari Jennie. "Anak pintar! Lelaki labil seperti itu pantas untuk di hempaskan saja," kata Jisoo sambil menenggak kembali minumannya.
"Berarti kalau kau menolak kembali bersama Sehun, kau akan bersama Jongin... Iya kannnn," goda Jisoo yang lagi-lagi membuat Jennie tersipu malu. Terlebih saat keadaan mabuk seperti ini sikap Jennie menjadi memalukan, bukan malu-malu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [JENNIE KIM]✔
Fiksi PenggemarMemiliki hubungan selama 8 tahun bersama Sehun bukan lah waktu yang singkat bagi Jennie. Sudah banyak kenangan yang terukir serta angan-angan yang terbentuk. Namun dengan kejamnya Sehun menghancurkan semua itu dalam satu detik dengan kalimat. 'Kit...