Jongin sedang berada di depan cermin sembari mencoba beberapa kemeja. Kamar nya kini sudah berantakan dengan kemeja-kemeja yang berserakan dimana-mana.
Kyungsoo yang bertugas untuk membantu Jongin dalam memilih pakaian bahkan sudah menyerah.
"Apa bedanya si kemeja-kemeja mu itu. Sama saja perasaan," gerutu Kyungsoo saat Jongin sudah 2 jam tidak menemukan kemeja yang ia rasa cocok untuk di kenakan besok saat bertemu dengan orang tua Jennie.
"Itu hanya perasaan mu, jelas kemeja ini berbeda semua," balas Jongin sambil mematut dirinya dengan kemeja berwarna hitam polos.
Kyungsoo berdecih. "Heh! Kau ini buta akan model atau apa si, jelas-jelas kemeja mu itu modelnya sama semua. Hanya beda warna," sungut Kyungsoo yang tidak habis fikir akan ulah Jongin yang seperti wanita ketika hendak pergi berkencan.
"Kalau yang ini bagaimana?" tanya Jongin sambil mencoba kemeja putih dengan celana hitam.
"Kau mau magang di perusahaan atau mau bertemu calon mertua hah?" balas Kyungsoo dengan sarkas.
"Sudah pakai yang biasa saja tapi sopan," sambung Kyungsoo yang kemudian keluar dari kamar Jongin.
Jongin lalu mulai menggerutu saat melihat kamarnya yang berantakan karena kemejanya berserakan di mana-mana. Setelah membereskan kamarnya, Jongin keluar dari kamar hanya dengan memakai baju lengan panjang polos berwarna biru dongker dengan celana panjang berwarna krem.
Kyungsoo yang tengah meminum langsung menyemburkan minumannya.
"Heh! Jorok sekali kau ini," pekik Jongin.
"Yak! Kau ini, memilih kemeja berjam-jam ujung-ujungnga hanya memakai kaus polos?!" pekik Kyungsoo yang tak kalah kencang dengan Jongin.
Jongin lalu melihat tubuhnya. "Kenapa? Kata mu pakai yang biasa saja yang penting sopan," oceh Jongin yang membuat Kyungsoo menghela nafas.
Jongin lalu mengambil kunci mobilnya yang ada di meja. "Sudah aku mau pergi, nanti kau kunci ya rumahnya. Kalau rumah ku kemalingan itu salah mu," titah Jongin yang kemudian menghilang dari balik pintu.
Selama perjalanan menuju apartemen Jennie, Jongin tak henti-hentinya tersenyum. Bahkan di dalam mobil dia berlatih untuk berbicara nanti di hadapan orang tua Jennie.
Sementara itu Jennie sudah menunggu kedatangan Jongin di lobby apartemen, Jennie berusaha mengatur detak jatungnya yang terasa tak karuan.
'Sudah tidak bisa mundur, tenang kan fikiran dan hati mu Jennie-ya,' batin Jennie untuk dirinya sendiri.
Tak lama kemudian dari pintu masuk Jennie melihat Jongin yang melangkahkan kaki menuju kearahnya. Dengan senyuman yang senantiasa mengembang di bibirnya, Jongin berderap menuju Jennie dan langsung memeluk Jennie ketika jarak di antara mereka sudah terkikis.
"Mwo? Kau kenapa?" tanya Jennie saat Jongin memelukkan.
Jongin lalu melepaskan pelukannya. "Aku bahagia," kata Jongin singkat dengan senyuman yang lebar.
Jennie terkekeh kecil. "Kau ini, segembira itu kah mau bertemu dengan orang tua ku? Kau tidak gugup?" tanya Jennie.
"Tidak. Ya, sedikit gugup, tapi rasa gugup ku kalah dengan rasa gembira ku saat ini. Sudah ayo, kita langsung berangkat," ucap Jongin yang kemudian menggandeng tangan Jennie untuk menuju ke mobil.
Sampai di depan mobil, Jongin membukakan pintu untuk Jennie. "Silahkan masuk tuan putri,"
"Ah aku serasa sedang di bukakan pintu petugas hotel," gurau Jennie yang membuat Jongin terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [JENNIE KIM]✔
FanfictionMemiliki hubungan selama 8 tahun bersama Sehun bukan lah waktu yang singkat bagi Jennie. Sudah banyak kenangan yang terukir serta angan-angan yang terbentuk. Namun dengan kejamnya Sehun menghancurkan semua itu dalam satu detik dengan kalimat. 'Kit...