13 : Payah

3K 287 1
                                    

Semenjak Jongin menyatakan perasaannya, Jennie jadi merasa malu. Malu untuk bertemu dengan pria itu lagi, padahal bukan Jennie yang menyatakan perasaan namun rasa malu yang ia derita cukup membuat jiwanya menjadi gundah.

Jennie terus mencoba mengabaikan semua pesan Jongin atau panggilan telfon dari lelaki tersebut.

-Flashback.-

"Kau bercanda kan?" ucap Jennie dengan nada bicara serius.

Jongin meletakkan garpu yang ia pegang di atas piring. Lalu Jongin menunjuk wajahnya dengan santai, "Apa kau lihat wajah ini, rawut muka ku memangnya menunjukkan rawut wajah orang bercanda? Intonasi ku memangnya menunjukkan aku sedang bercanda?" balas Jongin dengan nada yang tak kalah lebih serius ketimbang Jennie.

Jennie mendengus kecil.

"Kau, si anak lelaki yang bersembunyi di perkarangan rumah ku bertahun-tahun tahun yang lalu, lantas sekarang kau kembali ke korea dan bilang kalau kau suka kepada ku? Heh, kau sudah cek kejiwaan mu belum?" tutur Jennie dengan nada yang menyakitkan.

Jennie menekan perasaannya karena dia masih takut untuk memulai sesuatu yang baru bersama orang yang baru.

Jongin lantas berdiri setelah apa yang Jennie ucapkan terdengar di telinganya. "Jennie, apa menurut mu orang yang jatuh cinta itu mengalami ganguan jiwa?" kata Jongin yang menatap kedua mata Jennie dengan intens.

"Aku rela mencari mu kemana-mana, aku kembali ke rumah mu. Namun kau sudah pindah, aku nyaris putus asa mencari mu, sampai akhirnya aku sadar kalau kau, si wanita yang memarahi ku di supermarket adalah wanita yang selama ini aku cari." tutur Jongin.

"Silahkan kalau kau mau menganggap aku gila, karena aku menyukai mu sejak kau masih kecil. Setiap pulang sekolah aku melintas di depan rumah mu dan menyaksikan diri mu yang tidak mau makan setiap sore, aku menyaksikan diri mu yang selalu asik bermain sendiri di perkarangan belakang rumah mu, aku sendiri tidak tau kenapa aku suka memperhatikan mu. Aku jauh lebih tertarik memperhatikan mu ketimbang memperhatikan wanita yang seusia dengan ku,"

Pernyataan dari Jongin cukup membuat dirinya terkejut. Sejatinya sedari dulu Jennie selalu merasa ada yang mengawasinya ketika ia sedang bermain di perkarangan rumah. Jennie kecil menilai bahwa dirinya sedang di intai oleh seorang penculik, namun rupanya itu Jongin. Jongin muda selalu memperhatikan Jennie dari jauh.

Jennie akhirnya bisa membuka suaranya. "Dari mana kau tau kalau aku anak kecil itu, padahal di supermarket kita hanya berdebat?" tanya Jennie dengan nada menantang.

Jongin kemudian melangkahkan kaki dan mendekat kearah Jennie. Detak jantung Jennie mulai terpacu dengan cepat, jari telunjuk Jongin kemudian mendarat di salah satu kelopak mata Jennie.

"Ini. Salah satu tanda yang membuat ku mudah mengingat mu," ucap Jongin yang jari telunjukknya masih ada di kelopak mata Jennie. Jongin menunjuk tahi lalat kecil yang ada di kelopak mata Jennie sebelah kiri.

Dengan segera Jennie menepis tangan Jongin. "Segeralah kau pulang, dan jangan kembali." kata Jennie yang kemudian berlalu untuk kembali masuk kedalam kamarnya.

-Flashback (end)-

Jennie menghela nafas dengan berat. Tahun ini menjadi tahun yang berat baginya. Putus dari Sehun. Kedatangan sosok anak lelaki yang dulu pernah bersembunyi di perkarangan rumahnya. Dan bahkan anak lelaki itu menaruh rasa pada Jennie sejak dulu.

TIME [JENNIE KIM]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang