21 : Candle

2.7K 276 6
                                    

"Huaaa... Apa gerangan kau membeli kalung seindah ini?" seru Jiwoo seraya melihat kalung dengan liontin bulan sabit yang tergeletak di meja ruang tengah.

"Heh! Jangan di pegang-pegang... Kau bukannya harus datang ke acara penghormatan terakhir ya.. Kenapa kau malah kesini?" tanya Jongin yang kemudian duduk di sofa.

Jiwoo justru malahan mencoba memakaikan kalung itu ke lehernya.
"Ah aku mampir kesini untuk mengambil power bank ku. Huaaa, ini terlihat pas sekali di leher ku..." Jiwoo kini sudah mematut dirinya di depan cermin.

"Lepaskan, kalung seindah itu hanya cocok untuk orang tertentu." kata Jongin dengan sarkas.

Jiwoo berdecih. "Buat siapa si memangnya?" tanya Jiwoo. Jongin terdiam.

Sekilas Jiwoo melirik price tag dari kalung yang sedang ia pakai. "YAK! KAU MEMBELI KALUNG DENGAN HARGA SEGINI? HANYA KALUNG BENTUK SEPERTI INI SETARA DENGAN TIGA UNIT MOTOR?"

Jongin menutup telinganya. Jiwoo lalu berkacak pinggang di depan Jongin.

"Katakan, untuk siapa kalung ini?" cecar Jiwoo.

"Kau ini kenapa si, penasaran sekali dengan urusan orang. Sekarang lepaskan," titah Jongin. Jiwoo berdecak, dia masih mau memakai kalung itu. Tapi...

"Eh, kok susah ya..." bisik Jiwoo saat berusaha melepaskan kaitan kalung tersebut.

"Mwo?"

"Bantu aku melepaskannya," ucap Jiwoo yang masih berusaha melepaskan kalung yang melingkar di lehernya. Jongin kemudian turun tangan.

"Yak! Kenapa jadi sulit di lepaskan... Ah kau ini..." gerutu Jongin yang juga kesulitan membuka kaitan kalung.

Jiwoo melirik jam tangannya.
"Adu, aku sudah harus berangkat."

"Tapi kalungnya belum lepas."

Jongin masih belum mau menyerah. Jiwoo lalu menghela nafas. "Ku pakai dulu saja ya, sehabis upacara penghormatan akan ku cari akal supaya kaitannya ini mau terbuka." kata Jiwoo yang langsung mendapat tatapan tajam dari Jongin.

"Kalau begitu aku ikut," sambar Jongin yang kemudian mengenakan mantel hitamnya.

"Apa?! Heh, ini bukan acara sembarangan tau!" sungut Jiwoo.

"Aku ikut untuk menjaga kalung itu. Kalau nanti sampai tak mau lepas juga dari leher mu, maka leher mu yang akan ku penggal."

Jiwoo bergidik ngeri mendengarkan ucapan dari Jongin. Alhasil Jongin ikut Jiwoo untuk menghadiri acara penghormatan terakhir korban maskapai yang jatuh 2 minggu lalu.

©

Bunyi alarm menggema di kamar Jennie. Membuat Jennie akhirnya membuka matanya meski terasa berat. Namun detik berikutnya Jennie langsung melompat turun dari tempat tidur dan menuju ke dapur.

Sesampainya di dapur dia mengeluarkan kue yang ia simpan di dalam kulkas. Menacapkan lilin dan kemudian menyulut api di sumbu lilin.

"Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun Jennie... Selamat ulang tahun...."

Jennie bertepuk tangan dan bernyanyi untuk dirinya sendiri. Jennie kemudian memejamkan matanya untuk membuat harapan. Usai membuat harapan, dalam satu kali hembusan nafas, api di lilin tersebut mati.

Hari ini harus menjadi hari yang terbaik. Itulah tekat Jennie.

Jennie lalu akhirnya mempersiapakan diri untuk pergi ke kantor. Pergi menghadapi rutinitas dengan senyuman yang lebar.

TIME [JENNIE KIM]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang