Malam ini hujan deras tengah mengguyur ibu kota, membuat suhu menjadi semakin dingin. Seperti sikap kedua pasangan yang kini tengah duduk di kursi cafe yang langsung menghadap ke jalan raya.
"Jadi dia siapa?" tanya sang wanita yang tak lain dan bukan adalah Jennie.
Malam ini Jennie dan Jongin memutuskan untuk bertemu setelah kemarin mereka terlibat pertikaian.
"Soojung, mantan rekan team ku. Ku kira kau tidak mau menanyakan dia siapa," ucap Jongin dengan dingin.
Jennie mengela nafas, membuat uap keluar dari mulutnya. "Mau sampai kapan kita begini terus," kata Jennie.
Jongin lalu menoleh kearah Jennie. "Harusnya aku yang menanyakan itu kepada mu, mau sampai kapan kau berbuat seperti ini kepada ku? Bahkan kau sendiri kan yang meminta untuk jeda sejenak," tutur Jongin yang mulai mengeluarkan semua perasaan yang coba ia tekan.
Jennie tidak membalas pandangan Jongin, dia memilih untuk melihat rintik hujan yang turun membasahi kota. "Kalau kau mau menyerah aku tidak masalah, maaf aku sudah membuat posisi mu menjadi rumit." ucap Jennie yang membuat Jongin menghela nafas kasar.
"Jennie, aku tidak akan menyerah. Kenapa kau ini terkesan untuk terus mendorong ku supaya jauh dari mu?" tanya Jongin yang membuat Jennie akhirnya menatap Jongin.
"Aku tidak melakukan itu," tukas Jennie.
"Yes you did, honey." balas Jongin dengan tatapan dingin.
"Aku hanya membiarkan ini mengalir begitu saja, bisa kah kau mengerti kesulitan ku untuk bisa percaya terhadap orang yang baru. Kau tau kan kalau aku sempat terluka, sulit untuk aku bisa percaya dengan orang yang baru setelah aku terluka." ujar Jennie yang nafasnya mulai naik turun untuk menekan rasa gelisahnya.
Jongin lalu menggenggam tangan Jennie dengan erat. "Harus berapa kali aku bilang kepada mu, cukup kau percayakan aku supaya bisa menyembuhkan luka mu itu." kata Jongin dengan hangat.
Dalam kasus seperti ini juga Jennie tidak bisa menyalahkan Sehun yang membuat luka hatinya.
"Kenapa kau harus seperti ini? Kenapa kau membuat seolah-olah aku tokoh antagonis yang terus-terusan menyakiti mu." ucap Jennie dengan getir.
"Jennie. Kau tidak pernah menyakiti ku sedikit pun, justru kau yang membuat ku bahagia. Sekarang yang cukup kau lakukan adalah percaya pada ku, aku akan menyembuhkan luka hati mu."
Perkataan Jongin justru malah membuat setetes air mata Jennie jatuh di pipi chubby-nya.
Persetanan dengan perasaan gundah yang enggan menghilang di hati Jennie. Jennie trauma untuk percaya. Jennie trauma untuk memulai yang baru. Jennie akui itu sekarang.
Jongin lalu mengusap pelan air mata yang keluar dari mata kucing milik Jennie. "Sudah, kenapa kau menangis?" tanya Jongin dengan lembut.
"Maaf," bisik Jennie yang menahan isakannya
"Sudah, simpan kata maaf mu itu... Kau tidak salah," balas Jongin.
Jennie kemudian menyoba untuk tersenyum. Jennie merasa beruntung karena bisa memiliki lelaki dengan paket lengkap seperti Jongin. Dan mulai detik ini, Jennie akan mencoba lebih keras lagi untuk bisa mempercayakan hatinya kepada Jongin.
©
Pagi ini Jennie terbangun dengan perasaan sedikit lega. Saat Jennie membuka pintu kamar, dia bisa melihat Jongin yang masih tertidur di sofa.
Ya, semalam lelaki itu memutuskan untuk menginap di apartemen Jennie. Cuaca pagi ini cukup dingin, Jennie bahkan harus mendobel sweternya karena hawa dingin yang cukup menusuk ke tulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [JENNIE KIM]✔
FanfictionMemiliki hubungan selama 8 tahun bersama Sehun bukan lah waktu yang singkat bagi Jennie. Sudah banyak kenangan yang terukir serta angan-angan yang terbentuk. Namun dengan kejamnya Sehun menghancurkan semua itu dalam satu detik dengan kalimat. 'Kit...