Tahun 2010.
Team Basket Universitas Cungdam hari ini tengah bertarung di babak final melawan Universitas Gwangdo.
Seorang pria dengan kacamata bulat dan potongan rambut yang culun tengah duduk di kursi pemain cadangan dengan seragam basket kebesaran yang ia gunakan. Sesekali pelatih team basketnya melirik kearahnya dengan lirikan acuh.
"Kalau saja di pertandingan sebelumnya tidak banyak pemain yang cedera, aku tidak akan mengajak mu untuk bertanding hari ini," ucap sang pelatih dengan ketus.
Bagaimana tidak ketus. Karena dari segi fisik lelaki yang tengah duduk di kursi cadangan pun tidak memadai untuk bermain basket. Lelaki itu memang pandai bermain basket, tetapi matanya yang minus menghambat optimalitas permainannya.
"Terima kasih coach, karena kau sudah mau memberikan ku kesempatan untuk ikut bertanding." kata Lelaki tersebut dengan rendah hati.
Sang pelatih yang tadinya tengah memperhatikan pemain asuhannya lalu menatap sekilas ke lelaki culun yang ada di dekatnya. "Kau tidak akan bermain kecuali dalam keadaan sangat mendesak, Hanbin-ah." kata pelatih tersebut.
Buk.
Prit....
Sang pelatih langsung menatap kembali ke lapangan.
"Ya! Apa lagi ini?!" seru sang pelatih saat melihat pemain andalannya ambruk di lapangan.
Petugas kesehatan langsung membawa tandu ke lapangan dan mengangkat pemain yang baru saja ambruk karena kondisinya yang sudah luar biasa kelelahan.
Sang pelatih tak punya pilihan lain.
"Kau. Masuk ke lapangan, jaga kacamata mu." seru pelatih tersebut kepada lelaki culun yang bernama Hanbin. Dengan semangat Hanbin masuk kelapangan.
Namun sorak sorai merendahkan langsung terdengar menggema di lapangan. Tetapi Hanbin membiarkan hal itu, dia menggencangkan tali kacamatanya agar kacamatanya tidak lepas selama pertandingan.
Di antara para penonton yang merendahkan Hanbin, ada satu wanita yang hanya terdiam dan memperhatikan gerak gerik Hanbin yang bermain dengan gesit.
"Lihat lah, matanya saja minus. Bagaimana bisa dia menjadi pemain basket yang andal," ucap seorang wanita yang duduk di samping Jennie.
Ya. Wanita yang tadi memperhatikan gerak gerik Hanbin adalah Jennie."Jangan seperti itu, kau tidak lihat betapa gesitnya dia?" kata Jennie kepada wanita yang duduk di sebelahnya.
Wanita itu kemudian tersenyum miring. "Tapi ku yakin, gebetan mu itu pasti bisa meredam pemain berkacamata itu."
Mendengar ucapan dari temannya membuat Jennie tersenyum tipis.
Sementara di lapangan Hanbin berjuang dengan keras menerobos pertahanan Team Basket Universitas Cungdam yang rapatnya bukan main. Sang ketua basket, Sehun. Tidak mau membiarkan areanya di sentuh Team lawan. Tak jarang pula Sehun berhadapan empat mata dengan Hanbin.
Ini babak putaran terakhir. Hanbin beberapa kali berhasil melesatkan tembakan three point. Dan itu lama kelamaam mulai mengejar skor dari Universitas Cungdam.
Pelatih Universitas Cungdam kemudian memanggil Sehun sejenak untuk ketepi lapangan.
"Sehun. Kau tidak bisa membiarkan kutu kupret itu terus-terusan, tahan dia, block dia, lakukan apapun tetapi jangan sampai terlihat oleh wasit." bisik sang pelatih di telinga Sehun. Sehun mengangguk mengerti.
"Sehun-ah. Semangat!!" seru Jennie saat Sehun mau kembali ke lapangan.
Tak hanya Sehun yang menoleh, tetapi Hanbin juga menoleh. Sampai tatapan Hanbin kini bertemu dengan Jennie, Hanbin terdiam sesaat. Namun dirinya kembali fokus saat mendengar bunyi priwitan dari wasit.
Babak terakhir berjalan dengan sengit. Hanbin merasa dirinya lah yang di kekang saat ini oleh para pemain Universitas Cungdam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [JENNIE KIM]✔
FanfictionMemiliki hubungan selama 8 tahun bersama Sehun bukan lah waktu yang singkat bagi Jennie. Sudah banyak kenangan yang terukir serta angan-angan yang terbentuk. Namun dengan kejamnya Sehun menghancurkan semua itu dalam satu detik dengan kalimat. 'Kit...