Di tengah-tengah taman kota, Jennie dan Jongin duduk sembari memakan es krim. Jennie memakan es krim sambil memperhatikan foto hasil photobox mereka tadi.
"Sudah jangan di pandangi seperti itu terus. Aku tau aku tampan," kata Jongin dengan penuh percaya diri.
Jennie lalu berdecih dan memasukkan hasil fotobox kedalam tas kecilnya. "Sehabis ini kita mau kemana lagi?" tanya Jennie.
Terdengar helaan nafas dari Jongin. "Maaf ya, aku benar-benar tidak punya ide mau kemana. Yang aku mau hanya aku bisa menghabiskan waktu seharian bersama mu," kata Jongin dengan nada gombalnya.
Jennie tentu sudah terbiasa dengan gombalan gombalan ringan yang Jongin berikan.
"Oiya, soal orang tua mu... Kapan aku bisa bertemu dengan mereka?"
Deg. Jennie terdiam mendengar pertanyaan dari Jongin, sekilas Jennie melihat wajah Jongin yang nampak tak sabar untuk bertemu keluarga Jennie.
"Kau benar-benar sudah mau bertemu dengan keluarga ku?" tanya Jennie yang sadar akan maksud dibalik pertanyaan Jongin.
Jongin mengangguk dengan pasti. "Kenapa? Kau belum siap jika aku ingin bertemu dengan keluarga mu?" tanya Jongin balik.
Jennie langsung menggelengkan kepala, "Bukan begitu, hanya saja..."
Terdengar helaan nafas dari Jennie.
"Bagaimana kalau kita lebih mengenal satu sama lain dulu, kau tau. Semenjak dari awal kita bertemu sampai di titik ini pun terasa sangat cepat," sambung Jennie.Jongin sejatinya sudah menebak dalam hati apa yang menjadi bahan pertimbangan dari Jennie.
"Jadi menurut mu selama ini kita belum saling mengenal? Tapi kenapa rasanya aku sudah mengenal mu sangat dalam." kata Jongin dengan serius.
Jennie memberanikan diri untuk menatap Jongin.
"Jongin, menjalin hubungan tidak bisa hanya berlandaskan dari perasaan mantap di satu sisi. Kau mungkin merasa sudah mengenal ku dengan baik, tapi aku..."
Melihat rawut wajah Jongin yang berubah membuat Jennie mengurungkan niatnya untuk merampungkan kalimatnya.
"Sudah hentikan, kita bahas itu nanti. Aku tidak mau momen ini rusak," ucap Jongin yang membuat Jennie menunduk menatap sepasang sepatunya.
"Aku akan memberikan mu waktu, selama apapun yang kau pinta. Akan ku tunggu sampai kau siap," sambung Jongin yang justru menimbulkan sedikit rasa bersalah di hati Jennie.
Jennie memang sejatinya tidak mau merusak momen hari ini, tapi Jennie bukanlah tipe orang yang bisa memendam rentetan kalimat yang ada di benaknya.
"Jangan begitu, kalau kau seperti itu terus justru kau akan semakin membuat kelonggaran di hati ku. Entahlah ada apa dengan diri ku yang secara anehnya tidak bisa langsung percaya terhadap mu 100%. Atau mungkin kita ini hany---"
"Ku bilang hentikan," potong Jongin yang kini justru membiarkan es krim di tangannya mencair.
Jongin menatap Jennie dengan lekat. "Ayo kita pindah tempat," ucap Jongin yang kemudian bangkit. Namun tidak dengan Jennie.
"Kita selesaikan dulu perbincangan ini," kata Jennie yang membuat Jongin menoleh kearahnya.
"Perbincangan kita sudah selesai, ayo pindah lokasi." balas Jongin.
Jennie menggelengkan kepalanya. "Belum, ini belum selesai."
"JENNIE! Sudah ku bilang hentikan pembicaraan ini. Maaf kalau aku tiba-tiba masuk kedalam kehidupan mu yang kebetulannya saat itu kau sedang kacau. Apa lagi yang kau bimbangkan? Tepis jauh-jauh rasa bimbang mu itu, kau pernah merasakan perasaan di ragukan bukan? Kau tau rasanya itu tidak enakkan? Dan kau mau memperlakukan aku seperti itu?" tutur Jongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME [JENNIE KIM]✔
Fiksi PenggemarMemiliki hubungan selama 8 tahun bersama Sehun bukan lah waktu yang singkat bagi Jennie. Sudah banyak kenangan yang terukir serta angan-angan yang terbentuk. Namun dengan kejamnya Sehun menghancurkan semua itu dalam satu detik dengan kalimat. 'Kit...