Selama pelajaran berlangsung Seeyan terus saja menguap. Sesekali matanya akan terpejam dan terbuka kembali ketika kepalanya menyentuh meja.
Untung sekarang ini di kelasnya sedang pelajaran seni. Coba saja kalau bu Jiho, dia pasti sudah habis!
Semalam dia tidak bisa tidur, kantung matanya menghitam. Dan semua itu bukan tanpa alasan, dia terbayang-bayang hal menakutkan tentang teror itu dan sampai sekarang dia masih menebak-nebak siapa pelakunya.
"Untuk saat ini saya akhiri dulu, minggu depan kita lanjutkan lagi. Dan Lee Seeyan,"
"Iya pak?" Seeyan langsung berdiri saat mendengar namanya dipanggil. Padahal tadinya dia akan tertidur.
Pria paruh baya yang merupakan guru seni itu menghela nafas.
"Cuci muka atau lakukanlah aktivitas di luar kelas agar rasa kantukmu menghilang. Jangan coba-coba untuk melanjutkan tidurmu."
"Ahh, baiklah. Maafkan saya pak."
Pria paruh baya itu menggelengkan kepala melihat tingkah Seeyan dan setelahnya keluar kelas disusul anak-anak lain yang ingin ke kantin.
Seeyan meregangkan ototnya dan beranjak keluar kelas, tidak untuk ke kantin tapi kamar mandi. Dia ingin mencuci muka berharap rasa kantuknya menghilang atau paling tidak berkurang.
Dalam hati dia mengumpati si pelaku teror boneka. Gara-garanya Seeyan tidak fokus pada pelajaran dan baru saja terkena teguran.
Tapi akhir-akhir ini Seeyan memang merasa sering membuat masalah pada guru padahal sebelumnya tidak pernah, dia cenderung pendiam dan tidak mau menonjol sedikitpun.
Sekarang ini dia sudah berada di toilet dan memasuki salah satu bilik. Dia ingin buang air kecil terlebih dahulu sebelum mencuci muka.
Selama di dalam bilik Seeyan mendengar ada suara dari luar tapi dia tidak tau suara apa. Seeyan tidak begitu memikirkannya.
Kemudian dia keluar dari dalam bilik. Disitu hanya ada dirinya, tumben sekali. Biasanya ada siswi lain walaupun hanya satu atau dua.
Seeyan langsung mencuci tangan di wastafel dan membasuh wajahnya dengan air. Dia melakukannya berkali-kali sambil menepuk pipinya keras supaya rasa kantuknya hilang.
Menghela nafas panjang lalu Seeyan melihat pantulan wajahnya di depan kaca.
Melihat dirinya cukup lama dan bergumam sendiri."Aku mungkin tidak cantik, tapi aku bersyukur bisa memiliki Jaemin meskipun aku tidak tau bagaimana perasaannya padaku."
Setelah urusannya selesai Seeyan bermaksud keluar dari toilet, lama-lama sendirian di toilet juga membuatnya merinding. Dia jadi parno karena teror boneka semalam.
Baru saja membuka pintu,
tubuh Seeyan langsung terguyur oleh tepung dan air dari atas secara bersamaan. Ember bekas air langsung terjatuh, masih beruntung ember itu tidak mengenai kepalanya jika iya, dia semakin terlihat menyedihkan.
Dengan perasaan campur aduk, Seeyan melihat ke atas.
Semuanya seperti sudah disiapkan. Seeyan tidak tau siapa yang sudah mengerjainya. Disitu benar-benar tidak ada siapapun.
Lagi-lagi seragamnya kotor. Bahkan seragam cadangannya masih belum dikembalikan oleh si pengambil.
Ckrek!
Seeyan berjengit kaget saat ada yang memotretnya dari arah depan.
"Sepertinya akan seru kalau aku mengirimnya di web sekolah. Semua pasti akan membicarakanmu!" ujar seorang gadis sambil melihat-lihat bangga hasil potretannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin