Pastikan vote sebelum membaca ya
Sinar matahari yang masuk melalui celah tirai memaksa gadis berbalut selimut itu terbangun dari tidur nyenyaknya.
Yang ia ketahui pertama kali saat terbangun bukanlah kamarnya, aromanya berbeda. Dari warna temboknya jelas ini bukan kamar miliknya.
Perlahan ia membangkitkan tubuhnya, namun rasanya sulit karena sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia meringis, ranjang yang sedang ia tempati saat ini benar-benar berantakan. Matanya mengerjap beberapa saat sambil mengingat-ingat apa yang sudah terjadi pada dirinya.
Dan ketika kejadian semalam mulai terputar di otaknya, ingin rasanya ia mengutuk dirinya sendiri.
Cklek
Atensinya langsung teralih saat pintu kamar dibuka. Seorang pemuda masuk dengan nampan yang berisi satu gelas susu dan roti panggang. Ia terkejut melihat gadis yang ada di kamarnya sudah terbangun. Padahal pemuda itu tidak berniat membangunkannya.
"Kau sudah bangun?" tanyanya dengan suara rendah.
Gadis itupun tak menjawab, hanya merapatkan selimut pada tubuhnya yang tadinya merosot kebawah.
"Ini sarapanmu. Aku tidak tau kau menyukainya atau tidak, tapi ini yang kumakan setiap pagi."
Hening. Hanya terdengar suara jarum jam, menarik perhatiannya untuk menatap gadisnya yang terdiam.
"Seeyan?"
Wajah Seeyan memerah saat Jaemin menatapnya cemas, mengingat apa yang sudah ia lakukan semalam sungguh membuatnya malu pada pemuda itu.
Jaemin meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas lalu duduk di sisi ranjang yang kosong. Tak jauh dari tempat Seeyan duduk. Sontak Seeyan semakin merapatkan selimutnya dan meremasnya kuat, padahal Jaemin tak melakukan apapun.
Seeyan semakin salah tingkah melihat Jaemin yang tersenyum lembut padanya seperti tidak terjadi apa-apa.
"Maaf, aku kelepasan. Kalau kau mau membenciku atau memukulku, aku akan menerimanya. Lakukan saja sesukamu." kata Jaemin pasrah. Tatapannya sendu.
Tidak mungkin, Seeyan tidak setega ini pada Jaemin. Ia mengakui ini bukan hanya salah Jaemin, tapi dirinya pun juga. Jika saja semalam ia tidak memancing Jaemin, ia tidak akan berakhir bangun di kamar pemuda itu.
Seeyan menggelengkan kepalanya lemah. "Aku tidak akan melakukannya. Ini salahku- ah, salah kita berdua. Aku tidak mungkin membencimu dan menyalahkanmu sendirian. Lagipula ini sudah terlanjur terjadi, mau menyesal atau tidak, tidak akan ada yang berubah."
Jaemin sontak menarik Seeyan ke dalam pelukannya, memeluk gadis itu erat seolah tidak ingin kehilangannya.
Seeyan terkejut, selimut yang menutupi dadanya sampai merosot. Membuatnya semakin malu karena posisinya yang berada di dekapan Jaemin.
"Terimakasih." ucap Jaemin pelan seraya mengelus surai lembut Seeyan.
"Ekhmm, Jaemin. Bagaimana caranya aku ke sekolah? seragamku kan di rumah?"
Seeyan melepas pelukan Jaemin, perlahan tangannya bergerak untuk menarik selimut. Dan semua itu tak luput dari pandangan Jaemin.
Kali ini Seeyan membuang rasa malunya, dan memilih menatap pemuda yang ada di depannya. Ia baru sadar, ternyata Jaemin sudah mengenakan seragamnya.
"Tidak usah pergi ke sekolah. Kau disini saja."
"Hah?" Seeyan terkejut. Jaemin menyuruhnya membolos begitu? mana mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin