Jaemin memasuki kediamannya yang sudah jarang sekali ia kunjungi. Tak banyak berubah, aromanya dan suasananya masih sama. Senyum miris terukir diwajahnya ketika melihat bingkai foto yang masih terpanjang apik di dinding.
Setelah puas memandanginya, Jaemin naik ke lantai atas, lebih tepatnya menuju ke kamarnya. Jaemin yakin ayahnya belum pulang, biasanya pria paruh baya itu akan duduk di ruang tengah dengan koran dan kopi di tangannya.
Ini kali pertamanya lagi bagi Jaemin pulang ke rumahnya setelah terakhir kali bersama Seeyan. Sebenarnya ia hanya ingin mengambil barang-barang pribadinya, namun jika dipikir-pikir tidak ada salahnya juga kan sekali-sekali tidur disana? ia merindukan kamar masa kecilnya itu.
Dug
Srakk
Bughh
Langkah Jaemin terhenti ketika mendengar suara-suara berisik, tubuhnya mematung di depan pintu kamar yang berada tepat di samping kamarnya.
"Sshh... arrghhh— t-tolonghh... hentikan— ahhh!"
Ia menelan ludahnya ketika suara berisik barusan disusul dengan suara teriakan wanita. Tubuhnya tiba-tiba gemetar.
Jaemin tau, apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana. Telapak tangannya mengepal kuat.
Duaghh
"Aakkhhhh....."
Cukup. Jaemin tidak bisa lagi untuk tidak menahan dirinya.
Brak
Ia membuka pintu dengan kasar, matanya melebar ketika melihat apa yang terjadi di dalam kamar bernuansa kelabu itu. Semuanya berantakan.
Seseorang yang berada di dalam sana seketika menoleh, matanya menatap tajam Jaemin yang berdiri di ambang pintu.
"Wah, ternyata adik kecil. Tidak sopan sekali ya masuk kamar tanpa mengetuk."
Orang itu bangkit dari posisinya yang berjongkok, lalu berjalan santai ke arah Jaemin. Jari-jarinya mengapit satu batang rokok yang menyala, sesekali ia sesap sambil menghembuskan asapnya ke udara. Tak peduli orang yang berada di sekitarnya merasa terganggu sekalipun.
Jaemin menatap nyalang orang yang lebih tinggi sedikit darinya itu, tangannya sudah gatal ingin memukul wajahnya.
"Mau apa kau kesini, minta uang pada orang itu? atau... mau ikut bergabung denganku? haha,"
"Mau sampai kapan seperti ini?" tanya Jaemin sesabar mungkin, menahan emosinya dan mencoba memahami kondisi.
Namun hanya asap yang ia dapat, lelaki di depannya itu hanya diam menatapnya datar. Masih asik menghisap batang rokok.
Jaemin membuang nafasnya. "Aku serius. Kalau kau tidak menghentikan kegilaanmu, aku akan— "
"Apa? melaporkanku pada si tua itu? cih." membuang wajahnya sebentar, lalu kembali menatap Jaemin. Bibirnya terangkat membentuk seringaian. "Jangan munafik. Aku tau Na Jaemin, kau sama sepertiku."
Jaemin mengernyitkan dahinya. "Jangan samakan aku denganmu!"
Tak lama, tawanya pecah memenuhi ruangan gelap itu. Membuat Jaemin dan seorang wanita yang masih meringkuk di dalam tersentak.
"Hahh... lucu sekali. Kau pikir aku tidak tau apa yang sudah kau lakukan selama ini?"
Jaemin terdiam. Tidak mungkin kan? jangan bilang kakaknya itu telah memata-matainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin