"Kak, tolong aku!"
Laki-laki bertompeng itu sepertinya tampak terkejut saat melihat ada orang lain disini, dan aku mengenalnya. Ya, dia tetanggaku. Lee Minhyuk. Sepertinya dia baru saja akan pergi bekerja di minimarket, aku tau shiftnya malam karena paginya dia harus kuliah.
"Mau kau apakan dia, brengsek!!"
Merasa terpergok dan tak ada pilihan akhirnya laki-laki bertopeng itu berlari secepat kilat. Aku sampai berjengit saking kagetnya.
"Sialan! Seeyan, kau tunggu disini aku akan mengejarnya."
Aku mengangguk dan kak Minhyuk langsung berlari untuk mengejarnya.
Dengan sisa tenagaku aku mencoba berdiri, dari sini aku bisa melihat mereka. Kak Minhyuk berhasil menangkap orang bertopeng itu walaupun harus beradu fisik terlebih dahulu. Orang bertopeng itu sempat hampir lolos jika saja kak Minhyuk tidak bergerak cepat.
Jelas saja, kalau mereka dibandingkan, tubuh kak Minhyuk lebih besar dan tinggi jadi kak Minhyuk bisa dengan mudah menangkapnya.
"Kau mau aku membuka topengnya sekarang juga?"
Aku takut saat kak Minhyuk berhasil menyeretnya dihadapanku.
Aku sedikit trauma sebenarnya tapi aku juga ingin tau siapa dia. Aku rasa pelaku peneror boneka itu juga pasti dia.
Tatapan kak Minhyuk padaku menjelaskan bahwa semua akan baik-baik saja dan aku tidak perlu khawatir karena ada dia disini.
Dengan ragu aku pun mengangguk.
Perlahan kak Minhyuk melepas topeng orang itu, tidak ada penolakan dan perlawanan sama sekali. Malah sepertinya dia santai saja seolah tak masalah jika identitasnya terungkap. Memang sinting.
Awalnya aku mengira dia orang yang berwajah psikopat saat wajahnya mulai terlihat sedikit demi sedikit, tapi...
aku salah.
Aku bahkan tidak percaya ini,
rasanya seperti tertimpa bebatuan lalu tertimbun di bawah. Batu yang semula diam namun tiba-tiba bergerak dan menimpaku tanpa memberikan pertanda. Dia datang begitu saja dan memberiku rasa sakit.
"Ishh, ternyata hanya anak kecil. Heh bocah! kenapa kau melakukan ini?? kau punya dendam pada gadis ini?"
Kak Minhyuk sempat menjitak kepalanya jengkel tetapi dia tetap diam menatapku. Kami saling tatap. Jujur aku kecewa.
"Seeyan, mau diapakan kunyuk ini? atau kita bawa ke kantor polisi saja supaya orang tuanya datang dan tau bagaimana perbuatan anaknya yang meneror seorang gadis!"
Refleks aku menyentuh lengan kekar milik kak Minhyuk. "Jangan! k-kurasa itu tidak perlu."
Kak Minhyuk menaikkan satu alisnya heran.
"Kenapa? kau mengenalnya?"
Aku memejamkan mataku sejenak, menahan air mataku yang sebentar lagi keluar. Hatiku benar-benar sakit sekarang.
"Dia.. kekasihku." lirihku sambil menunduk, menyebabkan anak-anak rambutku jatuh menutupi sebagian wajahku.
Rasanya aku ingin tertawa saja, iya, tertawa miris.
Dia, orang yang berdiri di depanku dan sedang menatapku datar ternyata adalah Na Jaemin.
Orang yang berhasil menakutiku dan membuatku menangis. Bukankah itu lucu?
Kak Minhyuk sangat terkejut mendengar pernyataanku, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. Aku tau dia pasti tidak percaya padaku. Orang lain pun pasti akan sama terkejutnya dengan kak Minhyuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin