09

4K 490 111
                                    

Lee Seeyan

Sudah dari tiga puluh menit yang lalu aku duduk di halte bus dan belum ada juga bus ke arah rumahku yang berhenti. Biasanya tidak pernah terlambat seperti ini, mungkin ada masalah. Aku hanya harus menunggu lebih sabar lagi.

Seharusnya sekarang ini aku sudah tidur di kasur empukku dengan nyaman. Yah tapi itu salahku sendiri. Sebenarnya tadi Jisung ingin mengantarkanku pulang, tapi aku menolaknya. Aku merasa tidak enak jika terus merepotkannya setelah menolongku dan meminjamiku baju olahraganya.

Baju olahraga Jisung masih melekat di tubuhku, dan aku memakainya kebesaran. Lengan bajunya menutupi seluruh tanganku sampai aku harus menggulungnya. Aromanya benar-benar wangi, aku bisa mencium aroma khas Jisung. Setelah ini aku berencana langsung mencucinya agar aku bisa cepat-cepat mengembalikannya. Maka dari itu aku ingin segera sampai di rumah.

Hari semakin gelap. Beberapa orang yang tadinya menunggu sepertiku mulai pergi satu persatu, entah itu naik taksi atau dijemput orang terdekatnya. Sedangkan aku? siapa yang mau menjemputku, Jaemin? tidak mungkin. Naik taksi? sayang uangku, uang bulananku saja sangat pas untuk kebutuhanku sehari-hari. Aku tidak ingin meminta lagi pada orang tuaku untuk mengirim uang tambahan, kasihan mereka yang bekerja keras dan aku hanya tinggal meminta uang.

Beberapa kali aku menggerakan kakiku, aku bosan. Tidak ada yang bisa kulakukan selain duduk diam.

Tapi sepertinya aku tidak perlu khawatir lagi, bus yang biasa aku tumpangi akhirnya datang juga. Mataku berbinar layaknya anak kecil yang sedang menatap permen kapas.

Aku segera berbegas. Saat aku masuk, di dalam sangat sepi. Hanya ada satu penumpang dan orang itu duduk di paling belakang. Aku menatapnya agak lama, orang itu sangat tertutup. Dia sepertinya tidur, wajahnya tertutup topi. Tadinya aku ingin duduk di depannya tapi aku kembali lagi dan memilih duduk di depan. Aku takut jika dia ternyata orang yang jahat, lebih baik aku menghindar sebelum segala kemungkinan buruk terjadi.

Perjalanan ke rumahku memakan waktu dua puluh menit. Itu saja belum benar-benar sampai di rumah. Aku masih harus berjalan lagi lumayan jauh.

Dan sepertinya ini hari sialku.

Jalan yang biasa aku lewati diberi plang. Ada perbaikan jalan. Inilah yang aku benci, jalan satu-satunya agar aku bisa sampai ke rumahku sekarang adalah melewati gang sempit yang minim penerangan.

Dari pertama kali aku lewat gang itu saat baru pindah, aku sudah tidak mau lagi melewatinya.

Menurutku menyeramkan. Bayangkan saja, malam hari melewati gang sempit, minim penerangan dan sangat sepi. Siapa yang tidak merinding, apalagi aku perempuan.

Tapi mau bagaimana lagi, mau tidak mau aku harus melewatinya. Jika tidak, malam ini aku tidak akan bisa tidur di rumah.

Benar dugaanku, tidak ada perubahan sama sekali. Gang ini masih sama seperti saat aku pertama kali menginjakan kaki disini. Aku kadang merasa heran, apa orang yang tinggal di sekitar sini tidak ada yang berinisiatif memberikan banyak lampu? atau paling tidak lampu yang memiliki cahaya sangat terang walaupun jumlahnya sedikit. Apa mereka tidak takut jika terjadi kejahatan disini?

Membayangkan saja sudah membuatku merinding.

Aku mulai memberanikan diri untuk berjalan.

Tadinya tidak ada yang terjadi dan tidak ada hal aneh ketika aku berjalan. Tetapi semakin lama berjalan, aku mendengar ada suara langkah kaki yang berbeda dengan langkah kakiku.

Saat derap kakiku cepat, derap kaki itu juga ikut cepat. Derap kakiku melambat, derap kaki itu juga lambat. Aku berhenti melangkah.

Hening.

2# Don't Recall [Jaemin NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang