29

4.6K 450 79
                                    

Beberapa hari ini sepertinya Jaemin menghindari Seeyan. Seeyan tidak mengerti kenapa sifat Jaemin kembali lagi seperti dulu, dimana dulu Jaemin selalu bersikap dingin padanya.

Saat mereka berpapasan di koridor Jaemin lebih memilih melihat ponsel daripada menyapa Seeyan.

Di kantin juga sama, Jaemin seolah tidak melihat keberadaan Seeyan padahal Seeyan jelas-jelas sengaja berdiri di depannya. Apakah Seeyan kurang tinggi sehingga Jaemin tak melihatnya? dan ini sudah berjalan tiga hari semenjak Jaemin mengajaknya ke rumah.

Seeyan ingin sekali mengajak Jaemin berbicara tetapi nyalinya ciut. Jujur ia sangat merindukan pemuda itu. Akhirnya Seeyan memilih memperhatikan Jaemin dari kejauhan dan mengikuti apapun kegiatan Jaemin. Tentunya tanpa Jaemin sadari.

Seeyan selalu merasa gelisah.

Otaknya benar-benar buntu untuk memikirkan apa penyebab Jaemin berubah.

"Kau akan terus seperti ini?"

Jeein bosan melihat Seeyan yang akhir-akhir ini tidak bersemangat, wajahnya selalu murung.

Seeyan mengangkat kepalanya yang semula ia tidurkan di atas meja lalu menatap Jeein penuh keputus asaan.

"Tidak tau,"

Jeein berkacak pinggang, melihat bagaimana menyedihkannya Lee Seeyan sekarang ini.

"Temui dia dan ajak dia bicara!"

"Bagaimana kalau dia tidak mau?" tanyanya diselingi desahan frustasi.

Jeein menggelengkan kepala, belum-belum sahabatnya itu sudah berpikiran negatif. Gadis itu kemudian melirik jam di dinding, mengabaikan pertanyaan Seeyan.

Sekarang seharusnya mereka sudah pulang ke rumah tapi karena Seeyan yang sedang menggalaui Jaemin, Jeein pun harus menemani gadis itu dan bersedia mendengar keluh kesahnya. Bukankah sahabat yang baik?

"Sekarang Jaemin sedang latihan basket kan?"

Seeyan mengangguk lemas.

"Tepat! sekarang temui dia dan suruh dia mengantarmu pulang agar kalian bisa berdua."

Sontak Seeyan menggelengkan kepalanya keras. Mana mungkin ia berani meminta Jaemin mengantarnya pulang, bertatap muka saja Jaemin sepertinya enggan.

Jaemin benar-benar berubah seperti dulu.

Mungkinkah Seeyan harus mengejarnya lagi?

"Dia tidak akan mau, kalau aku paksakan aku akan malu sendiri."

Jeein menggigit bibir bawahnya, ia terlihat memikirkan sebuah cara agar Jaemin dan Seeyan tidak hilang kontak. Bagaimanapun mereka harus memiliki waktu berdua agar bisa cepat menyelesaikan masalah yang sebenarnya tak berpenyebab ini.

"Disini banyak anak dari sekolah lain kan?"

Seeyan mengerutkan dahinya. "Setahuku memang iya, mereka akan tanding untuk melihat kemampuan masing-masing lawan sebelum turnamen. Kenapa kau menanyakan itu?"

Seeyan bisa tau karena kemarin ia sempat bertanya pada Renjun, diam-diam ia menemui Renjun agar tidak ketahuan Jaemin. Pemuda gingsul itu juga tidak masalah ditanya-tanyai, jadi itu memudahkan Seeyan untuk mencari informasi.

Jeein menjentikan jarinya. "Aku punya ide! sekarang kita ke lapangan dulu dan kau harus menemui Jaemin. Nanti aku akan memberitahumu cara membujuknya."

***

Seeyan sudah berada di lapangan. Disana sangat ramai, dan Seeyan merasa risih karena semua tatapan tertuju padanya. Entah karena apa, padahal penampilannya tidak mencolok.

2# Don't Recall [Jaemin NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang