Seeyan terus merutuki dirinya sendiri setelah mendapati dirinya sekali lagi terbangun di kamar milik Jaemin. Ini sudah kedua kalinya ia berada di situasi yang sama dan pada akhirnya hari ini ia membolos. Kali ini bukan hanya dirinya saja, tetapi Jaemin juga. Mereka berdua sama-sama kesiangan setelah menghabiskan malam yang sangat panjang.
Seeyan juga tidak habis pikir terhadap dirinya sendiri. Mengapa ia mengiyakan permintaan Jaemin, padahal hal yang ia lakukan dengan Jaemin beresiko besar. Semalam rasanya seperti ada yang terus mendorongnya untuk melakukan hal itu dan tanpa pikir panjang ia melakukannya.
Bukannya Seeyan ingin menyalahkan Jaemin, ia malah tidak bisa sama sekali menyalahkan pemuda itu. Apapun yang Jaemin lakukan, di depan matanya Jaemin tetaplah Jaemin yang ia cintai. Mau seburuk apapun itu, Seeyan tidak akan pernah bisa marah ataupun berpikiran untuk meninggalkannya.
Mungkin jika orang-orang tau mereka pasti menganggap Seeyan seperti jalang, padahal sebenarnya bukan seperti itu. Seeyan hanya berhubungan dengan satu orang dan orang itu sangat berarti untuknya. Seeyan hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk Jaemin. Ia tidak mau membuat Jaemin merasa kecewa. Karena baginya kebahagiaan Jaemin lah yang paling utama.
"Hngg, Jaemin, apa tidak sebaiknya kita tidak usah kemana-mana? aku takut ada seseorang yang mengenal kita dan melihat kita bersama-sama. Kita kan tidak sekolah, tanpa izin."
Jaemin masih fokus menyetir sedangkan Seeyan yang duduk di sampingnya sesekali melihat keadaan luar. Heboh sendiri.
Fyi, Jaemin benar-benar sudah sembuh hanya dalam waktu semalam. Ia sudah kembali seperti semula.
"Lalu? mereka sudah biasa melihat kita bersama 'kan." jawabnya santai seraya melirik ke arah Seeyan.
Meskipun yang dikatakan Jaemin benar, namun Seeyan masih terlihat gusar. Pipinya tiba-tiba memerah.
"Masalahnya situasinya berbeda dari biasanya! Aku takut mereka berpikiran macam-macam saat melihat kita, Jaemin."
Seeyan menggoyangkan lengan Jaemin sambil memohon-mohon. "Kita kembali saja ya? atau pulang ke rumahku juga tidak apa-apa. Aku sudah tidak begitu lapar."
Jaemin berdecak. Menurutnya Seeyan terlalu berlebihan. Kalau memang ada yang melihat mereka, lalu apa urusannya? tidak ada yang perlu ditakutkan, toh mereka tidak sedang melakukan kejahatan.
"Terserah. Tapi ini sudah setengah jalan, aku tidak mau kembali secara cuma-cuma."
Seeyan sontak menatap Jaemin yang tidak sedikitpun mengalihkan fokusnya dari jalanan. "Lalu kita mau kemana?"
Jaemin mendengus sebal. "Ke rumahku. Aku mau mengambil baju-bajuku."
Jaemin langsung membelokkan kemudinya dan mengambil jalan sebelah kiri, mungkin yang dimaksud Jaemin adalah rumah keluarganya. Seeyan tidak merasa gugup lagi karena ini bukanlah pertama kalinya ia pergi kesana. Kemungkinan besar ayah Jaemin tidak ada di rumah karena ini masih jam kerja.
Tidak butuh waktu lama mereka sampai. Mobil Jaemin memasuki halaman yang sangat luas dengan beberapa penjaga yang menyambutnya. Ini sedikit aneh bagi Seeyan, dahinya berkerut samar. Matanya daritadi tak berhenti menatap orang-orang yang sudah berjejer.
"Turun." titah Jaemin.
Seeyan melepas seatbelt yang melekat di tubuhnya lalu keluar seiring dengan pergerakan Jaemin.
Jaemin benar-benar bersikap dingin, sorot matanya yang memang pada dasarnya tajam terlihat jelas ketika di depan orang-orangnya. Sebenarnya ada apa dengan pemuda itu? terkadang di sekolah, sikapnya berbeda dengan orang lain. Jaemin bisa bersikap hangat di depan orang-orang, terkecuali dengan Seeyan, maka dari itu banyak gadis yang menyukainya. Jaemin juga bisa tiba-tiba berubah jika moodnya sedang buruk, tak jarang beberapa siswa yang sudah menjadi korbannya. Namun hal itu tak terlalu terlihat di depan umum, bahkan yang pernah melihatnya juga tak masalah dengan apa yang dilakukan Jaemin. Pesonanya memang tak bisa terabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin