Sejak sampai di sekolah Seeyan bertingkah seperti orang yang sedang dikejar wartawan. Menutupi sebagian wajahnya dengan rambutnya dan berlari sepanjang koridor sampai ke kelas. Membuat orang di sekitarnya heran. Istirahat juga sama, ketika bel berbunyi ia langsung keluar dari kelasnya dan berniat langsung ke perpustakaan. Namun sayangnya dari kejauhan ia melihat seseorang yang hari ini ingin ia hindari.
Na Jaemin.
Seeyan sangat sangat ingin menghindari pemuda itu, alasannya karena tadi malam.
Setelah Seeyan kembali ke apartemen Jaemin, ia malah seperti tidak dianggap. Jaemin asik sendiri dengan teman-temannya, sedangkan Heejin yang sepertinya memang sudah akrab dengan mereka bisa mengimbangi obrolan mereka. Dan disitu Seeyan terlihat seperti orang bodoh yang tidak tau apa-apa. Seeyan masih bisa menahannya dan hanya bisa terus berharap waktu berjalan cepat agar ia bisa pulang walaupun sebenarnya ia sangat tersiksa. Tuhan akhirnya mengabulkan doanya, mereka akhirnya pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.
Tetapi saat Seeyan tau selain mengantarnya pulang, Jaemin juga mengantar Heejin, moodnya seketika kembali buruk. Tentu saja secara terang-terangan Seeyan menolaknya dan mengancam akan pulang berjalan kaki kalau harus satu mobil dengan Heejin.
Dan apa yang dilakukan Jaemin?
Menuruti permintaan Seeyan dan mengantar gadis itu selamat sampai rumah?
Kalian salah besar jika berpikiran seperti itu.
Alih-alih membunjuk Seeyan dengan lembut, Jaemin malah memarahinya dan mengatainya childish. Pemuda itu tetap bersikeras ingin mengantarnya dan Heejin sekaligus. Ini semua salah Lee Haechan! gara-gara lelaki itu pulang duluan karena ada urusan mendadak, Jaemin jadi merasa bertanggung jawab pada Heejin.
Padahal bisa saja Heejin meminta tolong pada Renjun atau Jeno—kecuali Soobin dan Hyunbin yang berboncengan—tetapi gadis itu diam saja seolah memang ingin Jaemin yang mengantarnya. Seeyan jelas saja marah, secara tidak langsung waktu berduanya dengan Jaemin terusik.
Gadis itu tetap pada pendiriannya, ia tidak mau diantar Jaemin jika ada Heejin dan lebih memilih berjalan kaki. Seeyan berpikir Jaemin pasti akan mengalah karena tidak tega melihatnya—yang notabennya adalah kekasih Jaemin—pulang jalan kaki.
Tetapi Jaemin tetaplah Jaemin, lelaki brengsek yang keras kepala. Ia lebih memilih mengantar Heejin dan meninggalkan Seeyan di depan pintu apartemennya sendirian. Sedangkan Soobin, Hyunbin, Renjun dan juga Jeno baru saja pulang.
Seeyan shock sebenarnya, tidak menduga hal seperti ini akan terjadi. Fine, mungkin kalau jarak rumah Seeyan dan Jaemin seperti jarak halte ke sekolahnya, ia masih merasa baik-baik saja. Tapi ini...
seperti jarak dari rumahnya ke sekolah, bahkan lebih jauh lagi.
Apa memang Jaemin setega ini? membiarkan seorang gadis malam-malam berjalan kaki sendirian dengan jarak sejauh itu. Lalu apa artinya Heejin lebih penting darinya?
Itu yang membuat Seeyan merasa kecewa.
Seeyan menangis detik itu juga di depan pintu apartemen Jaemin. Duduk di bawah dengan kakinya yang ditendang-tendangkan di udara. Persis seperti anak kecil yang menangis karena permennya diambil.
Dalam hati ia menyesal, kenapa harus egois dan bersikap kekanakan. Ya sebenarnya bukan salah Seeyan juga, ia pikir Jaemin lebih mementingkannya daripada nenek sihir itu. Tapi malah senjata makan tuan.
"Hiks— aku membenci Na Jaemin!!" itulah kalimat yang terus saja Seeyan lontarkan sambil menangis. Sekalipun tidak peduli tetangga Jaemin sampai keluar pintu untuk melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin