Ketika bel berbunyi, Seeyan buru-buru membereskan barang-barangnya dan berniat keluar kelas. Tak lupa sebelum itu ia berpamitan dengan sahabat baiknya.
"Jeein, aku duluan ya. Atau kau mau ikut menjenguk Jaemin?"
Jeein seketika menghentikan aktivitasnya yang sedang memasukkan buku-buku ke dalam tas. Ia tampak diam, memikirkan sesuatu. Tatapannya kosong.
Seeyan pun masih setia menunggu jawaban Jeein, namun tak lama gadis bertubuh bongsor itu menjawab sambil tersenyum simpul.
"Jaemin hanya membutuhkanmu, Seeyan. Cukup kau datang dan merawatnya, dia sudah senang. Lagipula aku harus menemani ibuku ke salon. Ibuku pasti sudah menunggu di depan."
Air muka Seeyan berubah saat mendengar kata 'ibu' yang keluar dari mulut Jeein, ia tampak antusias. "Wahh, bibi Yiyang ya?? sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Tolong sampaikan salamku pada bibi ya, kalau ada kesempatan aku pasti akan mampir ke rumahmu."
Jeein mengangguk pelan. "Akan kusampaikan."
"Dahh," Seeyan melambaikan tangannya pada Jeein sebelum akhirnya keluar kelas. Ia sedikit berlarian agar cepat keluar dari gedung yang super besar ini. Tidak peduli sama sekali menjadi pusat perhatian, sampai-sampai ia tak sadar ada seseorang yang keheranan menatapnya.
Ketika Seeyan melewati pohon besar yang memang sudah ada sejak ia datang di sekolah ini, tepatnya di jalan akan menuju gerbang, ia menghentikan langkahnya.
Matanya menyipit untuk memastikan seseorang yang sedang berdiri menyender pada pohon sambil melipat tangannya. Gayanya sangat angkuh. Orang itu tidak terlihat mencurigakan, namun matanya tak berhenti menatap ke arah jendela kelas yang berada di atas.
Alasan Seeyan berhenti bukanlah karena terpesona akan wajah tampan itu, tapi karena ia mengingat siapa orang itu sebenarnya.
Orang itu... kakak Jaemin kan?
Entah batinnya merasa terpanggil atau bagaimana, orang yang ternyata adalah kakak Jaemin itu mengalihkan atensinya pada Seeyan.
Seeyan yang ditatap secara tiba-tiba tentu saja kaget. Tubuhnya sedikit terlonjak, apalagi tatapan lelaki itu menusuk. Persis seperti adiknya.
Kegugupan Seeyan bertambah saat pria itu memilih berdiri tegak dan berjalan santai ke arahnya. Dahi Seeyan langsung berkeringat. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang malah berhenti dan menatap lelaki itu. Ia sebenarnya agak takut dengan kakak Jaemin, menurutnya kakak Jaemin misterius.
Tap
Seeyan yang memang sengaja menunduk, melihat ujung sepatu seseorang yang berhenti tepat di depannya. Tanpa perlu mendongak pun ia tau siapa orang itu.
Lelaki seusia kakaknya.
Aroma maskulin seketika menyeruak. Dan pada akhirnya Seeyan mendongakkan kepalanya perlahan, melihat bagaimana sosok dingin itu dari dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin