Seeyan sangat lelah hari ini, semalam ia begadang hanya untuk bertukar cerita dengan Hyunjin dan mengharuskannya tidur pagi. Ia hanya tidur tiga jam dan sekarang sudah berada di sekolah. Untung ia datang ke sekolah tepat waktu.
Seeyan menidurkan kepalanya di atas meja sampai suara bel terdengar dan semua siswa di kelasnya mulai ribut untuk duduk di tempatnya masing-masing.
Anehnya suasana kelas tiba-tiba hening. Jika bukan karena ada guru pasti ada kepala sekolah yang datang berkunjung. Tapi ketua kelasnya akan langsung menyiapkan jika dua kemungkinan itu terjadi, dan ini tidak ada suara ketua kelas sama sekali bahkan suara sedikit saja tidak ada. Seeyan jadi penasaran. Perlahan ia mengangkat wajahnya untuk melihat situasi.
Tidak ada siapapun di depan. Lantas...
"Ikut aku."
Tubuh Seeyan langsung tertarik untuk mengikuti seseorang yang baru saja menarik pergelangan tangannya.
Oh, pantas saja hening. Ternyata kelasnya kedatangan seorang Na Jaemin.
"Pelan-pelan Jaemin, tanganku sakit!"
Namun Jaemin tidak mempedulikannya. Pemuda itu terus menarik Seeyan sampai ke rooftop. Tentu saja kening Seeyan berkerut tak mengerti.
"Rooftop? sekarang waktunya pelajaran—"
"Aku tidak peduli!" bentak Jaemin, matanya menatap tajam manik Seeyan.
Seeyan tidak mengerti apa yang sudah terjadi dengan kekasihnya sampai marah seperti ini. Jangan lupakan pergelangan tangannya yang masih dicengkram kuat, ia yakin pasti membekas merah.
"Jaemin tenang dulu, sebenarnya alasanmu marah seperti ini karena apa? aku membuat kesalahan?" Seeyan mencoba bertanya secara halus, siapa tau emosi Jaemin akan mereda.
"Kenapa kau tidak datang" sebenarnya Jaemin bertanya tapi suaranya kelewat datar hingga tidak terkesan seperti sebuah pertanyaan.
Seeyan memutar otaknya untuk mencerna kalimat Jaemin, hatinya bergetar mendengar suara itu apalagi suara Jaemin semakin berat dari sebelum-sebelumnya.
Kenapa kau tidak datang
Tidak datang
Hmm
Ah, Seeyan mengerti.
Pasti Cafe!
"Maaf, kemarin aku tidak bisa menemuimu karena ada urusan. Kau marah karena itu?"
Dengan gerakan pelan Seeyan melepaskan tangannya dari cengkraman Jaemin dan untungnya Jaemin tidak mencoba menahannya lagi. Mungkin sudah sedikit melunak.
"Kau tidak berpikir aku marah hanya karena itu kan, Lee Seeyan?"
Seeyan tersenyum, tangannya terangkat untuk menyentuh rahang tegas milik Jaemin tetapi Jaemin langsung menepis tangannya kasar.
"J-jae—"
"Jangan main-main denganku sialan!!" bentaknya.
Jaemin mencengkram kembali pergelangan tangan Seeyan, namun kali ini keduanya. Pemuda itu mendorong Seeyan sampai punggung gadis itu membentur tembok pembatas, membuatnya shock.
Jalan buntu bagi Seeyan. Jaemin mengungkung tubuhnya.
Kedua mata itu bertatapan. Saat ini Seeyan sedang takut, Jaemin kembali seperti dulu. Tatapannya sama persis seperti kejadian di belakang gedung sekolah waktu itu dan Seeyan tidak mau terjadi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2# Don't Recall [Jaemin NCT]
Fanfiction"Mempertahankanmu adalah kesalahan terbesarku." -Lee Seeyan "Aku benci perempuan yang melakukan hal tidak berguna sepertimu." -Na Jaemin