3. Cepat

22.4K 1.4K 88
                                    

"Eh goblok!" Marc menjerit karena aku tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi.

"Sori Marc, kebelet."

Aku menghela napas lega membuang urinku. Marc duduk di pojokan sambil merokok. Kapan sih dia mulai merokok? Aku masih gak tahu sampai sekarang.

"Lo sejak kapan ngerokok?"

"Mau coba?"

"Ehh.. gak deh."

"Sekarang gak deh gak deh, giliran Kenny yang nawarin langsung mau lo!" Marc menggeplak kepalaku.

Itu gak bener.
Aku mungkin emang mau bikin tato karena Kenny, tapi masalah rokok itu berbeda. Aku juga gak tahu Kenny merokok atau tidak. Aku ketemu dia aja baru satu kali.

Kita berdua punya jadwal buat ketemu Kenny hari ini. Sebenarnya karena kita panik, tatonya mulai timbul. Seperti luka yang sudah kering. Aku baca di google sih proses seperti ini wajar, tapi aku kan takut. Kalau kita santai-santai ternyata infeksi kan bahaya juga.

"Bokap gue ke Jakarta lagi! Sialan!" gerutu Marc.

"Hah? Ngapain?"

"Gak tau."

"Ngomong-ngomong... nyokap lo gapapa tuh?" aku bertanya pelan-pelan takut menyinggung perasaan Marc. Ayahku dan ayahnya Marc sahabat dekat, jadi aku tahu dari ayahku kalau orang tuanya Marc baru saja bercerai.

"Gapapa. Kebal dia. Lagipula udah ada pacar juga nyokap gue." jawab Marc sambil mengenakan bajunya. Mengaduh sedikit-sedikit ketika kemejanya mengenai tatonya.

Tenang kawan, rasa sakitmu tidak seberapa.
Aku....
Aduuuuuhhh!!
Pakai celana dalam aja ngilu banget.
Mau menangis menyesal karena nakal gak nurutin mama.

Muka kita sama-sama meringis sambil ngobrol, "Mau punya papa baru dong?"

Marc mendekat sambil tertawa, "Papa rasa abang!"

"Hah?"

Dia tergelak, "Umurnya lebih muda dari Mario. 2 tahun lebih muda kalo gak salah."

Memang sedang jaman sih ya pacaran dengan brondong. Aku juga suka Kenny yang lebih tua dari aku.

Mario itu abangnya Marc yang paling tua umurnya 30 tapi belum menikah. Walaupun umur segitu memang umur matang untuk menikah, tapi umur mamanya Marc kan sudah hampir 60 tahun.

Marc ini anak paling kecil di keluarganya.
Sedangkan aku anak tunggal. Gak punya kakak atau adik, adanya saudara tiri 2 orang.
Papa meninggal waktu aku masih umur 16 tahun karena penyakitnya. Kanker paru-paru. Thats why aku gak merokok!

Jadi mamaku menikah lagi sama temannya papaku karena katanya sih titahnya. Tapi yaa palingan alasan aja biar aku bisa terima.

Untung ayahku baik sih. Aku gak dijadiin cinderella. Justru aku adalah anak bawang hahaha yang paling diturutin semua kehendak dan kemauannya.

Marc membuka handphonenya sambil berdeham, "Kacau. Lihat nih. Fotonya sexy banget!"

Dia mengacungkan foto saudara tiriku kepadaku. Seorang beauty vlogger yang belom terkenal. Setiap foto instagramnya adalah foto makeupnya dia. Dan dia kuliah di Jakarta. Makanya Marc juga kepengen. Dasar bucin.

Marc tergila-gila banget daaaaaaaannnn kami bertiga seumuran. Tahun lahirnya sama.
Ya tapi kan beda papa.

Saudaraku yang kedua ini namanya Iggy. Iggy Azalea.
Gak deng hehehe.
Namanya Panthera Igris. Kata ayah waktu ibunya lagi hamil Iggy, ibunya suka banget nonton 'Pink Panther' jadilah dinamain sesuai nama latinnya harimau kumbang itu.

Kalau kakak tiriku yang pertama namanya Uno Numeria. Namanya aneh-aneh deh anak-anak bawaan ayahku. Dia ini tinggal di Australia, jadi ayahku suruh aku kuliah di sana supaya nemenin Kak Uno.

Kami asalnya dari Garut.
Kota kecil di Jawa Barat.
Sekarang ngomong lo-gue biar kelihatan keren dan gak kelihatan bopung aja.
Nanti kalo udah pulang ke Garut juga sundaan deui. (read: Sundaan lagi)

"Aduduh..." aku meringis di setiap aku berjalan. Baru saja turun dari mobil dan mau masuk ke studio tatonya Kenny.

Waa gak sabar lihat si cantik Kenny.

"Belagaan sih bikin di situ." Marc menyulut rokoknya.

Buru-buru aku menepak batang rokok itu hingga terjatuh, "Jangan rokok terus Marc! Gue jadi termasuk perokok pasif nih dan itu berbahaya dua kali lipat daripada yang merokok langsung! Gue gak mau mati sendirian."

"Gue perokok aktif dan pasif bego. Gue yang ngerokok terus gue juga yang nyium asepnya. Dibego-begoin iklan lo."

Aku bengong sebentar.
Ada benarnya juga.
Yah yaudahlah. Biarin dia mati duluan.
Aku membiarkannya merokok sebentar karena Kenny memang belum datang. Kita datang kecepetan.

***

*KENNY'S POV*

"Haaa.." Adrian mendesah pelan sambil memegangi rambutku. Kepalaku maju dan mundur memanjakan kejantanannya.

"Aku sebentar lagi mau pergi. Jadinya cepat selesaikan."

"Kamu.. berhenti ajalah... jadi tato artist." jawab Adrian terbata-bata. Dia menghentikan aksiku dan memaksaku berdiri. Tangannya membuka kembali jaket kulitku dan menanggalkan semuanya yang melekat di tubuhku.

Bibir kami menyatu, saling beradu. Aku tahu dia melakukan ini agar aku tidak bisa menjawabnya. Dia tahu aku pasti akan menolaknya mentah-mentah meskipun diiming-iming uang banyak. Menjadi tato artist itu mimpiku, bukan karena aku harus mencari uang.

Dia merebahkan aku di ranjang, "Hm? Gimana? Kita kan bisa nikah jadi kamu gak perlu kerja."

Bibirnya mengecup leherku, turun ke dadaku, dan teruus turun ke bawah hingga ke pusatnya. Aku melenguh ketika lidahnya meliuk cepat di bagian intimku dan kedua tangannya mempermainkan putingku.

"Kamu tau jawabannya."

Adrian berdiri setelah mendengar jawabanku, kejantanannya mengacung siap untuk menghujam milikku. Aku menahan napas ketika dia mulai memaksa miliknya menyeruak masuk.

"Aaah.. Adrian..." aku merintih perlahan.

"Apa Kencana?"

Aku menarik bantal dan melemparkan ke arah wajahnya yang sensual, "Jangan panggil Kencana!"

Adrian menyeringai, mengencangkan hentakannya untuk membalasku.

"Cepat sayang, aku mau pergi." aku sedikit meronta begitu melihat Adrian menggodaku. Aku tahu dia tidak akan membuatku orgasme lebih cepat karena dia sedang menahanku.

"Kalau gitu coba bikin aku keluar dengan cepat dong." tantang Adrian.

Kali ini gantian aku yang menyeringai dan mendorong tubuhnya. Sekarang dia ada di bawahku dan aku yang memegang kontrol. Perlahan-lahan kunaik-turunkan bokongku dengan tempo yang tetap, lalu semakin lama semakin cepat.

Benar saja Adrian pun tak tahan, beberapa menit setelah persenggamaan singkat ini, dia menumpahkan segalanya.

Dia membelai wajahku dan mencium pipiku lembut, "You're free to go."

Buru-buru aku mengenakan kembali semua pakaianku.
Hmm.. hari ini aku ada janji dengan Marc dan Kairo untuk kontrol tatonya dan...
Apa ya?

Ah? Cuma itu ya ternyata?

"Aku hari ini banyak waktu kosong. Kamu mau jemput?" tanyaku pada Adrian. Kalau dia mau jemput jadinya aku tidak perlu bawa motor.

"Hm? Aku mau ketemu Danar, istrinya si Danira baru melahirkan."

"Ohh.. Lawyer kamu itu ya?"

Adrian mengangguk. Tapi dia belum beranjak dari ranjang. Malah menyalakan televisi.

"Yaudah aku pergi dulu ya?" setelah selesai menggunakan sepatu, aku bergerak maju mencium bibirnya pergi dari sini menuju studio-ku.

.
.
---
Yang baca semua ceritaku pasti tahu siapa Danar dan Danira hahahahaha.

Little DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang