XP (BIAR GAK DISURUH PUTUS)

17.8K 1.2K 211
                                    

Rumah Sakit.

"Tahan ya sayang yaa... Ada aku kok di sini kok." Kupegang erat-erat tangan Kenny yang mencengkeram keras pergelangan tanganku. Tangannya dan seluruh tubuh bagian atasnya menegang, wajahnya berlumuran keringat. Dia memejamkan mata sesekali dan menghembuskan napas kasar.

"Aku deg-degan banget Kai."

"Sakit sedikittt kok katanya. Aku temenin yaa?" keningnya kukecup beberapa kali. Agar dia tenang.

Aku sedikit sedih melihat Kenny yang gugup tak bisa berhenti bergerak di atas ranjang pasien ini. Aku gak menyangka dia harus mengalami hal ini karena aku. Aku merasa bersalah.

Tak lama kemudian dokter pun datang dan dia mengernyitkan dahinya memandangku sama Kenny yang sedang berpegangan tangan.

"Kalian kenapa?" tanyanya menahan tawa.

"Pacar aku deg-degan katanya." Jawabku kesal. Emangnya dia pikir lucu?? Pacarku udah kayak orang mau disembelih ini ketakutan banget.

"Yaa resiko." Kata dokternya masih tak bisa menghilangkan senyum diwajahnya. Terutama saat melihat Kenny yang pucat pasi.

"Bakal sakit banget emangnya ya dok?" tanyanya.

"Atur aja pernapasan."

Kenny mengangguk dan aku melihat air mata mulai mengalir di pelipisnya, "Ken kenapa??" siapa yang gak panik melihat Kenny menangis. Ini pemandangan langka loh. Aku baru dua kali melihat dia menangis.

"Naga aku Kai, naga aku kasian mau dibuang... Ini dragon pertama aku Kai, yang paling tua."

Kupeluk Kenny dan akhirnya dokter itu tak bisa menahan ketawanya. Dia tertawa terbahak-bahak. Kami berdua mendelik menatap tajam ke arahnya, "Kenapa sih?" tanya Kenny kali ini beneran kesal.

"Gak sakit kok... gak sakit. Ya Tuhan kalian kayak suami istri yang istrinya mau melahirkan padahal cuma hapus tato." Dokter itu cekikikan sambil mengoleskan krim anestesi di area leher Kenny yang tatonya mau dihapus.

"Ini tato pertama aku! Wajar dong aku sedih!"

"Lagian mama kenapa sih suruh kamu hapus tato?"

Kenny menatapku sedih, "Dia cuma minta aku hapus yang di leher aja kok. Karena katanya keliatan banget."

"Kamu gapapa?" tanyaku.

"Gapapa. Biar kita gak disuruh putus..." jawab Kenny sambil memelukku. Dia sering banget ngomong kalimat ini,

'Biar gak disuruh putus'.

Sepertinya malah jadi beban untuknya.

***

Kamar Kairo.

"Aduuduh. Pelan-pelan Ken..." aku menggeliat sedikit menahan tangannya.

Kenny terengah-engah dan aku mengusap kepalanya, "Gak usah kenceng-kenceng. Udah enak kok."

Aku memejamkan mataku, melihat ke arah Kenny yang sibuk memanjakanku di bawah. Aku mengerang saat dia menyentuh titik yang pas.

"Kai jangan keras-keras suaranya nanti Marc denger!" dengan satu tangan dia menutup mulutku yang masih sedikit terbuka.

"Gak bisa gak bersuara aku. Kamu enak banget Ken..."

"Yaudah kecilin dikit aja kalau gitu." Kenny mulai memberikan penekanan lagi. Suaraku malah makin keras. Apalagi cahaya di ruangan kamarku ini remang-remang, mataku jadi berat.

"Bawahan dikit lagi Ken... Nah, iya tuh di situ."

"Ahhh damn!" aku menaruh lengan di atas keningku sambil menengadah, lalu kemudian aku melihat Kenny lagi yang sedang menaik-turunkan tangannya.

Little DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang