Marc bengong melihatku masuk dan menaruh barang-barangku di dekat tasnya. Dia langsung menegapkan badan dan melipat tangannya. Wajahnya begitu serius seperti mau menginterogasi.
"Ngapain lo di sini?"
Sekarang gantian aku yang bingung menjawab. Kenapa pertanyaannya begitu?
"Kenapa emang di sini?"
"Lo tidur sama Kenny lah tolol!" bentaknya.
"Loh kok sama dia!"
"Udah. Lo pergi dari sini. Gue mau coli, kecuali lo mau nontonin gue." Marc mendorong tubuhku, memaksaku keluar kembali ke kamar Kenny dan melempar semua tasku lalu menutup pintunya dengan kasar meninggalkanku dengan wajah bodoh.
Aku pasti akan malu melihat Kenny, baru aja kutolak mentah-mentah buat tidur di kamarnya, masa aku tiba-tiba mencoba balik lagi. Tanpa ada penyelesaian yang baik di dalam otakku, akhirnya aku cuma diam menggaruk-garuk kepalaku beberapa kali. Pengen pulang aja rasanya. Bukannya aku gak suka atau gak mau tidur sama Kenny, tapi aku tuh juga laki-laki coy? Laki-laki normal. Semua makhluk yang judulnya laki-laki di muka bumi ini ya bisa khilaf. Bisa punya nafsu.
Alhasil gara-gara aku takut, aku jadi duduk aja di ruang tengah diam berkutat dengan handphone.
"Kamu kenapa di sini?" suaranya mengagetkanku. Aku baru saja dia merenung memikirkan dia, tiba-tiba dia keluar dari kamarnya.
"Aku gak boleh tidur di kamar sama Marc, jadi aku tidur di sofa ajalah."
Kenny tertawa, "Diusir ya?"
"Iya.. istriku nyuruh aku tidur sama istri kedua." jawabku asal.
"Siapa istri kedua?" Kenny mengernyit sambil menenggak air putih.
"Kamu lah."
Drak!
Pergerakan Kenny berikutnya membuatku membeku dipojokan sofa. Lebih dari shock, batang otakku kayak mati seketika. Tubuhku dihimpit dengan dadanya yang penuh, perut kami juga berdesakan, wajahnya hanya tinggal tersisa beberapa milimeter dari wajahku. Begitu dekat dan sesak, aku sampai kesulitan bernapas karena grogi berhadapan dengan Kenny seperti ini."Ke-Ken.." ujarku terbata-bata. Jantungku mau copot dari tempatnya, perasaan apa ini? Cium aja apa ya? Biar gak marah begini? Tapi kilat dimatanya malah membuat anuku bergejolak.
Entah karena tatapannya atau karena ujung mataku yang diam-diam menikmati belahan dadanya yang menyembul dari balik kaos yang Ia kenakan.
Ah!
Kok malah makin berdiri!!!!
Turun turun turun!
Otakku ini kenapa jadi aneh sih mikirnya."Aku gak mau jadi istri kedua. Bilang sama Marc." kata Kenny lalu berdiri dan mengangkat tasku.
Uh. That was intense. Padahal aku kan cuma bercanda mengenai istri-istrian itu.
Kupikir dia akan melakukan sesuatu yang berbahaya. Tapi ini... aduh! Kenapa ini gak mau bekerjasama sih! Kenapa malah aku merasakan sesuatu yang nggak seharusnya kurasakan? Shit.
Bahkan sampai sekarang anuku masih aja membengkak, seperti terjepit rasanya."Kairo, sini bawa tasnya yang satu lagi. Biar kurapiin barang-barangnya."
"E-eh, iya!" aku meraih ransel dan jaketku, tas jinjingku sudah dibawa Kenny masuk tadi.
***
*KENNY'S POV*
Rasanya?
Kayak baru mau malam pertama kali ya?
Tidur berjauh-jauhan. Dia di ujung sana, aku di ujung sini. Dia menghadap sana, aku menghadap sini.Pola tingkah lakunya benar-benar berbeda dari Adrian. Begitu lugu dan polos sampai rasanya ingin aku perkosa aja. Tapi... kalau aku lakuin itu, nanti aku sendiri yang gak puas. Hm gimana ya? Gimana caranya biar kita bisa lebih dekat dan gak jauh-jauhan kayak begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dragon
Romance"Dia itu cewek dewasa. Gak akan mau jalin hubungan sama cowok bocah kayak lo." "Kalau sampe mau?" "Eh. Dengerin ya. Lo itu baru 20 tahun. Kenny... kira-kira paling 25 atau 26 tahun. Pacarnya, bisa aja yang modalin dia buka studio. Motornya aja maha...