20. Bertengkar

13.7K 1K 60
                                    

Aku tahu ini adalah ide yang buruk.
Marc kadang-kadang memang suka sok ide. Begitu dia menyadari suasana yang super canggung dan kaku, dia malah ngajakin kita ke sini.

Buat apa coba? Mendingan aku main PUBG aja di rumah ini mah.

Suara begitu keras bikin kupingku sakit, aku gak ngerti kenapa orang-orang suka banget pergi ke club kayak gini.
Ngobrol juga gak bisa, orang-orang jalannya oleng sempoyongan, ada juga yang berantem.
Aku juga gak bisa menolak karena Kenny terlihat senang begitu Marc mengajak kami pergi ke sini.

Jam berapa nih? Udah jam 12 malem. Kalau aku masih di rumah, jam segini pasti mama udah ribut marah-marah nyuruh aku pulang.

Di sofa depanku, Marc dan Iggy berbincang sembari saling memeluk. Aku memutar bola mataku, risih melihatnya. Aku juga agak kesal kenapa Iggy juga diam aja karena kejadian tadi di dapur. Padahal aku diam-diam sengaja melakukan itu biar dia lihat, tapi ternyata gak ngefek apa-apa. Dia malah sekarang terang-terangan buat mesra-mesraan sama Marc. Kukira dia bakalan ngancem mau ngadu atau apalah.

Aku melirik Kenny, dia terlihat santai sambil sesekali meneguk minumannya. Dia juga sejak kejadian tadi gak terlalu ngomong banyak sama aku, apalagi sama Iggy. Kayak perang dingin.

Aku ingin peluk Kenny tiba-tiba. Apa gak apa-apa memeluknya di tempat seperti ini kayak Marc sama Iggy sekarang? Aku kan belom pernah ke tempat ginian.

"Kamu minum apa?" aku bertanya sembari mendekat. Kasian dia daritadi gak ada yang ajak ngomong. Dia asik sendiri merokok dan minum sambil melirik kanan kiri.

"Hm?" Kenny menoleh dan menjauhkan rokok yang tengah dia hisap.
"Ah ini, lychee."

"Coba mana aku mau?"

Dia reflek menahan tanganku, "Jangan! Ada... alkoholnya."

"Gapapa." ujarku meminum minuman yang Kenny pesan itu. Kutenggak semuanya.

Anehnya, rasanya enak.
Aku sampai tak sadar minum campuran ini sudah berapa banyak. Bentuk gelasnya pun lucu seperti cawan.

Kenny sesekali menanyakan apakah aku baik-baik aja, dan aku selalu jawab iya. Aku gak merasa mabuk atau pun pusing. Tapi memang pandanganku memburam dan entah kenapa hal kecil bisa terlihat sangat lucu. Sumpah aku kepengen ngakak gak berhenti. Kenapa ya ini?

***

*KENNY'S POV*

"Kai mabok?" tanya Marc kepadaku. Dia heran melihat Kai yang saat ini gak mau melepas tangannya sama sekali dariku.

Aku pun kaget begitu Kai tiba-tiba memesan entah berapa kali minuman yang sama sampai dia kayak begini. Aku sudah suruh stop, tapi dia bilang dia gak apa-apa. Mukanya juga gak merah, tau-tau udah mabuk aja.

Ini pertama kalinya aku melihat dia lepas kontrol seperti ini. Untungnya kebetulan temanku kasih aku tempat ini gratis karena dia yang punya tempat ini, kita cuma perlu beli minum.

"Bentar Marc, pegang Kai dulu. Gue mau ke toilet." permohonanku dijawab dengan anggukan Marc.

Saat aku berdiri, Kai malah menarikku kembali duduk.

"Ken.." ujarnya.

"Aku mau ke toilet."

"Ikut... Aku gak mau sama Marc dan Iggy." jawabnya memelas.

"Aku kan ke toilet, masa kamu mau ikut? Nanti dideketin cewek lain loh. Mau?"

"Gak mau. Tapi aku mau sayang-sayangan sama Kenny."

"Iya, nanti di rumah ya..."

Dia mulai rese, omonganku sama sekali gak didengar.
Kai berdiri dan mengikutiku. Jadi kubiarkan saja kecuali saat di depan pintu toilet.

"Kai tunggu di sini. Kamu gak boleh masuk."

Dia mengangguk sambil tersenyum, bertumpu pada dinding yang ada di sampingnya. Setelah kupikir aman, aku meninggalkannya masuk ke toilet dan mengantri. Rame banget soalnya.

Tiba-tiba handphoneku berdering.
Aku baru aja duduk di atas closet, melirik handphoneku sekilas. Marc yang telepon.

"Halo?"

"Lo ajak Kai keluar??" katanya diselingi suara bising.

"Hah? Nggak? Gue di toilet?"

"Sumpah dia keluar. Gue kira sama lo."

Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung berdiri membenarkan rokku. Urin yang tadinya mau kuloloskan rasanya langsung hilang gak kebelet lagi. Aku masukkan asal barang-barangku yang tak sengaja keluar karena mengambil handphone.

Bahaya banget anak itu. Ck!
Gak seharusnya aku biarin dia ngikutin aku.

Aku berlari ke luar menembus keramaian. Dari kejauhan aku melihat Kai yang dibopong seorang wanita. Di depannya ada Marc yang terlihat marah sama cewek itu.

Mereka... bertengkar?

"Kai..." aku memanggilnya.

Kai langsung menoleh, dia meronta sebentar sampai wanita itu melepaskan dia kemudian berjalan ke arahku sambil tersenyum. Dia berusaha berjalan lurus, meskipun berakhir tetap berjalan oleng.

Aku gak bisa melihat wanita itu dengan jelas karena dia berdiri membelakangiku. Yang terlihat jelas justru adalah Marc yang mengusirnya. Berani banget dia?

"Siapa Marc?"

"Tau tuh tante-tante genit! Untung gue keluar buru-buru pas lo bilang Kai gak sama lo. Kalau ngga ini anak pasti udah dibungkus."

"Mabok begini ni anak. Kayak orang tolol. Kalau nyokap lo tau, bisa abis lo nyadar gak! Untung Iggy ngeliat!" ujar Marc sambil menoyor kepala temannya.

"Lo juga ngapain ngajakin gue ke sini? Gue gak minta!" jawabnya kesal.

"Ya lo gak bisa diem! Udah disuruh tunggu masih aja ngikutin orang lain. Aneh banget selera lo, sukanya sama tante-tante!"

"Marc!" Iggy menjerit membentak Marc.
"Udah ah. Kamu mabuk juga. Stop."

Sialan Marc aku dikatain kayak tante-tante secara terselubung.

"Ya lagian ini orang bukannya--"

Baru aja aku mau menghentikan omongan Marc yang bisa memicu emosinya lebih jauh, Kai sudah menguraikan nada tinggi, "Gue bakar ya muka lo anj*ng!"

Aku terkesiap melihat Kai yang melepas tangannya dariku dan melayangkan bogem mentah ke wajah sahabatnya itu hingga terhuyung.

Aduh.
Bocah ini.
Bikin ulah aja.
Malah bertengkar di tempat umum.

"Kairo kamu apa sih!" kataku sambil mencengkeram kedua pundaknya.
"Aku gak suka ya."

"Dia bilang aku sukanya tante-tante.. Aku sukanya kamu. Kamu kan bukan tante-tante.."

"Yaudah gak usah mukul. Norak!" Kai diam karena aku membentaknya.

Moodku berantakan hari ini karena ulah kedua bocah ini. Lihat aja besok akan kusidang satu-satu. Mesti diospek nih dua-duanya.

"Brengsek lo Kai." jawab Marc yang juga ditenangi oleh Iggy. Dia meringis memegangi pipinya.

"Udah jangan marah-marah gitu ah. Kasian dia kan baru pertama ke tempat kayak gini. Kamu jangan ngomong kayak gitu Marc." Marc langsung diam karena Iggy menasehatinya.

Detik berikutnya dia berjalan ke arah kami dan memeluk Kai yang berdiri lemah dirangkulanku.

"Kai gapapa?" tanyanya dengan wajah khawatir. Sesekali dia menoleh ke arah Marc dan aku.

Kai tidak menjawab pertanyaaan Iggy, yang dia lakukan adalah merapatkan rangkulannya di pundakku tanpa menoleh sedikit pun ke arah Iggy yang mengkhawatirkannya.
Saat itulah aku merasa ada atmosfir yang aneh di antara mereka berdua.
Antara Kairo dan Iggy.

Little DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang