*KAIRO'S POV*
"Kontrakan? Gak kosan aja? Sekamar berdua gitu sama Marc." tanya ayah mengerutkan dahi. Tangannya melipat sembari berbicara di meja makan.
Aku melirik Marc, "Iya om, di Jakarta susah kalau sekamar berdua. Bayarnya dobel, dan lebih mahal daripada kalau sewa kontrakan."
"Hm gitu ya? Kalau apartemen?"
"Ada sih yang di sekitar situ om. Mau nanti Marc lihatin juga?"
"Iya deh boleh. Kayaknya kalau kontrakan ngeri ya? Lebih baik apartemen, aman."
"Nanti coba Marc ngomong sama mama Marc jg deh."
"Oke." jawab ayah.
Aku dan Marc berdiri, belom beli tiket travel, jadi kita harus datang lebih cepat.
"Kai," tiba-tiba ayah memanggilku.
"Ya?"
"Nih."
Aku bergeming sejenak setelah menangkap sesuatu yang ayah lemparkan ke arahku. Apa nih maksudnya?
"Gak usah naik travel." kata ayah yang menyadari kebengonganku.
"Hati-hati ya nyetirnya. Biar gak usah nyewa mobil di sana."Aku nyengir kuda, "Makasih ayah."
"Check dulu tekanan bannya nanti di pom bensin, terus bensin juga udah ayah isi full."
Ini pertama kalinya aku boleh bawa mobil sendiri ke luar kota! Ayahku emang ayah tiri terbaik sedunia.
"Kalian beneran gak mau nginep di hotel aja?"
"Gak usah yah.. Kita nginep di rumah temen di sana." jawabku.
"Yaudah. Jangan lupa titipan ayah untuk Iggy ya. Atau kalau nginep di tempat Iggy juga gapapa. Temenin dia, kasian sendirian."
Aku melirik Marc yang menegang, "Iya, nanti Marc yang kasih. Tapi pasti kita gak dibolehin nginep sana."
"Nanti ayah bilangin." jawab ayah membuat Marc semakin tegang. Tenang kawanku, kau pasti ikut senang kali ini selama di Jakarta.
"Hati-hati anak mama ganteng. Jangan nakal ya. Jangan nato, jangan minum, jangan ke bar atau club, jangan pacaran, jangan semuanya yang negatif. Berdoa dan belajar lebih penting." mama menyahut dari ruang jahitnya, dia menyebutkan dosa-dosa yang sudah kulakukan kemarin di Jakarta.
Aku mengangguk aja. Pura-pura setuju. Padahal semua yang mama larang, malah kulakukan.
Aku menahan diri sepanjang seminggu kemarin di rumah. Gak sembarangan buka baju dan celana, diam-diam nengok kiri kanan dulu sebelum bertindak. Takut tiba-tiba tatoku terlihat. Nanti aku gak malah gak boleh pindah ke Jakarta kalau aku bikin masalah. Mending aku jadi anak manis dulu aja deh.
Sebelum menyetir, aku menghubungkan ponselku ke audio mobil melalui bluetooth.
"Telepon cewek gue dulu." aku senyum kegirangan sambil menghubungi Kenny. Marc? Dia sudah pasang sabuk pengaman dan bantal leher, siap-siap molor sebelum nanti aku merengek minta gantian menyetir.
"Kai?"
"Aku otw Jakarta sayang." ujarku.
"Aku lagi beres-beres nih. Kamu sama Marc jadi nginap?" tanya Kenny dari seberang telepon.
"Jadiiii dong.."
"Yaudah kamu hati-hati ya. Masih banyak yang harus kubersihin nih."
Ya betul, 'teman' yang kumaksud adalah Kenny. Daripada di hotel kayak waktu itu, boros. Lebih baik di tempat Kenny. Toh dia yang menawarkan karena ada kamar kosong gak kepakai bekas teman serumahnya yang sudah pindah karena menikah. Aku sih senang. Berarti, bisa pagi-siang-sore-malam kan melihat pacarku yang satu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dragon
Romance"Dia itu cewek dewasa. Gak akan mau jalin hubungan sama cowok bocah kayak lo." "Kalau sampe mau?" "Eh. Dengerin ya. Lo itu baru 20 tahun. Kenny... kira-kira paling 25 atau 26 tahun. Pacarnya, bisa aja yang modalin dia buka studio. Motornya aja maha...