18. Nyaris

15.2K 1K 47
                                    

*KENNY'S POV*

Dia datang kepadaku tiba-tiba setelah Marc pamit akan pergi dan mulai memeluk sambil menciumiku yang sedang menonton televisi.

"Kai.." aku menengadah, tak kuat menahan ciuman Kairo yang mulai menggila. Fokusku buyar seketika. Membuka diri dan membiarkan Kai berlaku semaunya. Sesekali desahanku juga terlontar tak sengaja. Terutama ketika lidahnya bergerak dari dada dan terus naik hingga daguku, sedangkan tangannya malah sibuk melepas bra dan kaos yang kukenakan. Dia terlihat terburu-buru.

"Gak bisa lama-lama," katanya sebelum akhirnya menciumi bibirku lagi.

"Kenapa?" aku membantunya melepas bajunya.

"Marc pergi cuma buat jemput Iggy." Kairo menjawab sambil mendorongku masuk ke dalam kamar yang mereka tiduri semalam.

"Kenapa gak di kamarku?" aku bertanya.

Kai tidak menjawab. Tangannya pun sudah bergerak dengan sendirinya, masuk ke dalam celana untuk meraih pantatku dan meremasnya.

Belajar darimana sih dia?
Apa semalam Marc ngajarin dia yang aneh-aneh? Hari ini dia tiba-tiba jadi agresif, dan aku suka! Suka banget! Bahkan hanya dengan satu hentakan, dia sudah bisa meloloskan celana dalamku.

Diciuminya tubuhku perlahan, sampai badanku mengejang. Lalu dia mendadak berdiri merogoh sesuatu dalam tasnya.

Eh? Eh? Buru-buru banget dia??

"Kai, tunggu. Jangan buru-buru." aku memegang tangannya agar tak membuka bungkusan itu terlebih dahulu.

"Gak bisa lama-lama Ken. Nanti Marc keburu pulang."

"Santai aja. Mereka juga pasti lama kok.." kuambil kondom yang dia genggam. Kupaksa dia merebahkan diri di bawahku, sehingga aku yang memegang kontrol kali ini. Aku penasaran dengan reaksinya.

"Ken.. ngapain?" tanyanya mencurigai gerak-gerikku yang menciumi tubuhnya, semakin lama semakin merendah. Aku tak tahan melihat napasnya yang memburu dan matanya yang menatap mataku ke bawah dengan kabut gairah yang terlihat jelas.

Aku menjawab pertanyaannya dengan mumasukan miliknya ke dalam mulutku. Kumanjakan bagian inti tubuhnya yang sudah membengkak hebat itu. Dari bawah, aku bisa melihat dengan jelas Kairo yang mulai kacau balau. Mengangkat pinggulnya sesekali agar bisa tertanam lebih dalam di mulutku. Merapikan rambutku yang jatuh ke perutnya sambil tersenyum, sesekali menggigit bibir atau membuka mulutnya menahan erangan. Tampannya jadi berkali-kali lipat. Wajahnya bahkan memerah. Imut banget.

"Ken!" tiba-tiba Kairo menarik pinggulnya dan mengeluarkan cairannya yang menyembur di wajahku.

"Aduh! Maaf maaf!" dia panik. Buru-buru mengambil tissue dan membersihkan wajahku.

"Gapapa sayang.." jawabku berusaha menenangkan Kai.

"Aku gak tau kenapa tadi tiba-tiba kok pengen keluar!"
"Maaf maaf!!"

"Kairo!" ujarku memegang tangannya.
"Gapapa. Itu wajar kok.. Aku suka,"

***

*KAIRO'S POV*

Mampus malu banget gua.
Gak tahu kenapa tadi bener-bener gak tahan. Gak berasa tiba-tiba udah diujung.
Dia bilang dia suka, tapi aku malu sampai rasanya mau mengubur diri atau tenggelam ajalah!

"Ken kamu pasti jijik kan sama aku?"

Kenny merangkak naik, mendekatkan wajahnya, "Aku bilang aku suka. Kamu gak percaya?"

Bisa kucium bau memuakkan itu. Seperti bau kaporit menempel di wajah Kenny. Aku heran dia bisa gak jijik dengan baunya. Berikutnya, Kenny membuatku semakin shock. Aku menganga lebar karena Kenny mulai menjilati sisa cairan yang tumpah di atas perutku dan menelannya.

"Ken... jorok..." ujarku sambil menelan ludah. Terlihat begitu jorok dan menjijikan, tapi entah kenapa rasanya menggetarkan jiwaku. Anehnya, aku merasa senang dan puas melihat tingkah lakunya itu.

Yang dilontarkan oleh Kenny malah tatapan nakalnya dan mulai menyerbu bibirku lagi. Juniorku yang tadi sempat terkapar, kini sudah kembali siap beraksi.

Wah kacau.
Kacau ini.
Aku gak bisa tahan lagi.
Kemana akal sehatku? Pergi dia kayaknya. Karena sudah hilang semuanya begitu sebuah karet tipis kini menyelimuti kejantananku.

"Aaahstaga..." desis Kenny perlahan beriringan dengan pergerakanku di atas tubuhnya.

Brum...

Baru aja aku mulai mempercepat tempoku, kami langsung berhenti begitu mendengar suara deru mesin yang baru dimatikan dan pintu yang terbuka.
Mendadak kesadaranku dan Kenny kembali setelah tadi kerasukan setan.

"Shit!" aku mengumpat dan langsung melepaskan Kenny. Aku gak sempat lagi melihat ke arahnya, sampai bingung mau ngapain. Buru-buru kukenakan kaos dan celanaku. Kutendang semua hal-hal yang mencurigakan ke bawah ranjang, termasuk celana dalamku.

"Kaaaai!"
"Keeeen?"

Itu suara Marc.
SUARA MARC!
Aku mampus, apalagi dengar suara perempuan. Iggy. Matilah kami. Kenapa mereka cepat sekali sih???

Begitu aku selesai mengenakan pakaianku, aku lihat Kenny sudah menutup tubuhnya dengan daster dan cardigan sambil duduk di ranjang. Tatapan kami bertemu dan Kenny langsung tertawa terbahak-bahak.
Aku gak mau lihat wajahku kayak apa sekarang, pasti jelek banget tolol banget. Aku sampai gemetar gara-gara kaget setengah mati.

"Baju kamu terbalik." kata Kenny menutup mulutnya.

Aku reflek melihat bajuku, dengan cepat kuputar bajuku.

Ceklek.

"Loh? Di sini?" Marc mengerutkan dahi.

"Iya lagi ngobrol." jawab Kenny santai.

Jantungku...
Rest in peace jantungku.
Rasanya mau copot, meledak, pecah, duar begitu tatapan Marc bertemu dengan mataku. Nyaris. NYARIS kami tertangkap basah.

Ada Iggy nongol di belakang punggung Marc. Aku cuma nyengir kuda.

"Hai Kai," kata Iggy.

"Kenapa muka lo?" aku seperti di headshot rasanya ketika Marc menanyakan wajah tegangku.

"Abis main PUBG. Deg-degan." jawabku ngaco.

"Katanya ngobrol tadi?" tanya Marc lagi.

"Eh? Kamu kakaknya Kairo ya?" Kenny menyela dan langsung berjalan ke arah Iggy, mencegah agar aku gak semakin ngaco ngomongnya. Aku kalau gugup semakin tolol.

"I-iya."

Kenny mengajak mereka keluar dan aku langsung merebahkan diri. Gila gila! Aku mau mati rasanya barusan! Gimana kalau aku dan Kenny gak cepat beres-beres? Aku pasti auto dikirim kembali ke Garut kalau Iggy lihat pergumulanku sama Kenny.

Aku sampai lupa pake celana dalam. Untung celana dalamku udah kutendang masuk ke bawah ranjang tadi.
Aku merogohnya dan menaruhnya di keranjang cuci.
Bahkan saking panik dan kagetnya, ini kondom masih nyangkut di anuku!

Setelah otakku agak-agak netral, aku keluar kamar. Tak lupa mengenakan celana dalam dulu tentunya.

"Kenny pacarnya Kairo?" tanya Iggy begitu aku muncul.

"Bukan. Kita temenan doang bertiga. Kenalnya udah dari pas kita SMA waktu kita main ke Jakarta." Marc menjawab mendahuluiku.

"I-iya. Ini... temenku." jawabku terbata-bata. Mau gak mau.

Kenny langsung melirik tajam ke arahku. Aduh. Mati part 2 nih aku.
Begonya aku, bukannya tadi menggunakan waktu untuk jelasin tentang Iggy ke Kenny, yang aku lakukan malah ngajak begituan! Mana hampir ketahuan, dan sekarang kayaknya.. aku bakalan menghadapi amukan Kenny nanti malam.

Marc melirikku ketika menyadari tatapan membunuh dari Kenny untukku.
Dia tersenyum meledek dan mulutnya melafalkan, "Mampus lo."

Iya. Betul sekali kamu Marc.
Aku emang mampus.
Dengan kasar kugaruk belakang kepalaku. Kalau bisa teleportasi, aku langsung aja teleportasi ke rahmatullah.
Damn it!

Little DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang