*KENNY'S POV*
"Kenapa kamu mau pacaran sama Kai? Kamu kan jauh lebih tua dari pada dia."
"Kamu gak malu? Pacaran sama anak baru lulus SMA?"
"Nanti aja kita omongin. Kita pergi berdua aja biar ngobrolnya nyantai." aku menjawab pertanyaan Iggy sambil menyulut rokokku. Aku kesal juga baru bangun tidur udah dibombardir pertanyaan kayak begitu.
Aku ngerasa dari setiap pertanyaan Iggy itu intinya dia memojokan aku, menyalahkan seleraku.
Padahal aku juga gak tau!
Tiba-tiba Kai deketin aku dan aku juga suka. Mana mungkin aku tiba-tiba merencanakan pacaran sama brondong sih? Ini kali pertama malahan.Iggy menempatkan hasil masakannya di mangkuk yang kuberikan lalu membawanya ke meja makan tempat aku duduk.
"Thank you udah repot-repot masak."
Dia menatapku, "Aku gak suka sama kamu."
"Karena?"
"Aku gak suka aja."
"Karena kamu suka sama adik tirimu sendiri? Karena aku pacarnya adik tiri kamu?" aku tersenyum miring.
Hah. Mampus kamu.
Skakmat.
Dia diam melihat kesal ke arahku, menghembuskan napasnya kasar."Gy?" sayup-sayup terdengar suara Marc yang baru keluar dari kamarnya.
Duh aku belum dengar jawabannya udah diganggu aja.
Aku beranjak, mau menengok Kai aja yang masih tidur.
"Tunggu Kai bangun dan makan, abis itu kita ngobrol di cafe yang di ujung jalan."
"Hm," jawabku meninggalkan Iggy.
Perhatian yang aneh kan?
Aku benar-benar bingung dengan kelakuan si kakak tiri ini.Aku mandi sambil berpikir tentang hal yang tidak-tidak. Bagaimana kalau sebenarnya si Kai juga suka sama dia? Kalau orang yang Kai sukai itu Iggy, ya wajar sih jika mamanya sampai mengamuk, karena kan mereka saudara tiri dan mamanya juga menikah sama papanya. Dan juga.. Marc gak tahu siapa cewek yang dia sukai waktu itu.
Nah kalau begini, semuanya jadi masuk akal kan?Selesai mandi aku meringkuk di samping Kairo terbaring. Kuperhatikan lekuk wajahnya.
Aku belum pernah punya waktu berpikir sambil memperhatikan wajahnya seperti ini. Tiba-tiba aku dilema.Anak ini..
Kuliah aja belum.
Pacaran juga baru sekali.
Ck.Rasanya agak gak mungkin ya kalau aku mengharapkan hubungan ini jadi hubungan terakhirku?
Rasanya terlalu jauh ya buat mikir kayak gitu?
Aku beneran kayak tante-tante apa ya di dalam pikiran mereka?
Kayak cewek yang udah tua terus mencari brondong gitu?Mungkin buat aku masih gapapa untuk berpikir ke depan, tapi untuk Kairo.. jalannya masih panjang.
Dia belum ketemu cewek Jakarta yang super hedon, agresif dan cantik-cantik luar biasa.
Kalau dia ketemu cewek yang cantik baik pintar sesuai selera mamanya, pastilah aku langsung walkout.Apa aku hapus tato aja ya?
Hahh....
Kenapa kok malahan aku yang jadi mau berkorban buat bocah di depanku ini sih?! Belum tentu juga dia setia malah! Adrian aja yang janji-janji ujung-ujungnya cabut juga.Aku merasa hampa tiba-tiba, dan terdorong untuk menyentuh wajahnya, lalu kucium sekilas kedua pipinya, keningnya, dagunya, kedua matanya, baru yang terakhir bibirnya.
Karena tindakanku itu, Kai bergerak mulai terjaga membuat aku kaget sendiri dan langsung meringkuk ke arah yang berlawanan.
Brengki, kenapa aku deg-degan! Padahal kan sah-sah aja aku melakukan itu ke pacarku sendiri!"Ken.."
"Hm?"
"Udah bangun?" aku membalik tubuhku, pura-pura bego aja. Lucu banget ya Tuhan wajahnya yang baru bangun tidur itu!Aku menceritakan kepadanya tentang apa yang dia lakukan pada Marc. Dia shock sendiri dan langsung lompat dari tempat tidurnya. Lari ke depan setelah minta izin kepadaku untuk bicara sama Marc dan meminta maaf. Lalu aku mengingatkan Kai kalau nanti malam ada yang mau kubicarakan dengan Kai dan Marc setelah Iggy pulang.
Aku tersenyum sendiri mendengar berisiknya mereka berdua dari dalam kamar. Kubereskan tempat tidur dan barang-barangku sebelum aku keluar dan pergi sama Iggy.
Bisa kulihat wajah Kai yang kaget gak berhenti-henti waktu aku bilang udah makan sama Iggy padahal mah boro-boro, aku dijudesin mulu sama si Iggy.
Dia semakin kaget begitu aku bilang mau nongkrong sama Iggy. Memaksa ingin ikut, tapi gak aku perbolehkan.
Jadi..
Inilah pada akhirnya.
Aku duduk berhadapan dengan Iggy.
Cewek yang kucurigai memiliki perasaan terhadap pacarku."Kamu belum jawab tadi pertanyaan aku. Kamu suka sama Kai?" aku langsung to the point aja. Gak mau buang waktu.
"Nggak."
Aku menelisik wajahnya yang terang-terangan bilang nggak itu.
"Aku sayang sama Kai, tapi sebagai saudara." dia melanjutkan.
"Lalu? Kenapa kamu gak suka sama aku?" tanyaku lagi.
"Kamu pasti udah tau kan mamanya yang strict banget?"
Aku mengangguk sambil menghisap rokokku, "Terus?"
"Jadi mamanya juga gak akan suka sama kamu. Mending kamu lepas aja Ken. Jangan bikin runyam keadaan."
Whoa. Bocah ini.
Ngomong sama aku kurang ajar banget?
Kalau aku gak ingat dia saudara tirinya pacarku, udah aku sikatin giginya pake sapu lidi."Kenapa malah aku yang bikin runyam?"
"Kalau kamu gak lepas Kai, aku bakalan ngomong sama mamanya."
"Cih. Tukang ngadu ternyata ya. Pantesan aja Kai gak suka sama kamu." aku berdecih.
Aku bisa melihat tatapannya yang semakin berang menunjukkan rasa gak sukanya terhadapku.
"Kamu gak ngaca apa? Mana ada orang tua yang bakalan suka sama cewek kayak kamu? Ngerokok, tatoan pula. Aku pikir Kai bakalan cari cewek yang baik, ternyata parah."
Ken, sabar Ken. Ingat dia saudaranya Kai.
Tapi aku sakit hati banget di bilang kayak gitu. Dia kayak menamparku secara gak langsung karena ya memang semua hubunganku kandas karena orang tua yang gak merestui."Aku aja jijik liat badan kamu kotor penuh tato begitu, gimana mamanya Kai?"
Aku sampai gak menyadari air mataku yang menetes karena ucapannya yang terakhir. Jadinya aku hanya mengalihkan pandanganku dari Iggy. Padahal harusnya aku biasa aja mengingat hampir semua orang bicara hal yang sama kepadaku.
Aku bahkan kehabisan kata untuk menjawab, jadi yang kulakukan hanya meneguk kopi pahit dihadapanku.
"Aku bakalan langsung aja pulang dari sini. Pikir-pikir aja Ken kalau gak mau hubungan kamu selesai sia-sia." kata Iggy langsung berdiri dan meninggalkan aku.
Aku gak menjawab karena aku merasa terlalu emosi. Goblok banget si Kenny, nangis gara-gara anak kecil! Sepergiannya dia pun aku gak menahan diri lagi, aku berjalan ke arah mobil yang kupinjam dari Kai sambil menunduk membiarkan air mataku bercucuran. Kepercayaan diriku hancur seketika.
"Halo?" aku mengangkat telepon tanpa melihat ke arah layar.
"Jangan nangis.."
Aku seperti tersengat listrik mendengar suara di seberang telepon. Langsung kuangkat wajahku dari stir dan mencari orang itu.
Orang itu masuk sembarangan tanpa izin ke dalam mobil yang belum kukunci sambil tersenyum. Aku sudah kehilangan suaraku untuk bicara, jadi aku cuma diam dan memperhatikannya.
"Long time no see.. Aku abis dari kantor Danar iseng mampir karena kamu sering beli kopi di deket sini. Eh beneran ketemu."
Aku gak bisa jawab sama sekali. Bengong melihat wajahnya.
"Kenapa nangis?" tangannya menghapus air mataku. Begitu tangannya terangkat, aku seperti terhipnotis.
Wanginya..
Wangi yang begitu khas.
Wangi entah parfum atau bajunya yang selalu di laundry, membuatku bisa berhambur memeluk dan menangis kepadanya.
Kepada Adrian..
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dragon
Romance"Dia itu cewek dewasa. Gak akan mau jalin hubungan sama cowok bocah kayak lo." "Kalau sampe mau?" "Eh. Dengerin ya. Lo itu baru 20 tahun. Kenny... kira-kira paling 25 atau 26 tahun. Pacarnya, bisa aja yang modalin dia buka studio. Motornya aja maha...