Setelah hari itu aku dan mama baikan, aku pulang ke rumah beraktivitas seperti biasa. Pacaran cuma teleponan sama video call kayak anak SMP. Aku juga mengurus perkuliahanku ke Aussie yang gak bisa diganggu gugat itu. Untung kuliahku di yang di Jakarta belum dibayar, jadinya belum telat.
Tapi aku masih harus ikut program buat penyetaraan materi di Bandung selama setahun, gak segampang itu ternyata kuliah di luar negeri. Aku di sini selama weekdays sama ayah yang lagi ada proyek di Bandung. Kadang mama juga ke sini sih, Bandung-Garut kan jaraknya paling cuma 1 setengah jam.
Aku diawasin full 24/7, jadinya gak bisa kabur. Kalo weekend aku pulang ke Garut, pas weekdays aku belajar.
Aku persis kayak tahanan, dikawal kemana-mana.
Baru ketauan pacaran aja aku udah dikurung begini. Untung Kenny gak kabur, kalo cewek lain udah bubar kali.
Saking lebaynya, aku juga sampe bikin perjanjian sama mama kalau sampe nilai-nilaiku jelek, mama bakalan suruh aku putus sama Kenny. Hah. Sialan.
Aku jadi harus belajar mati-matian kan tuh. Mama tau aja anaknya mageran apalagi kalo masalah belajar. Sebenarnya sih, itu karena mama belum sepenuhnya menerima Kenny, hatinya masih belum ikhlas dan kadang menyindirku juga secara terselubung.
Tapi hari ini, aku senang banget!
Tahanan Garut ini lagi on the way ke Jakarta untuk mengurus visa. Karena aku bakalan ke sana sama Juno. Kita janjian kuliah bareng di sana."Yang? Sayang? Beb? Lagi di mana?" tanyaku dalam telepon.
"Ngapain sih telepon-telepon! Ganggu orang tidur aja!"
"Ih, kok galak amat cowok aku... Udah siang woy! Bangun!" ujarku pelan, pura-pura merengek. Padahal sebenarnya aku kangen juga sama Marc, tapi aku malah diomelin.
"Gue injek muka lo lama-lama ya! Gak peduli mau lo adek gua kek."
"Galak! Eh gue di jalan ke arah Jakarta loh, kangen gak?"
Nada Marc langsung berubah, "Ah beneran? Kangeeeeeeennn dong," nah ya kan, dia kangen juga kan sama aku. Sok-sok jaim.
"Iya. Nanti gue ke rumah sana sama Juno." jawabku.
"Lo sama nyokap lo?"
"NGGAK! ALHAMDULILAH! PUJI TUHAN!" jeritku seketika.
Aku bahagia banget. Dengan segala kelicikan dan jurus kukeluarkan agar mama gak ikut. Untung mama masih harus jahit baju, jadi aku selamat. Tapi aku juga udah izin sih sama mama kalau aku bakalan ketemu juga sama Kenny. Awalnya mama gak bolehin, terus aku merengek aja sambil berkaca-kaca, langsung dikasih!
Meskipun disuruh ngucap sumpah pemuda dulu sih buat gak ketemu Kenny berduaan di rumahnya -_- gampanglah, itu bisa aku akalin nanti.
"Tapi... gue sama Mas Nur."
Aku mendengar gelak tawa dari seberang telepon, "Mampus, dicepuin lo nanti." Mas Nur itu supir pribadi mamaku, dan ya dia emang mulutnya bocor banget, tukang cepu sial. Aku sama Marc dulu sering jadi korban kalau lagi bolos ke warnet.
"Yah.. nanti bantuin gue aja."
"Gue selalu bantuin lo monyet."
"Nah gitu dong. Itu kan baru kakak yang baik." Jawabku sambil tersenyum.
Aku senang hubunganku sama Marc kembali lagi seperti semula, malah aku ngerasa semakin dekat meski jaraknya jauh.
Mario, Merrick dan Marc ternyata udah tahu kalau aku adik-beda-ibu-nya mereka. Tasha yang kasih tahu, dan itu yang bikin mereka bertiga stress. Marc sampe sakit, Mario sampe dipukul Kenny, kalau Merrick, cuma dia doang yang masih kalem dan nenangin Tasha kalau berantem sama Mario. Bahkan Merrick jadi berteman sama calon ayah tirinya, si Adrian. Kalau Om Hans, aku gak pernah anggap dia papaku sih, tapi yaudahlah gak penting juga dia. Aku aja gak tahu dia ada di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dragon
Romance"Dia itu cewek dewasa. Gak akan mau jalin hubungan sama cowok bocah kayak lo." "Kalau sampe mau?" "Eh. Dengerin ya. Lo itu baru 20 tahun. Kenny... kira-kira paling 25 atau 26 tahun. Pacarnya, bisa aja yang modalin dia buka studio. Motornya aja maha...