Potongan Penghapus

183 6 0
                                    

'Rinni on'

"Rinni ayo maju dan bacakan isi puisi yg kamu search," Ucap bu Maya. Mata pelajaran Bahasa indonesia.

"Baik bu," ucap gue dan mulai jalan kedepan kelas tak lupa pula gue membawa pensil serta pulpen buat jaga jaga. Ya jaga jaga dari keusilan anak anak terutama NAVIN.

   Anak anak pun langsung hening saat gue siap membacakan puisinya.

'Tentang nasib angkatan ini
Itu adalah urusan sejarah
Tapi tentang menegakan kebenaran
Itu urusan kita
   Apakah cuaca akan cemas di atas
  Hingga selalu kita bernaung mendung
  Apakah jantung--

Pletuk..

"AWW.." Ringis Navin karna tangannya gak mau diem.
 

   Gimana gak gue lempar pensil coba? Itu anak udah ngambil tas gue lah, kakinya gak mau diem lah, semua dia mainin pas dia mau ngelempar penghapus yg udah di potongnya kecil kecil dengan sigap gue pun langsung ngelempar pensil ke kepalanya untung aja tuh pensil cuma kena keningnya aja.

 
   Tadi aja sebelum Masuk itu anak diemmm mulu karna kakel apalagi mukanya DATAR! tapi sekarang? Udah jail usil lagi emang aneh plus Sinting tu anak.

"Siapa itu yg mengeringis?" Ucap bu maya.

"Navin bu," tunjuk Reno.

"Navin kamu kenapa?" Ucap bu maya dan berdiri.

"Gak papa bu, ini cuma kena pensil aja sama buketu mungil," ucap Navin dengan di akhiri cengiran.

"Buketu mungil? Siapa itu?" Tanya bu maya.

"RINNI BUUU!!" sorak anak anak serempak. Malu ini woy malu!. Lagian apaan sih Navin pake manggil gue buketu mungil segala? Gak ada nama lain apa? Padahal nama Rinni bagus. Ck dasar Navin Sinting.

"Navin navin ada ada aja kamu," ucap bu Maya dengan geleng geleng dan gue cuma nunduk karna malu.

"Yasudah karna waktunya mau abis kita dengarkan saja puisi yg di Search oleh buketu mungil ini," Ucap bu maya dan melihat ke arah gue dengan senyuman jail. Duh malu gue, mana di panggil buketu mungil lagi sama bu maya.

  Iya tau bu maya orangnya asik tapi malu juga kali kalo kaya gini. Ish dasar Navin, awas aja loh Navin!.

"Ayo Buketu mungil rinni di lanjut," ucap bu maya lagi.

"I-iya bu."

   'Apakah jantung masih berdegup kencang
   Dan barisan kita selalu bukit bukit           karang
Berjagalah terus. Berjagalah!
Siang kita bila berlucut laras senapan
Malam kita bila terancam penyergapan
Berjagalah terus. Berjagalah!
   Mungkin kita tak akan melihat hari nanti
   Mungkin tidak kau tidak aku siapa bisa tahu
   Tapi itu urusan tuhan
   Masalah kemenangan,   ketentraman tanpa kira
Tentang nasib angkatan ini
Itu urusan sejarah
Tapi tentang menegakan kebenaran
Itu urusan kita'

"Karya taufiq ismail," ucap gue menyudahi puisi.

"Baiklah beri tepuk tangan untuk Rinni," ucap bu maya dan terdengar suara riuh tepuk tangan dari anak anak dan yg paling menarik adalah Navin yg bersiul siul. Untung aja bu maya gk marah.

   Gue pun berjalan ke arah kursi gue dan duduk.

"Baiklah cukup sampai disini saja pertemuan kita sampai nanti," ucap bu maya saat bel tanda istirahat berbunyi.

Buketu Mungil Dan Si Sinting NavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang