Seakan baik-baik saja

90 4 0
                                    

Happy reading! ><

'Rinni on'

Gue termenung disofa ruang inap nya Kelvin, pikiran gue terus mengarah ke ucapannya, ucapan Dokter Ryan. 'Gangguan mental, seakan-akan ada jiwa lain'.

Ga! Dia normal! Kelvin itu normal.

Tapi gue ga bisa mungkiri bahwa gue pernah ngerasa aneh, saat awal gue ketemu kelvin dan saat gue ambil makan buat dia.

Gue ga boleh mikir aneh. Dia normal! Lamunan gue buyar ketika suara Kelvin terucap dari bibir kecilnya.

"Kak ...," lirihnya.

"Eh Kelvin, kamu udah siuman?" tanya gue sambil berjalan dan duduk dikursi samping tempat tidur.

"Sakit kak," ucapnya.

Gue merhatiin seluruh tubuhnya, "mana? Mana yang sakit?"

Ia memegang dada nya, "ini sakit."

"Kakak panggilin Dokter ya?" tawar Gue sedangkan ia menggeleng. Gue liat matanya, ada marah serta sedih.

Kelvin menggelengkan kepalanya, "aku mau kakak disini aja."

Gue senyum. Begitu polos dan menggemaskan, "iya. Kakak disini kok. Mau minum?"

Lagi-lagi dia gelengin kepala sampe ga sengaja gue denger benda jatoh diluar.

Prang..

"Sebentar ya. Kakak mau liat keluar dulu."

Gue keluar kamar dan saat nutup pintu, gue ga sengaja ngeliat Alifah yang lagi bantuin suster beresin peralatan.

"Alifah?"

Yang dipanggil menoleh dan langsung mengambil beberapa benda yang jatoh dan disimpen di tempat yang suster bawa.

"Kak Rin? Kakak ada disini?" tanya Alifah.

"Iya Al, kakak lagi jengukin adik," jawab Gue..

Dia terkejut, "loh, Kak Rin punya adik?"

"Engga, itu udah aku anggap adik," ucap gue dan dia cuma ber'oh ria.

"Eh kamu ngapain disini? Ada yang sakit?" lanjut gue.

" Kak Navin...," jawab Alifah. Navin sakit?

"Navin? Kenapa sama dia? Dia sakit?"

"Dia kecelakaan kak."

Deg.

Gue terkejut, serasa keadaan ini gue terima pas denger Kelvin dirumah sakit. Navin? Kecelakaan? Kapan? Atau Navin?

"K-kecelakaan? Dia sekarang dimana?"

Bukannya menjawab, Alifah justru menangis. Gue yang melihat itu udah mulai berpikir yang aneh-aneh.

"Navin kenapa, Al?" tanya gue ulang.

"T-tadi di UGD. Mungkin udah dipindahin," jawabnya.

Rinni off.

***

Dia berjalan menuruni tangga satu persatu. Dikanan kirinya terdapat hamparan bunga dandelion yang indah. Ia terus berjalan hingga melihat sosok yang sepertinya ia kenal. Papanya.

Perlahan-lahan mereka saling mendekat dan setelah dekat, ia memeluk Papanya erat.

Papanya mengeryit heran. Bagaimana bisa ia ada disini?

"Kamu kenapa ada disini, Nak?"

"Emang kenapa? Papa kan ada disini. Navin Rindu sama papa."

Ya, dia Navin, Navin william bramasta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Buketu Mungil Dan Si Sinting NavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang