Author on
Alvin mengendarai mobilnya dengan sedang walaupun jiwa nya sedang emosi itu. Ia mengantarkan Ana yang sebelumnya mengantarkan Anin itu.
"Semuanya, gue duluan ya," ucap Ana dan turun dari mobil.
"Ati-ati An," ucap Rinni dan diangguki olehnya.
Mobil kembali jalan karena sebentar lagi akan sampai dirumah.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai dipekarangan rumahnya.
"Kak," panggil Rinni ketika mobil sudah berhenti.
Tidak ada jawaban ataupun sahutan yanh dilontarkan oleh Alvin yang membuat Rinni berbicara lagi, "maafin gue. Gue emang salah."
Bukannya mendapat jawaban Alvin justru keluar dari mobil dengan menutup pintu agak kasar.
Brak!
Rinni hanya bisa menutup matanya terkejut, "Udah Rin, kakak lo cuma lagi dalam keadaan emosi doang."
Ucapan Daniel hanya dijawab anggukan saja oleh Rinni. Mereka pun keluar menuju rumah.
Rinni menuju ruang keluarga karena melihat Alvin disana.
"Kak, dengerin gue dulu," ucap Rinni.
"Kak. Gue lakuin itu karena gue---"
"Apapun alasan lo, gue ga perduli," sahut Alvin sinis.
Daniel yang melihat itu hanya bisa diem dengan menatap Rinni kasian, "Kak, lo gamau dengerin penjelasan adik lo itu?"
"Apa yang harus dijelaskan? Video itu udah jelas. Niel," jawab Alvin.
"Tapi setidaknya lo denger---"
"Lo ga tau rasanya jadi gue, Niel! Lo ga punya adik yang bisa lo khawatirin dan takut dia kenapa-kenapa!!" Bentak Alvin kesal.
Daniel hanya diam karena apa yang dikatakannya memang benar. Ia tidak mempunyai adik yang bisa ia khawatirkan.
"Kak."
"Gue cape. Gue mau istirahat," ucap Alvin dan berdiri.
"Oh iya, kalian juga cepet tidur," lanjutnya dan berlalu pergi.
"Sabar Rin," ucap Daniel sekenanya dan kekamarnya.
"Apapun caranya, gue bakal jelasin ini ke kak Alvin," tekat Rinni.
***
Alvin on
Kesel gue sama Rinni. Apa yang dipikirin sampe mau nerima ajakan basket Olivia. Yang udah jelas jelas ngerusak kebahagiannya.
Dia emang kalo udah kenal cinta. Bego nya ga main-main emang.
Gue baru selesai mandi dan ngedapetin adik gue yang ada dikasur sambil mejemin mata. Dia tidur apa gimana?
Gue jalan kearahnya dan duduk disebelahnya, "bangun."
Dia langsung buka mata dan ambil posisi duduk. Kasianlah gue sama dia cuma ya kalo gue terus diem aja. Dia ga bakal ngerti gimana rasa khawatir gue kalo terjadi apa-apa sama dia.
"Kak."
"Balik ke kamar," ucap gue.
"Tapi kak. Gue mau ngej---"
"Ngejelasin apaan lagi?! Lo tau gimana khawatirnya gue?! Apa lo mikir sebelum bertindak kayak gitu?!" Bentak gue. Jujur ae. Gue jarang bentak dia malah terkesan ga pernah. Tapi kali ini. Gue pengen dia tau bahwa gue bisa marah karena tindakan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buketu Mungil Dan Si Sinting Navin
Random|| BUKETU MUNGIL DAN SI SINTING NAVIN-!! || "Susah sih suka sama orang yang disukai banyak orang." Note: bahasa baku gak baku, bikin sering mengeryit heran, Belum di Revisi.