Siang itu, Noah dan Jinan tengah berjalan beriringan menuju pantai di belakang galeri. Memang sedikit gila, mengingat bahwa pria tampan itu adalah seorang thalassophobic. Namun, itu semua karena keinginannya yang ingin mengobati fobianya secara perlahan. Dengan meminta Jinan untuk membantunya. Tentu saja ibu muda itu siap membantu dengan senang hati, meskipun dia cukup cemas.
"Lihatlah dulu ke arah langit diatas, bukankah sangat cerah dan indah?" Jinan berucap seperti itu untuk membuat Noah sedikit rileks saat mereka sudah tiba di pantai.
"Hu'um. Apa kau pikir, langit juga seindah pantai dan lautan?" Noah tak sedikit pun menurunkan pandangannya dari langit.
"Tidak. Bagiku, tetap pantai dan lautanlah yang lebih indah. Meskipun aku juga suka langit, entah itu langit yang biru atau jingga di waktu senja. Ketiganya memiliki warna tersendiri untuk mencuri hati siapapun yang mengaguminya." Tutur Jinan diiringi dengan sebuah senyuman lembut.
Noah tersenyum atas jawaban Jinan. "Aku ingin jadi orang yang bisa menikmati ketiganya tanpa rasa takut."
Jinan menoleh, menatap wajah samping pria tampan berhidung mancung itu. Tangan kecilnya meraih tangan besar Noah yang menggantung bebas di udara. Membuat pria itu terkejut dan menoleh. Menatap bingung pada wanita yang saat ini tengah tersenyum itu.
"Ayo." Jinan menarik tangan Noah untuk semakin mendekat ke arah air yang menepi.
Noah menghela nafas panjang sambil memejamkan mata saat keduanya sudah berdiri menginjakan kaki pada pasir yang basah karena air laut. Jantungnya berpacu sangat cepat diiringi perasaan takut yang menguasai.
"Jangan biarkan perasaan takut menguasaimu." Ujar Jinan yang merasakan ketakutan Noah. "Cobalah memikirkan hal-hal yang menyenangkan tentang pantai."
Noah hanya mengangguk seraya menelan ludah, meskipun dia merasa begitu tertekan oleh ketakutan akan air laut. Dan saat air laut mengenai kakinya, Noah sontak saja terkejut.
"Ini hanya air, Kwon. Jangan takut." Jinan mencoba menenangkan. "Sekarang buka matamu. Cobalah untuk menatap air laut di hadapanmu."
Noah lagi-lagi menelan ludah dengan nafas naik-turun mendengar intruksi Jinan. Takut-takut dia membuka kedua mata secara perlahan. Namun, ketika kelopak matanya belum terbuka sempurna tiba-tiba suara ombak menyapa gendang telinganya dengan sangat jelas. Membuat pria itu kembali memejamkan mata begitu rapat dan mengeratkan genggamannya pada tangan Jinan. Jantungnya berpacu sangat cepat, keringat pun sudah membasahi pelipis, bahkan Noah nyaris ambruk karena lututnya lemas andai saja dia tak memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan.
Tangan lain Jinan yang terbebas mengelus punggung tangannya yang digenggam itu. Menyalurkan ketenangan sekaligus kekuatan yang ajaibnya bisa membuat Noah bertahan dan berani untuk melawan fobianya.
"Tarik nafasmu secara perlahan, Kwon." Noah mengikuti intruksi Jinan. "Lalu keluarkan secara teratur. Pikirkan sesuatu yang menyenangkan tentang pantai. Bayangkan kau bisa bermain air dan pasir, menikmati buih air yang menyentuh kaki telanjangmu, bermain voli pantai atau menikmati pemandangan sunset di sore hari. Dan ingat kembali tujuanmu untuk menghilangkan fobia itu."
'Aku ingin mengembalikan seluruh memoriku yang hilang. Karena aku yakin, pantai menyimpan banyak kenangan tentangku di masa lalu.'
Noah dengan perlahan membuka kedua matanya dan mendapati pemandangan biru air laut di hadapannya bersamaan dengan kakinya yang kembali bersentuhan dengan dinginnya air. Tiba-tiba dia terengah, bahkan jantungnya sudah kembali berpacu sangat cepat diiringi dengan getaran hebat juga keringat yang mengucur. Jinan semakin mengeratkan genggamannya seraya menatap cemas pada pria di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...