-Princess Jennie, I love your draw. Someday, I hope you'll be a great art worker like Picasso. Be my best friend and let's meet again-
From : 'Uncle Handsome' who has a beautiful eyes like you.
Jennie menyerahkan hasil gambar yang dibuatnya tadi pada Jinan yang sedang menyuapinya makan siang di kafetaria rumah sakit. Mata sipit ibunya mengamati karya Jennie lalu tersenyum manis. Dielusnya kepala Jennie dengan sayang sebelum mengecup lembut kening puterinya itu.
"Puteri kecilku sungguh hebat." Puji Jinan dengan wajah berseri, membuat Jennie merasa senang dipuji seperti itu.
"Aku mendapatkan nilai yang bagus, bukan?" Jennie bertanya setelah berhasil menelan makanannya.
"Siapa yang menilainya, apa Mrs. Cutie Park?" Jinan menyebutkan nama salah seorang guru kesayangan Jennie di sekolah yang bernama asli Park Dara.
Jennie menggeleng. "Uncle Tampan yang menilainya. Aku membuatnya di taman dan uncle Tampan datang menemaniku!" Kedua manik jernihnya berbinar saat membicarakan pria tampan yang ditemuinya tadi di taman dekat sekolah.
Jinan mengernyit. "Uncle Tampan?"
"Paman-paman yang menemaniku di taman sampai aunty Jichu datang. Dia sangat tampan dan baik, Ma." Cerita Jennie dengan raut yang ceria.
"Jennie yakin dia pria yang baik?" Jinan tampak cemas. Takut jika itu hanyalah pria jahat yang mencoba mengincar Jennie.
Jennie mengangguk lalu memberi isyarat kepada ibunya agar segera menyuapinya lagi. Jinan dengan sigap kembali menyuapi Jennie dengan hati-hati.
"Balikan kertasnya, Ma. Uncle Tampan menulis sesuatu disana. Aku tidak mengerti dengan yang dia tulis."
Jinan pun mengikuti perintah puterinya. Menatap pada bagian kertas yang kosong itu. Matanya tiba-tiba melebar dan jantungnya berpacu dengan cepat. Dengan intens dia mengamati tulisan yang dibuat Noah.
'T-tulisannya.. Kenapa mirip sekali dengan Hanbin oppa? I-ini terlalu mirip.'
Tulisan tangan yang menurutnya sangat mirip dengan tulisan tangan Hanbin itu kembali membawanya pada kenangan tentang suaminya itu. Membuat hatinya meneriakan rindu dan sakit saat itu juga. Jinan menggigit bibir menahan diri agar tidak menangis di hadapan Jennie. Dia harus kuat, jangan sampai ingatan soal Hanbin merusak suasana saat ini. Sedangkan Jennie, mata polosnya menatap Jinan kebingungan atas perubahan ekspresi ibunya yang kentara itu.
"Mama... Kenapa?" Jennie bertanya dengan hati-hati.
Jinan dengan cepat menoleh ke arah Jennie lalu tersenyum. Berusaha menutupi ekspresi terlukanya di depan Jennie. Dengan lembut dia mengelus surai puterinya itu.
"Uncle Tampanmu sungguh manis." Beruntungnya Jinan pandai menyembunyikan perasaan. Dia selalu bisa mengendalikan perasaan agar tak mudah terbaca oleh orang lain.
Jennie tersenyum senang. "Memangnya apa yang dia katakan, Ma?" Gadis kecil itu beringsut mendekati ibunya untuk melihat kembali pesan pendek Noah.
"Uncle Tampan berkata, 'Princess, aku suka gambarmu. Suatu hari, aku harap kau akan menjadi seorang pelukis hebat seperti Picasso. Jadilah sahabatku dan ayo bertemu lagi. Dari Taman Tampan yang memiliki mata indah sepertimu' "
Jennie memekik lalu bertepuk tangan girang dengan pesan singkat dari Noah tersebut. Jinan tersenyum lembut melihat puterinya yang terlihat sangat senang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...