Dua minggu setelahnya, rumah yang bernuansa penuh kesejukan itu sedikit lebih sibuk dari biasanya. Usai membersihkan diri dan melakukan sarapan, Jinan sibuk mendandani Jennie dengan gaun putihnya dan sedikit sentuhan make-up pada wajah Jennie yang cantik. Rambut curly berwarna madunya dikuncir diatas dengan tambahan bando putih yang semakin menambah kecantikannya. Setelah selesai, Jinan mengamati penampilan bak putri dari Jennie dengan tatapan kagum.
"Kau sungguh cantik, princess." Puji Jinan dengan puas.
"Benarkah? Aku mau lihat!" Seru Jennie dengan penuh semangat.
Jinan yang tersenyum membawa Jennie ke depan sebuah cermin besar di dekat dinding. Memperlihatkan sesosok gadis kecil dengan penampilan bak putri yang sedang menatap dirinya sendiri penuh kekaguman.
"Woahh— Mama hebat! Dan gaunnya sungguh cantik!" Dia berbalik untuk memeluk pinggang ramping ibunya. "Terimakasih, Ma." Ucapnya seraya mendongak untuk menatap wajah tersenyum sang ibu.
Jinan mengelus kepalanya dengan sayang lalu menunduk untuk memberi sebuah kecupan lembut di pipi gembil merona puterinya. "Nah, sekarang Jennie tunggu di bawah ya? Mama harus berdandan dulu. Sepatunya sudah Mama siapkan di bawah, tunggu Mama memakaikannya nanti." Ucapnya seraya menyentuh kepala Jennie.
Gadis kecil itu mengangguk lalu bergegas keluar dari kamar ibunya dan menuruni tangga dengan riang seraya bersenandung. Sementara Jinan sudah mulai mengganti pakaian dan mendandani dirinya. Jennie yang tengah duduk di sofa ruang tengah seraya menonton serial kartun favoritnya dikejutkan oleh suara bel yang datang dari luar pintu. Gadis kecil itu meluncur dari sofa dan berlari menuju pintu untuk membukanya. Wajahnya seketika menjadi lebih cerah saat menemukan sosok tinggi dan tegap dari pria yang mengenakan tuxedo berwarna broken white yang serasi dengan gaun Jennie berdiri di hadapannya.
"Uncle! Akhirnya kau datang." Jennie menghambur memeluk pinggang Noah.
Pria itu tersenyum lalu berbungkuk untuk melihat penampilan Jennie, kedua matanya melebar menatap kagum pada gadis kecil di hadapannya itu. "Biar kulihat putri dari kerajaan manakah yang sedang berdiri di hadapanku ini, hm?" Suaranya terdengar sangat manis, membuat Jennie tersenyum senang.
"Apa aku cantik, uncle?" Jennie mundur dan memutar-mutar tubuhnya untuk memperlihatkan penampilannya sendiri kepada paman kesayangannya itu.
Noah mengacungkan dua jempol seraya tersenyum amat tampan. "Kau sangat cantik, princess. Sungguh seorang putri yang mempesona."
Jennie sekali lagi dibuat bahagia dengan pujian itu. "Uncle, masuk dulu." Tangan kecilnya menarik tangan besar Noah dan menariknya masuk.
Noah mengedarkan pandangan sebelum bertanya. "Mamamu dimana?"
Jennie membawa Noah duduk di ruang tengah dimana tadi dia tengah menonton serial kartun. "Mama belum selesai. Tadi Mama mendandaniku dulu, jadi sekarang gilirannya untuk berdandan." Jawabnya riang dengan kedua mata yang terfokus pada televisi.
Noah mengangkat kedua alisnya. "Jadi, Mama yang mendandanimu?"
Jennie menoleh ke arah Noah dan mengangguk. "Iya. Mama benar-benar hebat, kan?"
Noah tersenyum seraya mencubit gemas ujung hidung Jennie. "Untuk membuatmu terlihat semakin cantik dan mengagumkan, Mamamu sungguh hebat."
Jennie tersenyum lebar mendengar pujian Noah yang dia berikan untuk ibunya. Kemudian dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah televisi dengan kedua kaki terayun. Noah pun ikut terlarut dalam tontonan kartun itu seraya sesekali akan menjawab beberapa pertanyaan dari Jennie. Keduanya asyik di ruang tengah rumah itu selama lebih dari 20 menit, hingga suara seseorang dari tangga membuat mereka mengarahkan pandangannya ke anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...