[ Twenty Two ] The Lost Memories

379 43 0
                                    



"Aku ingin kau mencari informasi seseorang untukku." Tuan Kim yang sedang berada di beranda vila milik Jinan pagi itu sedang menghubungi seseorang.

"Siapa yang ingin kau cari informasinya, Tuan?"

Pria tua itu terdiam sejenak sebelum menjawab. "Noah Kwon dengan nama lahir Kwon Jeongju, putera dari Kwon Jiyong. Cari semua informasi tentangnya, termasuk tentang kecelakaan yang terjadi 24 tahun lalu. Serahkan semua datanya setelah aku kembali ke Seoul."

"Baik, Tuan. Segera dilaksanakan."

"Baiklah, jangan sampai ada yang terlewat."

"Baik."

Lalu pria itu mengakhiri sambungan telepon. Menghela nafas panjang seraya menatap ke arah pepohonan jeruk yang berada di luar pagar vila.

"Kakek, selamat pagi!"

Sebuah seruan dari suara jernih membuatnya menoleh hanya untuk mendapati sesosok gadis dengan piyama bergambar Frozennya sedang berlari kecil ke arahnya. Wajah penuh senyuman itu memenuhi pandangan Tuan Kim, membuat suasana hatinya yang kurang baik sejak tadi malam berangsur membaik. Pria tua itu membungkukan badan seraya merentangkan kedua tangannya untuk menyambut tubuh kecil cucunya.

"Selamat pagi juga, cucuku yang cantik." Balasnya setelah Jennie berada di pelukannya.

"Kakek, ayo kita sarapan. Bukankah kita akan pergi bermain di pantai dan kebun bunga? Ayo, kakek, ayo! Mama dan nenek sudah menunggu."Jennie menarik-narik tangan kakeknya dengan semangat.

Tuan Kim terkekeh. "Tentu saja, tentu saja. Ayo kita sarapan dulu."

Jennie tersenyum senang dan dengan semangat menarik kakeknya masuk ke dalam rumah. Di ruang makan sudah menunggu Jinan dan ibu mertuanya yang telah selesai menyiapkan sarapan pagi.

"Sayang, berjalanlah pelan-pelan." Tegur Jinan dengan halus ketika melihat puterinya berjalan dengan sangat cepat seraya menarik tangan sang kakek.

Setelah itu mereka pun segera berkeliling di meja makan kemudian mulai menyantap sarapan mereka. Sepanjang sarapan Jennie terus berceloteh tentang banyak hal, termasuk tentang perpisahan sekolahnya. Menceritakan betapa bahagianya dia hari itu, terlebih lagi karena kehadiran seseorang sebagai pengganti ayahnya. Seketika jantung Jinan berdegub sangat cepat ketika sampai di bagian ini, sementara dua orang tua yang duduk di seberangnya tampak mengerutkan kening. Dia sungguh lupa untuk memberitahu Jennie sebelumnya agar tak menceritakan tentang Noah pada kakek dan neneknya.

"Siapa yang datang sebagai pengganti papamu, nak?" Nyonya Kim bertanya dengan lembut.

"Itu adalah Uncle Tampan!" Sahut Jennie dengan semangat, membuat Jinan mengeratkan pegangan pada sumpit di tangannya.

Tuan Kim mengangkat kedua alisnya. "Uncle Tampan?"

Jennie mengangguk. "Iya, kakek. Itu adalah teman Mama yang baik hati. Aku sangat menyukainya dan dia juga menyukaiku. Aku sering bermain bersamanya, bahkan dia selalu membelikan banyak makanan maupun mainan untukku. Dan juga, dia sangat tampan seperti seorang pangeran! Taeyongie juga sangat menyukainya. Aku juga mengikuti kelas melukisnya bersama Taeyongie." Celoteh Jennie membuat Jinan tak berkutik di tempat duduknya.

Tuan dan Nyonya Kim saling memandang, bersama-sama melirik Jinan sebelum kembali mengalihkan atensinya pada cucu mereka. "Kau mengikuti kelas melukis?"

Jennie mengangguk. "Dia adalah seorang pelukis hebat. Namanya—"

Tiba-tiba suara bel berbunyi, membuat keempat orang itu menoleh secara bersamaan. "Apa itu Aunty Jichu? Mama, aku akan membuka pintu." Jennie meloncat dari tempat duduknya dan segera berlari dari ruang makan.

The Lost Memory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang