Dianjurkan sambil dengerin lagu2 yg sedih ya biar feel nya dapet 😂
.
.
Pagi itu Jennie sedang bermalas-malasan di ruang televisi, menonton kartun kesukaannya sambil memeluk boneka Bunny baru miliknya. Sementara ibunya sedang mengecek laporan penjualan jeruk dan apel dari perkebunannya yang dikirim lewat e-mail. Duduk di sofa tak jauh dari Jennie yang sedang asyik menonton. Hari ini dia akan terlambat pergi ke kafe karena harus mengecek laporan dari perkebunan terlebih dahulu. Sampai satu jam berlalu, Jennie yang tampak bosan menoleh ke arah ibunya. Ingin mengajaknya berbicara, namun takut mengganggunya. Jadi dia kembali menatap layar televisi sambil mengalih-alihkan chanel secara acak. Menyadari gelagat puterinya, Jinan pun mengalihkan perhatian untuk mendapati wajah cemberut dengan pipi mengembung di sampingnya. Ibu muda itu terkekeh.
"Ada apa, sayang? Kau bosan?"
Jennie menoleh ke arah Jinan lalu mengangguk. "Kapan Mama selesai? Ayo kita ke kafe~"
Jinan tersenyum. "Sebentar lagi Mama selesai. Emm, bagaimana jika Jennie ambilkan coat abu Mama di kamar? Agar Mama nanti bisa langsung pergi bersama Jennie."
Jennie mengangguk dengan cepat. "Oke." Ujarnya seraya meloncat dari sofa, berlari kecil menuju lantai atas.
"Tidak usah berlari, sayang. Nanti kakimu tersandung." Tegur Jinan yang hanya dibalas gumaman dari puterinya.
Jinan kembali pada layar iPad-nya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dari atas meja. Dia mengambilnya untuk mengangkat telepon dari Jisoo tersebut.
"Kau akan pergi ke pernikahan Noah besok lusa?"
Belum juga menyapa, Jinan sudah ditodong dengan pertanyaan itu oleh Jisoo. Dia pelan-pelan menghela nafas.
"Tentu aku datang. Dia mengundangku."
"Kim Jinan, apa kau pikir kau sanggup datang ke pernikahan itu? Apa kau pikir Noah juga berharap kau datang?"
"Chaeyeong memintaku datang. Bagaimana mungkin aku menolak? Aku tidak ingin mengecewakannya."
Terdengar dengusan dari seberang telepon. "Lalu bagaimana dengan dirimu? Apa kau sanggup melihat pernikahan itu? Dan apa kau pikir Noah juga sanggup saat melihatmu di acara pernikahannya?"
Jinan menghela nafas. "Jisoo, kau tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Aku hanya akan datang dan mengucapkan selamat, setelah itu aku akan pergi bersama Jennie ke California."
"Kim Jinan, sebenarnya apa yang sedang merasuki pikiranmu? Dengar, aku bukannya ingin mencampuri urusanmu. Namun, kau harus mengingat kondisimu. Jika melihat hal menyakitkan seperti itu, meskipun dia memang benar bukan Hanbin sunbae, namun tetap saja—"
"Pernikahan ini penting, Jisoo." Potong Jinan. "Pernikahan ini penting untuk Noah dan Chaeyeong, bagaimana mungkin aku bisa melewatkannya?"
Ya, pernikahan suaminya bagi Jinan sangatlah penting. Bukankah seharusnya dia menyaksikan momen penting itu?
"Mama?" Tiba-tiba Jennie muncul dari belakang. Jinan yang terkesiap segera berbalik untuk melihat Jennie yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Di pelukannya ada coat abu miliknya yang sudah gadis kecil itu ambil dari kamar.
Jinan memaksakan sebuah senyuman. "Sayang, kau sudah?"
Jennie hanya mengangguk kemudian berjalan mendekat dengan perlahan. Menyerahkan coat di tangannya lalu duduk di sofa tanpa sepatah kata pun, kembali menonton televisi dengan mata yang tak fokus. Jinan menyadari perubahan sikap Jennie tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...