"Yeobo, kira-kira apa panggilan yang cocok untuk kita nanti? Apakah 'appa' dan 'eomma'? Ataukah 'daddy' dan 'mommy'?"
"Itu terlalu umum. Bagaimana jika 'papa' dan 'mama'?"
"Waah... Itu terdengar bagus juga. Papa dan Mama... Terdengar menggemaskan. Hihi.."
"Jadi, puteri kecil kita yang akan segera lahir ini akan memanggil kita Papa dan Mama."
Cup.
"Terimakasih, Papa..."
Kedua kelopak mata yang tertutup itu bergerak semakin gelisah seiring dengan butiran-butiran kecil keringat yang membasahi dahinya.
"Hahhh...!"
Noah membuka kedua matanya dan mendapati dirinya sedang berada di kamar tidurnya. Nafasnya terengah dengan keringat yang membasahi wajah dan juga pakaiannya. Dia masih menatap lurus ke arah langit-langit selama beberapa saat hingga kedua matanya beralih menuju jam dinding. Pukul empat sore.
"Mimpi apa lagi ini?" Gumamnya terdengar lelah. Kepalanya tertunduk dengan sedikit rasa sakit disana.
Lagi-lagi suara familiar dan sosok kabur itu. Pada awalnya Noah pikir itu semacam mimpi yang muncul karena keinginan kuatnya untuk hidup bersama Jinan. Namun, entah kenapa itu terasa seperti potongan-potongan memori lama yang muncul begitu saja dalam alam bawah sadarnya, dengan sosok-sosok kabur di dalamnya. Dan saat dia bangun, kepalanya akan berdenyut sakit dan tubuhnya pun akan berkeringat, seperti saat ini.
"Sial, aku hampir lupa memiliki janji dengan dr. Kim."
Pria itu segera turun dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi dengan sedikit tergesa karena beberapa hari lalu dia telah mengadakan janji bertemu bersama Jisoo, tentu saja tanpa sepengetahuan Junhoe maupun Jinan.
Setengah jam berlalu dan Noah telah siap untuk pergi. Memasuki Lamborghini nya dan segera melesat menuju tempat yang telah ditentukan. Mengamati pemandangan di pinggir jalan sore hari seperti ini ternyata cukup menyenangkan baginya. Dia merasa beruntung tinggal di pulau yang masih dipenuhi dengan keindahan alam yang mempesona ini. Hatinya merasa damai dan berangsur-angsur bisa melupakan mimpi yang mendatangkan kagelisahan tadi. Bibirnya mulai bersenandung riang sambil menikmati sinar matahari sore yang menyorot dengan menyenangkan, dia menurunkan kaca mobil untuk menikmati angin sore yang sejuk sambil sesekali mengeluarkan setengah kepalanya. Jalanan sepi dan Noah tidak khawatir akan ditegur oleh petugas lalu lintas. Rambut hitam legamnya berkibar tertiup angin dan wajah tampannya tersorot sinar matahari yang lembut, menciptakan sebuah pemandangan indah nan mencolok yang tak terkatakan.
15 menit berlalu dan Lamborghini hitam itu kini telah melewati hamparan pasir putih yang cukup jauh di sisi sebelah kanan. Mobilnya melaju semakin perlahan dan akhirnya menepi di depan sebuah restoran pinggir pantai. Pria itu turun dan mengecek ponselnya, mendapat sebuah pesan masuk yang berisi bahwa Jisoo sudah menunggunya di meja nomor 10. Lantas tanpa menunggu lagi dia segera masuk ke dalam restoran yang seluruh dindingnya hanya berupa kaca itu, mencari-cari sosok yang dikenalnya. Setelah berjalan dengan pandangan menyapu sekeliling, akhirnya dia menemukan sang dokter spesialis kejiwaan yang duduk tepat di samping pembatas. Tempat duduk mereka hanya terhalang pagar besi itu, tanpa ada dinding kaca disana. Sehingga membuat mereka bisa langsung merasakan angin pantai yang berhembus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...