Harvard Square
Jinan menatap sepasang anak dan ibu yang tengah duduk berdua seraya menyantap fast food sambil tertawa lepas di tempat duduk yang tak jauh darinya. Keduanya telihat bahagia meskipun hanya sekedar menyantap makanan sederhana di sore hari. Sementara kedua ujung bibir Jinan tertarik membentuk sebuah senyuman tipis karena tiba-tiba saja dia teringat Jennie yang dia tinggalkan di Korea bersama Jisoo. Andai saja jika Jennie sedang libur, mungkin Jinan akan membawanya juga. Lagipula, saat ini dirinya membutuhkan waktu sendiri untuk menghibur perasaannya yang telah patah begitu parah. Dia ingin menjejaki tempat-tempat penuh kenangan bersama Hanbin untuk melupakan perasaannya terhadap seorang pria yang sebentar lagi akan menikah. Dia butuh sendiri dan menangis keras tanpa sepengetahuan siapapun di sekelilingnya, menumpahkan segala perasaannya yang telah hancur bersama harapan yang sempat melambung tinggi karena cinta.
Kini kedua kaki-kaki mungilnya menelusuri setiap sisi lapangan sambil menatap sekeliling yang rasanya masih sama dengan suasana beberapa tahun silam. Jalanan sore itu juga cukup ramai dengan beberapa anak muda yang tampak baru pulang dari sekolah dan kampus. Cengkrama dan tawa membuat suasana Harvard Square terasa hangat. Membuat beberapa memori dalam kepala Jinan bermunculan hingga membentuk sebuah senyuman lebar meskipun sedikit nanar. Dia tak pernah lupa bagaimana dulu Hanbin pertama kali mengajaknya berkencan ke tempat yang sebenarnya cukup membosankan itu. Berdua duduk bersisian dalam jarak yang cukup renggang untuk ukuran dua orang yang tengah melakukan kencan. Bercengkrama soal mata kuliah dan perkembangan ekonomi juga teknologi dunia. Sungguh membosankan memang, namun keduanya adalah tipe orang yang lebih suka membicarakan topik-topik berat seperti itu.
Kala itu sore, seperti saat ini. Namun kini Jinan hanya sendiri ditemani kenangan-kenangan yang berlarian di kepala. Lalu kaki-kaki mungilnya kini memutuskan untuk berlalu pergi menuju trotoar jalan dan mencari kafe yang selalu didatanginya bersama Hanbin dan Jisoo pada masa kuliah dulu. Binar wajahnya muncul saat menemukan tempat favorit masa mudanya itu, lalu masuk dan terkagum sendiri karena kini suasana kafe berubah cukup banyak. Wanita mungil itu duduk di kursi dekat jendela setelah selesai melakukan pemesanan, memangku dagu seraya menatap jalanan sore hari yang ramai. Dia seolah-olah melihat dirinya beberapa tahun lalu tengah berjalan bersisian bersama Hanbin dan Jisoo, tertawa dan bercengkrama sepanjang jalan sebelum masuk ke dalam kafe. Melakukan pemesanan kemudian duduk tepat di kursi yang saat ini tengah didudukinya, dengan Hanbin di kursi seberang dan Jisoo di samping kirinya.
Jinan melihat Hanbin yang terus menatapnya tanpa henti bahkan ketika Jisoo tengah bercerita dengan seru. Dia teringat saat itu fokusnya hanya dia tujukan pada karibnya tanpa penasaran pada sesosok pemuda yag duduk di seberangnya tengah menatap penuh pemujaan. Dada Jinan bergemuruh menyenangkan disertai rasa sakit yang berdenyut. Kedua matanya terpejam untuk mencoba membuang sekejap saja ingatan-ingatan dulu. Hingga pesanannya tiba dan Jinan mendesah lega karena kini fokusnya bisa dia tujukan hanya pada makanan, lagipula perutnya sudah keroncongan sejak tiga jam yang lalu turun dari pesawat. Setelah selesai di Harvard, Jinan memutuskan untuk mengunjungi rumahnya bersama Hanbin di San Fransisco, malam ini dia akan menginap di hotel dan memesan tiket pesawat untuk terbang ke California besok pagi.
--- The Lost Memory ---
Noah memasang tampang semanis mungkin saat Chaeyeong datang membawa makan siang di kotak bekal ke galeri. Usai makan siang, mereka berencana untuk melakukan fitting pertama gaun pengantin bersama desainer kenamaan yang direkomendasikan oleh ibu Chaeyeong. Mereka juga akan pergi bersama Mrs. Park karena Chaeyeong masih perlu ditemani oleh ibunya untuk fitting pertama ini. Namun saat keduanya selesai makan siang dan bersiap pergi, tiba-tiba Junkyu datang dengan sedikit tegesa menemui Noah. Membuat sepasang calon pengantin itu terheran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Fanfiction"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...