Kirkland Street, Cambridge, Massachuttes, US
Siang itu hujan mengguyur Cambridge cukup lebat. Dua gadis belia berkebangsaan Korea Selatan tengah berteduh di depan toko kue setelah beberapa saat lalu mereka membeli banyak kue basah maupun kering dari sana. Adalah Kim Jinan dan Kim Jisoo, dua mahasiswi baru program beasiswa Universitas Harvard yang sama-sama lulus High School di usia 16 tahun. Menjadi penghuni asrama mahasiswa termuda memang membuat keduanya harus mau menjadi pesuruh para penghuni asrama yang notabene-nya berusia 19 tahun ke atas. Ditambah lagi tahun ini adalah tahun pertama mereka sebagai penghuni asrama. Para senior tentu menggunakan kesempatan tersebut untuk memanfaatkan para penghuni baru yang masih lugu itu menjadi pesuruh mereka.
"Aishh.. Kenapa tiba-tiba saja hujan lebat padahal tadi cuaca begitu cerah." Keluh Jisoo yang menenteng dua kantong plastik berisi kue-kue dan satu kantong berisi pernak-pernik titipan para penghuni kamar yang berada di samping kiri-kanan dan depan kamarnya dengan Jinan.
"Cuaca memang selalu sulit ditebak, Jisoo-ya." Jinan menyahut dengan nada bicara yang tetap tenang.
Jisoo mendengus kesal. "Ini gara-gara senior-senior menyebalkan itu! Mentang-mentang kita adalah penghuni paling muda di asrama. Mereka seenaknya menyuruh kita membeli ini-itu. Lihat! Bahkan belanjaan kita berdua masih cukup disatu kantongkan dan sisanya adalah titipan mereka." Gadis cantik itu mengangkat tiga kantong plastik di tangannya lalu menunjuk ke arah empat kantong plastik yang dibawa Jinan.
"Sudahlah, Jisoo. Ini resiko yang harus kita terima sebagai penghuni paling muda. Untung saja kita masih bisa melakukannya berdua."
Jisoo meniup-niup poninya. "Dan untung saja aku menemukan teman yang seusia denganku. Jika tidak, mungkin aku ataupun kau saja yang akan menjadi pesuruh mereka seorang diri." Ucapnya disahut oleh kekehan Jinan di sampingnya.
"What are you doing here, girls?"
Tiba-tiba suara berat seseorang membuat keduanya menoleh ke samping kanan dimana seorang pemuda tampan berkacamata dengan wajah oriental tengah tersenyum ke arah keduanya. Jisoo membelalakan kedua mata seraya menutup mulutnya dengan satu tangan yang masih memegangi kantong plastik. Dia menyikut lengan Jinan membuat gadis itu menoleh.
"Jinanie, bukankah dia itu Kim Hanbin? Mahasiswa senior fakultas teknik dari Korea Selatan yang populer di kampus Harvard?" Bisik Jisoo antusias tepat di telinga Jinan yang hanya mengedikan bahu saja.
"Aku tidak tahu." Sahut Jinan singkat membuat Jisoo gemas sendiri kenapa gadis yang menjadi sahabatnya ini terlalu dingin pada laki-laki sampai-sampai mahasiswa populer seperti Kim Hanbin saja tidak diketahuinya.
"A-annyeonghaseyo, sunbae-nim." Jisoo pun dengan cepat membungkuk ke arah laki-laki bernama Hanbin itu seraya mendorong punggung Jinan untuk melakukan hal yang sama dengannya.
Hanbin melebarkan mata saat mendengar Jisoo menyapanya dengan bahasa Korea. "Kalian orang Korea?"
Jisoo dan Jinan yang sudah berdiri tegak kembali mengangguk serempak. "Aku Kim Jisoo, dan ini temanku Kim Jinan. Senang bertemu denganmu, sunbae." Kedua mata Jisoo menatap Hanbin berbinar.
"Sunbae? Kalian sudah mengenalku lebih dulu sepertinya." Ucap Hanbin seraya tersenyum ramah.
Jisoo dengan penuh semangat mengangguk. "Tentu sun—"
"Hanya dia yang mengenalmu. Aku tidak." Potong Jinan dengan wajah datarnya membuat Jisoo dengan cepat menoleh dan menatapnya tak percaya. Sedangkan Hanbin yang sebenarnya sedikit kecewa dengan ucapan Jinan hanya bisa terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Memory ✔
Hayran Kurgu"Ma, seperti apa wajah Papa? Kenapa Mama tidak mau memperlihatkan foto Papa?" - Kim Jennie "Aku adalah ibu sekaligus ayah bagi puteriku. Kebahagiaan Jennie adalah segalanya bagiku." - Kim Jinhwan "Aku mencintai kalian, selamat tinggal.." - Kim Hanbi...